Liputan6.com, Jakarta - Sebulan jelang pendaftaran Pilpres 2019 pada 4-10 Agustus, sosok cawapres Joko Widodo (Jokowi) masih jadi teka-teki besar. Siapa pendamping Jokowi masih harus menunggu beberapa hari ke depan.
Terbaru, kandidat cawapres Jokowi disebut telah mengecurut pada 10 nama yang berasal dari sejumlah kalangan.
Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy menyatakan, Jokowi telah mengantongi 10 nama calon cawapresnya. Hanya, politikus yang akrab dipanggil Romi ini, enggan membeber siapa saja mereka. Dari 10 nama tersebut, Romi hanya menyebut salah satunya yakni Ketua MUI Maruf Amin.
Advertisement
"Kiai Maruf Amin salah satunya," ucap Romy kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Menurut dia, sosok Maruf Amin bisa jadi salah satu alternatif untuk menjembatani seluruh pihak. Maruf, kata Romi, adalah pemimpin tertinggi NU karena dia adalah Rais Aam. Selain itu, sebagai Ketua MUI, ia juga dianggap tokoh mewakili Islam.
"Beliau juga menguasai ekonomi karena menjadi ketua Dewan Ekonomi Syariah Nasional. Pengalamannya luas karena pernah jadi anggota DPR, baik dari PPP maupun PKB," ungkapnya.
Selain Maruf Amin, sembilan nama lainnya adalah figur-figur yang telah beredar di masyarakat. Mereka berasal dari kalangan politisi, cendekiawan, purnawirawan TNI-Polri, teknokrat dan profesional. "Namanya tidak jauh berbeda dengan yang sudah disebut-sebut selama ini," ujarnya.
Romi mengatakan, figur cawapres Jokowi akan dibahas bersama dengan semua pimpinan partai koalisi. Jokowi, kata dia, meminta pendapat masing-masing ketua umum terkait 10 nama yang sudah ada.
"Kami masih terus mencermati nama-nama tersebut, meminta masukan dari para ulama, meminta pandangan dari dewan pimpinan wilayah untuk merespons 10 nama itu," kata dia.
Terpisah, Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh mengaku belum tahu siapa sosok cawapres Jokowi. Bahkan, terkait 10 nama cawapres yang kabarnya telah mengerucut, seperti diungkapkan Romahurmuziy, belum diketahuinya.
"Belum tuh. Saya satu nama juga belum tahu apalagi 10. Benar ini," Surya Paloh kepada Liputan6.com di kantornya, Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Dari beberapa kali pertemuan dengan Jokowi, Surya Paloh mengatakan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu terus merahasiakan sosok cawapresnya.
"Sudah ada gambaran. Ya, nanti saya datang lagi untuk memastikan. Beberapa hari lagi lah nanti diumumkan itu," imbuh dia.
Menurut Surya, bisa jadi sosok pendamping Jokowi di Pilpres 2019 nantinya adalah figur 'kejutan'.
"Bisa jadi nanti bikin kaget karena nama baru atau yang jarang disebut," ujar
Yang jelas, tegasnya, cawapres Jokowi bukan dari Partai Amanat Nasional (PAN). Meski ada kode pengumuman nama cawapres Jokowi dilakukan pada hari cerah, di bawah terpaan cahaya matahari, yang diucapkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Bukan. Soal kalimat pengumuman di hari yang cerah itu bukan simbol partai tapi adalah di mana nanti semua orang bersemangat, sesemangat awak media yang ingin mengetahuinya," katanya.
Sebelumnya, Sekjen Partai Nasdem, Johnny G Plate menyatakan, nama cawapres Jokowi akan membuat gempar Indonesia. Namun, kata dia, sosok tersebut dengan senang hati diterima oleh semua partai koalisi.
"Pasti itu pendamping yang hebat, pasti diterima dengan senang hati oleh semua partai koalisi. Pasti membuat gempar Indonesia, karena itu tokoh yang cocok untuk Indonesia 2019-2024," ungkap Johnny di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta Pusat, Senin 9 Juli 2018.
Johnny menyatakan, pendamping Jokowi di Pilpres merupakan tokoh menonjol di Indonesia.
"Ini tokoh-tokoh prominent Indonesia. Karenanya harus menjaga reputasi mereka. Jangan di-downgrade harus dijaga," kata Johnny.
