Survei LSI: Pemilih Pilkada Kabupaten Bandung Lebih Pertimbangan Personal bukan Partai

Berdasarkan survei, kata Toto, peluang menang lebih terbuka pada pasangan Dadang-Sahrul, karena baik calon bupati maupun wakilnya sudah memiliki bukan saja tingkat kesukaan yang tinggi, juga elektabilitas tinggi.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 16 Nov 2020, 16:03 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2020, 16:03 WIB
Ilustrasi – Kotak suara Pilkada serentak. (Istimewa/Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Kotak suara Pilkada serentak. (Istimewa/Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA telah merilis hasil survei Pilkada Kabupaten Bandung, Minggu (15/11/2020).

Dalam konteks perilaku pemilih di Kabupaten Bandung, mayoritas publik (80%) memilih dengan pertimbangan personal atau sosok calon bukan partai. Hanya 16% saja yang memilih karena pertimbangan partai pengusung.

Diketahui, terdapat tiga paslon dalam Pilkada Bandung 2020. Nomor urut 1, Kurnia Agustina-Usman Sayogi, diusung partai Golkar dan Gerindra. Nomor urut 2, Yena Iskandar Masoem-Atep Rizal, diusung PDI-Perjuangan dan PAN. Nomor urut 3, Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan, diusung PKB, Nasdem, Demokrat, dan PKS. 

Hasil survei menunjukkan, elektabilitas Dadang-Sahrul di angka 45,9 persen. Selanjutnya, Kurnia-Usman 28,9 persen. Terakhir, Yena-Atep 13,4 persen. Survei dilakukan tanggal 2-6 November 2020 menggunakan metode standar multistage random sampling, wawancara tatap muka dengan jumlah responden 440 bermargin of error 4,8 persen.

Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Network Denny JA, Toto Izul Fatah menyampaikan, mengenai peran partai dalam menyumbang elektabilitas pasangan, temuan survei menunjukkan, antara dukungan partai dengan kemenangan tak berbanding lurus. Misalnya, paslon Kurnia-Usman meski diusung partai pemenang Pileg 2019 lalu, Golkar, elektabilitasnya masih di bawah Dadang-Sahrul. 

"Dadang Naser yang memiliki tingkat kepuasan terhadap kinerjanya yang cukup tinggi, di atas 70%, ternyata tak mampu dikonversi dalam bentuk suara dukungan publik kepada istrinya, Kurnia Agustina," katanya.

Berdasarkan survei, kata Toto, peluang menang lebih terbuka pada pasangan Dadang-Sahrul, karena baik calon bupati maupun wakilnya sudah memiliki bukan saja tingkat kesukaan yang tinggi, juga elektabilitas yang tinggi juga.

Pada elektabilitas personal Dadang yang 40,0 persen, begitu dipasangkan dengan Sahrul meningkat ke 45,9 persen. Ada sumbangan cukup besar dari Sahrul.  Sementara, Kurnia yang secara personal memiliki elektabilitas 27,5 persen begitu dipasangkan dengan Usman, hanya naik 1 persen, yaitu 28,9 persen.

Paslon lain, Yena memiliki elektabilitas 11,6 persen, kemudian ketika dipasangkan dengan Atep menjadi 13,4 persen. 

"Atep (mantan pemain Persib Bandung) cukup populer dengan 73%, tapi sebagai wakil tak banyak menyumbang elektabilitas saat dipasangkan dengan Yena yang tingkat pengenalannya baru 49 persen," katanya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pemberian Sembako Dianggap Wajar

Menurut Toto, hanya tsunami politik dan money politic yang bisa mengubah peta dukungan secara drastis. Bahkan, bisa membuat hasil survei meleset jauh.

Menurut hasil survei, terkait tanggapan pemilih mengenai pemberian sembako atau uang oleh paslon, 45 persen pemilih ternyata mewajarkan hal tersebut. Hanya 28 persen yang menilai itu tidak wajar. 

Kendati menurut survei LSI Dadang-Sahrul diunggulkan, Toto menyampaikan bahwa masih ada peluang untuk paslon lain. Asalkan, setiap pasangan mau bekerja keras untuk merebut soft suporter yang masih tinggi, yaitu dengan mendongkrak tingkat pengenalan  masing-masing kandidat yang masih belum tembus 70%.

"Salah satu hukum besi untuk menang itu harus dikenal dengan minimal 70%. Idealnya, pada H-1 bulan itu, setiap kandidat harus mengantongi tingkat pengenalan di 80% keatas," ungkap Toto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya