Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin menanggapi pidato politik Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Dalam pidatonya, AHY memberikan rekomendasi untuk presiden mendatang, tanpa merujuk salah satu pasangan calon presiden yang tengah berkontestasi.
Menurut dia, pidato anak sulung Susilo Bambang Yudhoyono tersebut cenderung netral dan menjadi sinyal baik yang berdampak kepada kubu 01.
Baca Juga
"Artinya kita anggap dia netral saja untuk memilih siapa saja yang terbaik buat warga bangsa," kata Ma'ruf di Serang, Banten, lewat siaran pers diterima, Minggu (3/3 2019).
Advertisement
Sinyal baik juga terlihat dari kecenderungan para kepala daerah dari Partai Demokrat atau pun calon legislatif yang telah menyatakan dukungan kepada pasangan petahana.
"Karena tidak berani menyebut, berarti ada kecenderungan untuk mendukung Pak Jokowi dan saya," kata Ma'ruf Amin.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pidato AHY
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyampaikan pidato politiknya di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019) malam.
Dalam pidato berjudul 'Rekomendasi Partai Demokrat untuk Presiden Indonesia Mendatang', AHY menyampaikan sejumlah tantangan Indonesia dalam lima tahun ke depan. Selain itu, dia juga mengungkapkan tiga syarat untuk presiden terpilih periode 2019-2024 mendatang.
AHY menyadari bahwa Partai Demokrat tidak memiliki kader utama sebagai kandidat yang bertarung dalam kontestasi Pilpres 2019 ini. Karena itu, AHY menilai pidato politiknya tidak berlebihan untuk menyampaikan rekomendasi kepada Presiden mendatang sebagai wujud kontribusi Partai Demokrat dalam memperjuangkan harapan rakyat Indonesia.
Setidaknya ada tiga syarat untuk menjadi pemimpin Indonesia dalam rangka menghadapi kompleksitas tantangan global dan nasional itu. Menurut AHY, diperlukan kepemimpinan nasional yang kuat, visioner dan adaptif. Selain itu juga pemerintahan yang responsif, efektif, dan rela bekerja keras.
"Pemimpin yang kuat itu mampu mengatasi segala permasalahan bangsa, mampu membuat Indonesia semakin kuat dan maju, serta mampu memperjuangkan kepentingan nasional dalam hubungan internasional," ucapnya.
Sementara pemimpin yang visioner adalah dia yang mampu melihat peluang dan mengatasi tantangan bangsa di awal abad 21. "Dan Pemimpin yang adaptif itu mampu menyesuaikan diri dengan zaman, tanpa kehilangan kepribadian dan jati diri bangsa," kata AHY.
Advertisement