Menurut dia, Jokowi akan mengungkapkan ke publik pada momentum politik yang tepat. Johnny pun meminta semua pihak sabar menunggu.
"Mudah-mudahan sebelum akhir bulan sudah ada, jadi kita tunggu. Komunikasi politik dengan pemimpin parpol terus dilakukan. Nanti tinggal Pak Jokowi dengan ketua-ketua partai sebelum mengumumkan akan bertemu," katanya.
Jokowi sendiri, sudah menegaskan cawapresnya sudah ada dan segera diumumkan. Namun, siapa sosok tersebut, mantan Wali Kota Solo itu masih menutup rapat.
"Sudah ada, tinggal diumumin. Pada saat yang tepat nanti akan kita umumkan," ungkap Jokowi di acara penutupan Rembug Nasional Aktivis 98 di Hall Tengah JIExpo, Kemayoran Jakarta Pusat, Sabtu 7 Juli 2018.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
5 Nama Cawapres Ideal
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfarby menyebut, setidaknya ada lima tokoh ideal untuk jadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019.
Mereka adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Lima nama ini merupakan hasil survei LSI Denny JA ditambah penilaian ahli terhadap nama cawapres yang muncul. LSI melibatkan ahli yang mewakili Indonesia Bagian Barat, Timur, dan Tengah untuk menilai kelayakan tokoh membentuk pemerintahan kuat.
"Pertimbangan elektoral dan tokoh itu mampu meningkatkan kualitas pemerintahan," jelas Adjie, Jakarta Timur, Selasa (10/7/2018).
Survei dilakukan 28 Juni hingga 5 Juli. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan responden 1.200 orang. Survei memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen. Survei juga dilengkapi dengan focus group discussion, analisis media dan wawancara mendalam.
Dalam survei ini, LSI membagi cawapres ideal Jokowi dalam empat kategori. Kategori itu merupakan penilaian publik bagaimana kriteria pemerintahan kuat.
Kategori pertama adalah cawapres ideal untuk mendukung Jokowi di DPR. Ketua Umum Golkar Airlangga menempati posisi teratas dengan elektabilitas 35,7 persen. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengikuti dengan angka 21,5 persen. Nama Ketua Umum PPP M Romahurmuziy cukup tinggi di angka 16 persen. Sementara tokoh politik lainnya jika dikumpulkan hanya 18,5 persen.
Kategori berikutnya cawapres ideal Jokowi dalam bidang ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani paling tinggi dengan elektabilitas 32,5 persen. Menteri Perikanan Susi Pudjiastuti di urutan kedua dengan elektabilitas 24,5 persen. Pengusaha Chairul Tanjung di urutan ketiga dengan elektabilitas 17 persen. Tokoh lainnya jika digabungkan mencapai 18 persen.
Isu berikutnya adalah keamanan. Cawapres paling ideal bagi Jokowi adalah Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Mantan Kapolda Metro Jaya itu memiliki elektabilitas 32,6 persen. Kepala Staf Kepresidenan yang juga Mantan Panglima TNI, Moeldoko menempati urutan kedua dengan elektabilitas 29 persen. Tokoh lainnya adalah Menko Polhukam Wiranto dengan elektabilitas 25,7 persen.
Kategori terakhir adalah cawapres ideal Jokowi dari tokoh agama. Ketua MUI Maaruf Amin tertinggi elektabilitasnya di angka 21 persen. Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin mengikuti dengan elektabilitas 17,2 persen. Gubernur NTB TGB Zainul Majdi di posisi ketiga dengan 12,3 persen. Mantan Ketua MK Mahfud MD di posisi keempat dengan angka 9,5 persen.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, sebenarnya dari sejumlah nama yang beredar di survei tidak ada yang bisa menjadi pendongkrak suara Jokowi. Nama-nama tersebut, lebih kepada sosok yang bisa membantu Jokowi dalam menghadapi berbagai isu, salah satunya SARA.
"Kriteria yang dipilih adalah memiliki kedekatan jaringan dengan politik Islam, yang kedua sosok yang diterima semua kalangan," jelasnya kepada Liputan6.com, Selasa (10/7/2018).
Yunarto menambahkan, pertimbangan lain yang perlu jadi catatan adalah tingkat elektabilitas yang mencukupi agar tidak jadi beban elektoral Jokowi.
"Itu artinya orang itu sudah lama di dunia politik yang diterima semua parpol pendukung," ucap Yunarto.
Dari kriteria ini, dia menyebut ada sejumlah nama nama yang bisa jadi cawapres Jokowi. Seperti mantan Ketua MK Mahfud MD, KSP Moeldoko, serta dari orang parpol, yaitu Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
"Kalau dispekulasikan dari non-parpol itu ada nama Mahfud MD dan Moeldoko. Sementara untuk parpol bisa saja Airlangga," tukasnya.
Senada, peneliti politik senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menyebut beberapa nama yang sama. Hanya satu yang berbeda, ada Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Prediksi saya cawapres Jokowi dari unsur non-parpol Mahfud MD dan Sri Mulyani, sedangkan dari parpol Airlangga Hartarto," jelas Haris.
Dia menuturkan, alasan memilihnya itu, karena tiga orang tersebut mempunyai kapasitas yang baik.
"Sri Mulyani dan Mahfud adalah tokoh yang kompeten di bidang masing-masing. Airlangga Ketum parpol terbesar sesudah PDIP," pungkasnya.
Advertisement
Ketum Parpol Menggantung Asa
Belum juga diumumkannya sosok cawapres Jokowi, membuat sejumlah pimpinan partai politik pendukung menggantung asa. Mereka optimistis bisa jadi pendamping Jokowi di kontestasi Pilpres 2019.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengaku optimistis namanya sudah ada di kantong Jokowi sebagai cawapres yang akan dipilih.
"Pasti ada di kantong, tapi belum tahu kita siapa. Kita harus optimistis, optimistis," kata Cak Imin di Kantor DPP Nasdem, Menteng, Jakarta, Senin 9 Juli 2018.
Cak Imin mengaku belum menyiapkan opsi andai dirinya tidak dipilih Jokowi. Langkah selanjutnya akan dibahas oleh DPP PKB.
"Kita itu harus optimistis, harus yakin planning terencana dengan tepat," tegasnya.
Cak Imin menegaskan, PKB adalah partai yang telah mendukung Jokowi sejak Pilpres 2014 sampai saat ini.
Dukungan dari PKB kepada Jokowi, kata dia, telah dibuktikan dengan wacana pengusungan JOIN, Jokowi-Muhaimin sebagai pasangan capres-cawapres.
"Loh kita kan sudah mendukung Pak Jokowi dari 2014. Join join, Pak Jokowi pasti Pak Jokowi," klaim Cak Imin.
Wasekjen PKB Jazilul Fawaid juga memandang duet Jokowi - Imin (JOIN) cocok bersinergi memimpin negara.
"Hemat kami Pak Jokowi dan Cak Imin itu ideal menjadi pasangan, yang satu nasionalis liberal yang satu nasionalis agamis, sehingga ke depan bisa bersinergi," kata Jazilul, Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Jazuli memastikan, meski nanti harapan PKB kandas karena Cak Imin tak dipilih cawapres, partai berbasis Islam NU ini akan tetap bersama Jokowi.
"Enggak ada kata lain PKB bersama Jokowi dan Cak Imin," tandas Jazilul.
Optimisme serupa juga dilontarkan Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily. Dia yakin Jokowi akan memililih Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto jadi cawapres.
"Tentu Golkar menginginkan ketum kami jadi salah satu nama yang disebut sebagai cawapres tersebut," kata Ace di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 9 Juli 2018.
Dia menyatakan, Jokowi membutuhkan figur teknokrat yang dapat membantu memperbaiki perekonomian Indonesia. Selain kompetensi di bidang ekonomi, kata Ace, Jokowi butuh cawapres dengan dukungan politik partai yang kuat.
"Karena kita membutuhkan pemulihan ekonomi dan figur yang kuat secara kompetensi di situ. Dan yang kedua tentu membutuhkan dukungan politik dari parpol," ujarnya.
Ace mengaku tidak bisa menebak Golkar akan berpindah haluan dari Jokowi jika Airlangga tidak dipilih menjadi cawapres. Tapi sejauh ini Golkar tetap berpegang pada hasil Munas yang mengamanatkan dukungan ke Jokowi.
"Tidak bisa diubah, kecuali kalau ada munas kembali," klaimnya.
Airlangga sendiri mengaku tidak mengatahui siapa yang akan dipilih Jokowi sebagai cawapres.
"Belum tahu (soal cawapres Jokowi)," ucap Airlangga kepada Liputan6.com, Sabtu 7 Juli 2018.