6 Tradisi Unik Umat Muslim di Indonesia untuk Menyambut Maulid Nabi

Sebagai bagian penting dari sejarah Islam, masyarakat memperingati Maulid Nabi dengan berbagai cara. Di Indonesia terdapat beragam tradisi unik dalam memperingati hari kelahiran Nabi itu.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 16 Sep 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2024, 03:00 WIB
Pawai Maulid Nabi di Jakarta
Murid sekolah memainkan rebana keliling saat pawai mengelilingi Kawasan Pejambon dan Gambir di Jakarta, Sabtu (8/10/2022). Pawai tersebut diikuti ratusan peserta dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Madrasah Aliyah dan perwakilan Majelis Taklim Istiqlal dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Maulid Nabi adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam kalender hijriah. Pada tahun ini, libur Maulid Nabi jatuh pada tanggal 16 September 2024. Di Indonesia, Maulid Nabi termasuk dalam hari libur nasional.

Sebagai bagian penting dari sejarah Islam, Maulid Nabi diperingati dengan berbagai cara. Di Indonesia ada beragam tradisi unik dalam memperingati hari kelahiran Nabi itu.

Penasaran dengan tradisi tersebut? Simak lima tradisi unik saat peringatan Maulid Nabi di Tanah Air yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sekaten

Mengutip dari laman Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Jumat, 13 Septemebr 2024, sekaten diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Kegiatan ini digelar mulai tanggal 5 dan berakhir pada 12 Mulud dalam penanggalan Jawa (dapat disetarakan dengan Rabiul Awal penanggalan Hijriah).

Berbagai literatur menyebutkan tentang asal-usul kata Sekaten yang berasal dari bahasa Arab, yaitu Syahadatin, yang artinya dua kalimat Syahadat. Sejarah sekaten sendiri tak lepas dari upaya penyebaran agama Islam oleh Sunan kalijaga yang saat itu sudah dilakukan di masa Kerajaan Demak.

Saat itu, mayoritas kepercayaan masyarakat adalah Hindu dan Budha. Demi mencapai tujuannya, Sunan Kalijaga menarik perhatian warga dengan mengiring lagu ciptaannya bersama alat musik gamelan. Alhasil cara tersebut berhasil mengumpulkan warga, dan hal ini dimanfaatkan untuk menyebarkan agama Islam dan membimbing warga untuk mengucapkan kalimat syahadat.  

 

2. Walima, Gorontalo

Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad saw
Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad saw. (Gambar oleh Mohammad Sheyriyar Shah dari Pixabay)

Walima merupakan sebuah tradisi perayaan Maulid Nabi yang dilaksanakan secara turun-temurun sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo, di Semenanjung Minahasa Pulau Sulawesi.  Diperkirakan, tradisi ini mulai ada di Gorontalo sejak masyarakat mulai mengenal ajaran Islam, pada sekitar abad ke-17.

Tradisi Walima ini dimulai dengan lantunan dikili atau tradisi zikir di masjid. Setiap masjid-masjid di seluruh pelosok Gorontalo diramaikan oleh lantunan zikir yang dilakukan bersama-sama oleh warga.

Sementara di rumah-rumah, setiap keluarga biasanya telah membuat berbagai makanan atau kudapan tradisional khas Gorontalo. Lalu, setiap rumah akan membuat panganan khas tradisional, seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi.

Makanan ini akan disusun di Tolangga, sebuah usungan kayu berbentuk menyerupai perahu atau menara. Tolangga ini juga merupakan sajian berbentuk tumpeng yang terbuat dari beras kuning yang disusun dengan indah. Tolangga nantinya akan dibawa dari rumah menuju masjid. 

 

3. Nyiram Gong

Melihat Ritual Pencucian Gong Sekati Keraton Kanoman Cirebon Ditengah Pandemi Covid-19
Para nayaga atau pemain gong Sekati Keraton Kanoman usai mengikuti ritual nyiram gong sekati. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Tradisi ini dilakukan oleh Keraton Kanoman di Kota Cirebon, Jawa Barat. Bentuk tradisi ini berupa ritual pembersihan gamelan sekaten yang berlangsung di kompleks Keraton Kanoman.

Ritual ini bermakna membersihkan diri menyambut Maulid Nabi. Bagi warga Cirebon, tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk melihat secara langsung rupa gong pusaka yang hanya muncul setahun sekali.

Pencucian gong pusaka itu diawali dengan pembacaan doa dan shalawat. Pencucian menggunakan air kembang di sumur Langgar Alit, air kelapa hijau yang sudah di fermentasi, dan batu bata merah yang telah dihaluskan dengan cara mengusapkan tepes (kulit kelapa kering) ke gamelan sekaten yang di tata di atas balok.

Alat dan bahan untuk membersihkan gamelan sekaten di yakini mampu memperlambat pusaka berkarat sehingga bunyinya tidak fals.

4. Endog-endogan, Banyuwangi Jawa Timur

Di Banyuwangi, ada tradisi Endog-endogan dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi unik ini dipercaya telah ada sejak akhir abad ke-18. Endog atau telur digunakan dalam tradisi ini sebagai simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tradisi dilakukan dengan menghias telur dengan bunga kertas. Lalu, telur hias itu ditancapkan di pohon pisang yang juga dihias. Lalu, hiasan itu diarak keliling kampung menggunakan becak dan sebagian diletakkan di masjid. Sembari membaca syair pujian pada Nabi Muhammad yang ada di kitab Al-Barjanzi. 

5. Baayun Maulid, Banjar Kalimantan Selatan

Suasana keharuan dan kekhusyukan menyelimuti Pondok Pesantren Al-Wathoniyah Pusat Klender saat Haul Muassis dan Maulid Nabi bersama ratusan jamaah yang berkumpul dalam doa bersama dan ikhtiar untuk menguatkan fondasi demokrasi di Indonesia. Kegiatan berla
Suasana keharuan dan kekhusyukan menyelimuti Pondok Pesantren Al-Wathoniyah Pusat Klender saat Haul Muassis dan Maulid Nabi bersama ratusan jamaah yang berkumpul dalam doa bersama dan ikhtiar untuk menguatkan fondasi demokrasi di Indonesia. (Istimewa)

Masyarakat di Banjar, Kalimantan Selatan, mempunyai tradis mengayun bayi menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi unik itu disebut dengan Baayun Maulid.

Baayun berarti aktivitas mengayun atau membuai bayi dan maulid dari bahasa Arab yang berarti kelahiran. Dalam tradisi Baayun ini, masyarakat menyiapkan ayunan dari tiga lapis kain dan dihias dengan janur.

Orangtua yang bayinya akan mengikuti tradisi ini harus menyiapkan piduduk berupa wadah berisikan beras, gula habang, nyiur, hintalu hayam, benang, jarum, uyah dan binggul (uang receh). Lalu, bayi diletakkan di ayunan dan orangtuanya akan mengayunkannya diiringi pembacaan syair, ceramah, dan doa. 

6. Molodhen, Madura

Orang Madura punya begitu banyak cara mengekspresikan cinta pada Nabi Muhammad SAW, termasuk ada tradisi molodhen atau maulidan. Maulidan bisa digelar berjamaah atau perorangan. Yang perseorangan umumnya mereka yang berlebih secara materi. Sedangkan maulidan berjemaah, hanya digelar tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Robiul awal.

Bulan Maulid ini kerap disebut 'lebarannya anak-anak'. Saat ada undangan maulid, mereka akan duduk paling depan, mengerumuni tumpeng buah. Begitu kiai selesai melafalkan doa, mereka akan saling berebut buah incaran hingga tertindih-tindih.

 

infografis Journal_Tradisi Islam Sudah Melekat pada Kartini Sejak Kecil
infografis Journal_Tradisi Islam Sudah Melekat pada Kartini Sejak Kecil (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya