Liputan6.com, Jakarta - Dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, salah satu yang paling populer adalah pembacaan sirah atau kisah kehidupan Nabi. Ada beberapa pilihan, mulai dari Kitab al-Barzanji, Simtudduror, dan lains sebagainya.
Momen yang dianggap terpenting dalam pembacaan sirah adalah mahalul qiyam, di bait-bait tertentu, yang dianggap sebagai puncak pembacaan sirah.
Dalam kepercayaan muslim, saat itulah ruh Rasulullah Muhammad SAW hadir.
Advertisement
Baca Juga
Lantas, benarkah ruh Rasulullah SAW hadir saat mahalul qiyam? simak penjelasan Buya Yahya.
Artikel kedua yang juga menyita perhatian di kanal Islami Liputan6.com adalah kumpulan kata-kata bijak Gus Baha.
Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu sejarah awal mula Maulid Nabi, penjelasan Ustadz Adi Hidayat (UAH).
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Benarkah Ruh Rasulullah Hadir saat Mahalul Qiyam Pembacaan Maulid? Ini Kata Buya Yahya
Sepanjang Rabiul Awal umat Islam di berbagai daerah mengadakan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Meski hari kelahiran nabi jatuh pada 12 Rabiul Awal, tapi perayaannya tidak selalu digelar pada tanggal tersebut.
Dalam peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW sudah menjadi kebiasaan dibacakannya kisah-kisah nabi dalam kitab maulid. Ada beberapa kitab maulid yang populer, seperti Maulid Diba’, Barzanji, ‘Azab, dan Simtudduror.
Umumnya, dalam pembacaan maulid terdapat mahalul qiyam. Mahalul qiyam adalah bagian dari rangkaian pembacaan maulid yang dilakukan dengan berdiri sambil membaca sholawat.
Ada keterangan yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW hadir saat mahalul qiyam, baik secara ruh maupun jasadnya.
Keterangan ini pernah disampaikan KH Muslih Abdurrahman Al-Maroqy dan Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliky dikutip ulang oleh Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen KH Muhammad Hanif Muslih via NU Online.
Benarkah Rasulullah SAW hadir saat mahalul qiyam pembacaan maulid? Simak penjelasan ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya berikut ini.
Advertisement
2. Rangkuman Kata Bijak dari Gus Baha, Ngena Banget!
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, dikenal sebagai ulama dan pendakwah dengan gaya sederhana. Namun, pesan, nasihat, serta kata-kata bijak kerap dilontarkannya di saat pengajian.
Dengan pendekatan yang merakyat, Gus Baha tidak hanya memberikan dakwah tetapi juga menyajikan nasihat-nasihat yang bisa menjadi panduan hidup.
Dirangkum dari ceramahnya di berbagai platform media, Gus Baha sering mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang menstimulus refleksi dan introspeksi, dan berikut ini adalah ulasan dari 13 kata bijak yang sangat mengena.
1. "Dirimu dengan kapasitasmu sendiri tidak bisa mewujudkan semua yang kamu inginkan, lalu bagaimana bisa kamu berharap orang lain mewujudkan keinginanmu?"
Gus Baha mengajak kita untuk memahami batasan diri. Tidak realistis jika kita mengharapkan orang lain memenuhi keinginan kita yang mungkin melampaui kapasitas mereka atau kita sendiri.
2. "Bingung itu penting. Barokahnya bingung, orang menjadi tidak sombong dan tidak merasa paling tahu. Sebab segala sesuatunya harus dipikirkan dan dikaji dulu secara mendalam."
Dalam pernyataan ini, Gus Baha menekankan bahwa kebingungan adalah bagian dari proses pembelajaran yang menumbuhkan kerendahan hati dan keinginan untuk mengeksplorasi lebih dalam.
3. Awal Mula Perayaan Maulid Nabi Menurut Berbagai Sumber Sejarah, Penjelasan UAH
Rabiul Awal adalah bulan kelahiran Rasulullah SAW. Tepatnya pada 12 Rabiul Awal, umat Islam di berbagai belahan dunia pada umumnya merayakan hari kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW atau dikenal maulid nabi.
Dalam salah satu ceramahnya, ulama Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan sejarah peringatan maulid nabi. Menurut UAH, diperingati hari kelahiran Nabi SAW bermula dari sejarah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Setelah Rasulullah SAW wafat, perjuangannya diteruskan oleh para sahabat dan orang-orang saleh setelahnya. Sampailah pada masanya orang-orang mulai lupa dengan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
"Orang mulai menyimpang dari beberapa hal dalam kehidupannya. Jadi semakin meluas, sama persis zaman-zaman kita itu kalau sudah menyebar luas ajaran dan sebagainya semakin lupa dengan ajaran ajaran pokoknya," kata UAH, dikutip dari YouTube Cahaya Hijrah, Sabtu (14/9/2024).
Advertisement