Soal Kejadian Boyolali, Timses Prabowo: Itu Candaan Akrabnya ke Pendukung

Dahnil menilai hal yang dipermasalahkan dari kejadian Boyolalu sebagai upaya politisasi rasialisme.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 04 Nov 2018, 07:59 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2018, 07:59 WIB
Kehangatan Prabowo Subianto Saat Hadiri Rakernas LDII
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto berpidato dalam Rakernas LDII di Pondok Gede, Jakarta, Kamis (11/10). Prabowo datang dengan mengenekan kemeja safari cokelat dan peci hitam. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara pasangan Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan, apa yang dilakukan calon presiden Prabowo Subianto, di Boyolali, adalah bentuk candaan ke pendukungnya. Dan itu hal yang biasa.

Hal ini menyangkut video yang menjadi viral, di mana dalam sebuah pidato Prabowo menyebut warga Boyolali tidak bisa masuk hotel-hotel mewah dan megah di Jakarta.

"Pak Prabowo menggunakan istilah candaan wajah Boyolali itu biasa saja, kenapa? karena beliau berhadapan dengan masyarakat Boyolali yang pada saat itu, yang berkumpul itu pendukung beliau. Jadi Bercanda. Kita kumpul-kumpul juga suka bercanda dengan ringan seperti itu," ucap Dahnil di Cikini, Jakarta, Sabtu 3 November 2018.

Dia juga menjelaskan, apa yang disampaikan Prabowo, adalah untuk melihat kesenjangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan.

"Statement Pak Prabowo di Boyolali itu kan konteksnya Pak Prabowo sedang menjelaskan tentang kesenjangan-kesenjangan ekonomi. Kemudian pembangunan yang banyak misalnya di Jakarta pada saat ini. Sedangkan rakyat kebanyakan itu bisa tertinggal dan tidak bisa menikmati fasilitas yang ada di pembangunan itu," ungkap Dahnil.

Justru dia menyayangkan ada politisasi seolah-olah Pak Prabowo mengejek orang Boyolali hingga berbuntu pelaporan ke polisi.

"Justru saya pikir ini adalah upaya politisasi rasialisme. Jadi apa yang dilakukan oleh teman-teman dengan cara kemudian menggeser candaan Pak Prabowo bersama dengan pendukungnya, itu kemudian digeser menjadi isu rasialisme. Itu bahaya sekali loh," pungkasnya.

 

Bukan Marah-Marah

Capres Prabowo Sapa Pendukungnya di Jalan Imam Bonjol
Calon Presiden Prabowo Subianto menyapa pendukungnya di sepanjang jalan Imam Bonjol usai pengambilan nomor urut di Gedung KPU Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan Prabowo-Sandi mendapat nomor urut 2. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Dahnil juga mengungkapkan intonasi yang keluar dari mulut Prabowo bukanlah sebagai sikap emosional. Melainkan hanya bentuk teguran saja.

"Kejadian di Ponorogo itu adalah kejadian di mana Pak Prabowo menegur bukan marah-marah mungkin karena intonasinya teman-teman liat tinggi, tapi Pak Prabowo itu ke siapa saja, kalau ada yang keliru yang dianggap tidak pantas, itu biasanya beliau menegur langsung," ucap Dahnil.

Menurut dia, ini bagian dari watak Prabowo yang terus terang. Jika memang tidak suka, akan disampaikan langsung, bukan pura-pura.

"Beliau ini kan orangnya spontan. Jadi ketika melihat pada saat itu ibu-ibu, bapak-bapak di situ berisik, ketika ada pembagian buku, sedangkan Pak Prabowo sedang saat itu sedang berpidato, beliau langsung menegur itu memang watak Pak Prabowo. Beliau memang tidak harus pura-pura, tidak pura-pura suka, jadi ketika ada yang salah, beliau menegur langsung," ungkap Dahnil.

Dia menyayangkan, jika ada pihak-pihak yang memainkan dan menyebut ini sikap emosional. Itu sudah dipolitisasi namanya.

"jadi saya sayangkan bahwa kemudian dikembangkan dengan istilah Prabowo tukang marah-marah. saya pikir teguran seperti itu wajar. Misalnya saya pikir juga Pak Jokowi pernah menegur ketika berpidato, justru memang harus pemimpin itu harus menegur. Mereka-mereka yang dianggap tidak pantas, bukan berarti kemudian Pak Prabowo tidak suka, tidak menghormati. Jadi kalau digeser menjadi Pak Prabowo emosional tukang marah-marah itu yang kami sayangkan. Cara mempolitisasi hal tersebut," pungkasnya.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya