Ryan Wesley Routh, Tersangka Percobaan Pembunuhan Donald Trump Terobsesi dengan Perang Ukraina

Pada tahun 2023, tersangka pernah mengungkapkan bahwa ia ingin membantu upaya perang di Ukraina, dan berusaha merekrut tentara Afghanistan yang melarikan diri dari Taliban.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Sep 2024, 13:04 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2024, 13:04 WIB
Dijaga Ketat, Lokasi Penembakan Donald Trump Masih Diselidiki Pihak Berwenang
Upaya penembakan ini menjadi yang kedua, setelah insiden sebelumnya melukai telinga Trump ketika berkampanye di Kota Butler, Pennsylvania pada 13 Juli 2024. (CHANDAN KHANNA/AFP)

Liputan6.com, West Palm Beach - Ryan Wesley Routh, tersangka yang disebut oleh media Amerika Serikat terkait dengan upaya pembunuhan terhadap Donald Trump di Florida terobsesi dengan upaya membantu Ukraina melawan Rusia.

Pada tahun 2023, ia pernah mengungkapkan bahwa ia ingin membantu upaya perang di Ukraina, dan berusaha merekrut tentara Afghanistan yang melarikan diri dari Taliban, dikutip dari laman BBC, Senin (16/9/2024).

Dalam wawancara telepon dengan surat kabar New York Times tersebut, Routh mengatakan bahwa puluhan tentara telah menyatakan minatnya.

Ia juga mengatakan berencana untuk memindahkan mereka dari Pakistan dan Iran ke Ukraina, dalam beberapa kasus secara ilegal.

"Kami mungkin dapat membeli beberapa paspor melalui Pakistan, karena negara itu sangat korup," katanya.

Routh juga mengatakan kepada NYT saat itu bahwa ia berada di Washington untuk bertemu dengan Komisi Keamanan dan Kerja Sama AS di Eropa "selama dua jam" untuk membantu mendorong lebih banyak dukungan bagi Ukraina.

Routh tampaknya telah terlibat dalam upaya perekrutan hingga bulan Juli 2024.

Satu unggahan Facebook dari bulan Juli sebagian berbunyi: "Para tentara, tolong jangan hubungi saya. Kami masih berusaha agar Ukraina menerima tentara Afghanistan dan berharap mendapatkan beberapa jawaban dalam beberapa bulan mendatang... mohon bersabar."

Kamala Harris Bersyukur Trump Aman

[Fimela] Kamala Harris
Dalam pidato kemenangannya, Kamala Harris mengatakan dia tidak akan menjadi perempuan terakhir yang menjabat sebagai wapres AS. | Dok. instagram.com/kamalaharris

Wakil Presiden Kamala Harris menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dinas Rahasia Amerika Serikat yang telah menjaga keselamatan mantan Presiden AS Donald Trump.

Pernyataan ini menyusul adanya upaya pembunuhan kembali yang dihadapi oleh Donald Trump, kali ini di Florida, dikutip dari BBC, Senin (16/9/2024).

"Saya sangat terganggu oleh kemungkinan upaya pembunuhan mantan presiden Trump hari ini," kata Harris dalam pernyataan yang dikeluarkan melalui Gedung Putih.

"Saya mengutuk kekerasan politik. Kita semua harus melakukan bagian kita untuk memastikan bahwa insiden ini tidak mengarah pada lebih banyak kekerasan."

"Saya bersyukur bahwa mantan Presiden Trump aman. Saya memuji Dinas Rahasia AS dan mitra penegak hukum atas kewaspadaan mereka."

"Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joe Biden, pemerintahan kami akan memastikan Dinas Rahasia memiliki setiap sumber daya, kemampuan, dan tindakan perlindungan yang diperlukan untuk melaksanakan misi pentingnya."

Infografis Latar Belakang Kasus yang Jerat Donald Trump. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Latar Belakang Kasus yang Jerat Donald Trump. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya