Pengamat Sebut Ada Mitos di Pilkada Jakarta: Survei Tinggi Tak Selalu Menang, Incumbent Juga Sulit Menang Lagi

Analis Politik Hensat ungkap mitos Pilkada Jakarta, calon dengan elektabilitas tinggi tak selalu menang, incumbent sulit menang lagi. Ia juga soroti pentingnya akar rumput dan program realistis untuk memikat warga Jakarta yang kritis dan rasional.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 07 Sep 2024, 12:11 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2024, 12:10 WIB
Ridwan Kamil menghadiri acara Walimatul Qubro Al Imam Al Arifbillah Al Quthub Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad atau Mbah Priok, Minggu (1/0/2024).
Ridwan Kamil menghadiri acara Walimatul Qubro Al Imam Al Arifbillah Al Quthub Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad atau Mbah Priok, Minggu (1/0/2024).(Foto: Tim Ridwan Kamil-Suswono)

Liputan6.com, Jakarta - Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) mengungkap data tentang Pilkada Jakarta. Menurut Hensat, selama ini calon dengan survei elektabilitas tertinggi belum pernah memenangkan Pilkada Jakarta.

Ia mencontohkan pertarungan Fauzi Bowo melawan Jokowi di tahun 2012 dan Basuki Tjahaja Purnama melawan Anies Baswedan pada tahun 2017.

"Dulu Fauzi Bowo tahun 2012, surveinya tinggi, kalah sama Jokowi. Ahok juga sama, 2017 punya survei tinggi, tumbang oleh Anies. Jadi menurut saya biasanya yang surveinya tinggi justru kalah di Pilkada Jakarta," ungkap Hensat di Jakarta, Sabtu, (7/9/2024).

Founder Lembaga Survei KedaiKOPI ini juga menyoroti kekuatan akar rumput di Jakarta. Ia menjelaskan, sejak Pilkada Jakarta digelar secara langsung pada tahun 2007, hanya satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan kompetisi.

"Hanya satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan Pilkada Jakarta, yaitu saat Fauzi Bowo mengalahkan Adang Daradjatun dari PKS di tahun 2007," kata Hensat.

"Sisanya, Jokowi menang karena akar rumput PDI Perjuangan di 2012, namun Anies Baswedan di 2017 juga bermodalkan akar rumput PKS-Gerindra berhasil mengalahkan Basuki Tjahja Purnama yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem," lanjutnya.

Pilkada Jakarta 2024 kembali membuktikan mitos soal incumbent. Anies, sebagai petahana, tak mampu mendapatkan tiket untuk mempertahankan posisinya.

"Pilkada Jakarta 2024 ini pun membuktikan bahwa mitos soal incumbent kembali terjadi, Anies yang terhitung incumbent kini tak bisa mendapatkan tiket, pada akhirnya sampai saat ini belum pernah ada yang memimpin Jakarta dua periode," kata Hensat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ingatkan Agar Paslon Tawarkan Program yang Rasional

Ridwan Kamil berbincang dengan Fauzi Bowo
RK juga menyempatkan membuat kerak telor yang menjadi ciri khas makanan Betawi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Hensat mengingatkan calon gubernur yang akan berkompetisi untuk menawarkan program-program yang rasional dan realistis bagi warga Jakarta yang terkenal kritis dan realistis.

"Warga Jakarta ini sadis, maunya banyak dan saking rasional, warga Jakarta bisa ketawa sama program dari calon gubernur yang dianggap tidak realistis," kata Hensat.

Hensat menilai, dari ketiga paslon Pilkada Jakarta saat ini, Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono masih bersaing ketat.

"Tapi kalau secara popularitas, saya masih melihatnya Pramono Anung-Rano Karno unggul di Jakarta, karena faktor Rano Karno, tapi kita lihat ke depannya nanti seperti apa", kata Hensat.

Sementara itu, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana masih membutuhkan waktu untuk mengejar elektabilitas kedua paslon tersebut.


Ridwan Kamil Akan Buat Kampung Destinasi di Setu Babakan Jika Menang Pilkada Jakarta

Bakal Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil menjanjikan Setu Babakan menjadi Kampung Destinasi jika ia menang di Pilkada Jakarta. 

Menurutnya, dengan dibuatnya Kampung Destinasi dengan menawarkan home stay maka wisatawan akan tertarik dan bisa bisa berinteraksi dengan warga sekitar sehingga menumbuhkan kecintaan. 

"Kalau kampungya kita tata menjadi kampung destinasi, maka wisatawan itu senang berinteraksi dengan warga kampung kan pada saat dia jatuh cinta di kampung itu dengan suasananya ada pilihan balik lagi nginep di hotel biasa atau nginep di homestay," kata RK usai menemui mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo alias Foke di Setu Babakan, Jakarta Selatan. Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Mantan Gubernur Jawa Barat ini pun mengatakan, hal serupa pernah dilakukannya di Kuningan, Jawa Barat. Bahkan, sudah masuk didalam sebuah situs pemesanan penyewaan tempat dengan harga Rp 300 ribu.

"Di sini nanti menyesuaikan, kelebihannya apa. Malamnya ngobrol sama pemilik rumah, paginya ngobrol sama pemilik rumah kan, mungkin tahun depannya ngelamar anaknya. Jadi macam-macam," ujarnya.

"Poin saya yaitu kembali ke sila ke-5 yaitu ekonomi Jakarta jangan hanya dimiliki oleh konglomerasi koorporasi, tapi warga kampung juga asal negaranya hadir mengelola pariwisata kampung, potensi ekonomi homestay menginap di kampung. Jangan ngomongin harga, tapi menyesuaikan pasar," sambungnya.

Selain itu, dirinya menjelaskan, dengan dibuatnya homestay di Kampung Destinasi tersebut juga untuk memudahkan wisatawan agar tidak jauh untuk berwisata.

"Misalnya gini, saya di Setu Babakan ada pilihan saya balik lagi ke Simatupang nginep atau ke rumah ibu, lantai 2 nya kosong tapi. Saya dulu waktu jadi Gubernur di Jawa Barat, dulu ibu Eha saya kasih hibah supaya kamarnya dirapiin, kamar mandinya kelas bintang 3 kan," jelasnya.

"Sehingga pagi-pagi pengen sarapan di depan kita itu masak ke hotel balik lagi mending nginep di situ. Nah, gagasannya itu. Nah mungkin ini salah satu proyek pertama di babakan ini bisa jadi homestay kampung wisata Betawi," pungkasnya.


Wejangan dari Foke

Dalam kunjungannya ke Setu Babakan, Ridwan Kamil diajak berkeliling oleh mantan gubernur Jakarta Fauzi Bowo alias Foke. Salah satunya mendatangi Pulau Khas Kampung Betawi buatan Foke.

"(Keliling) Sampai pulau yang dibikin Pak Foke. Dia bikin Pulau Khas Kampung Betawi. Ada tempat ngumpul, rumah dengan 2 tipe, kalau di Utara dia tinggi, ada banjir rob, ada binatang buas. Kalau tengah-selatan dia lebih rendah," kata Ridwan Kamil.

"Ada sumur kereknya, ada kandang kambing, ada empang, dan pohon-pohonnya tadi saya dikasih pelajaran endemik Jakarta," sambungnya.

Pelajaran endemik Jakarta yang dimaksud mantan Gubernur Jawa Barat ini karena salah satunya ingin menghijaukan Jakarta tiga kali lipat.

Ini pun juga merupakan salah satu visinya untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta.

"Nanti kombinasi endemik dan yang nyerap polusi untuk kehutanan. Ada pohon yang nyerap polusi lebih tinggi, insya Allah itu setahun pertama kita lakukan," ujarnya.

Sementara Foke mengaku telah memberikan sejumlah wejangan kepada Ridwan Kamil. Salah satunya yakni ingin agar RK menjadi pemimpin yang amanah.

"Wejangan-wejangannya, satu, tentu harus amanah ya jadi pemimpin. Kedua, harus mencintai masyarakat dengan segala permasalahannya," kata Foke.

"Karena tugas pemimpin kan membantu dan menyelesaikan masalah-masalahnya, harus visioner. Ngatasin banjir utara tadi kita bahas ya, beberapa hal," sambungnya.

Selain itu, Foke membicarakan tentang infrastruktur hingga kebudayaan Betawi.

"Setengahnya adalah tentang infrastruktur, kebetulan saya ada pengetahuan, setengahnya saya belum paham, tentang budaya, tentang hal yang sifatnya sosiologis tadi disampaikan," ujarnya.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka

Infografis KIM Plus Usung Duet Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta 2024. (Foto: Liputan6.com)
Infografis KIM Plus Usung Duet Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta 2024. (Foto: Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya