Polda Papua Barat Endus Potensi Kerawanan di Pemilu 2019

Ia mengutarakan bahwa netralitas penyelengga pemilu menjadi salah satu potensi kerawanan di daerah tersebut.

oleh Muhammad Ali diperbarui 03 Des 2018, 06:32 WIB
Diterbitkan 03 Des 2018, 06:32 WIB
TNI dan Polri Gelar Apel Pengamanan Pilpres 2019
Personel Polri dan TNI menggelar apel gabungan Penyelenggara Pemilu 2019 di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (18/9). Apel Mantap Brata 2018 ini dihadiri Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. (Merdeka.com/Imam Buhori)

 

Liputan6.com, Manokwari - Kepolisian Daerah Papua Barat mengendus sejumlah potensi kerawanan pada pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di daerah tersebut.

Kepala Biro Operasi Polda Papua Barat Kombes Moch Sagi di Manokwari berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menekan kecenderungan anggotanya agar tidak memihak pada calon tertentu.

Ia mengutarakan bahwa netralitas penyelengga pemilu menjadi salah satu potensi kerawanan di daerah tersebut. Hal ini harus diantisipasi agar tidak ada sengketa antara peserta pemilu dan penyelenggara.

Berkaca dari pelaksanaan pemilu sebelumnya, lanjut Sagi, keributan pada saat pemungutan suara masih berpotensi terjadi. Hal itu terjadi akibat sejumlah persoalan, seperti undangan bagi pemilih dan hal-hal teknis lain di tempat pemungutan suara (TPS).

Potensi kerawanan lainnya, menurut dia, masih banyak warga yang belum melakukan perekam KTP elektronik. Mereka terancam tidak bisa menyalurkan hak suara saat pencoblosan.

Warga yang belum merekam data KTP-el umumnya berada di wilayah pedalaman dan pesisir pantai. Hal ini karena sarana dan prasarana hingga jaringan internet.

Polda Papua Barat, kata dia, juga mengendus potensi bahwa momentum pemilu akan dimanfaatkan oleh kelompok atau pihak tertentu untuk mengangkat isu yang dapat memecah belah masyarakat.

Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat tidak terpancing isu yang dapat becah belah.

 


Konflik Usai Pemungutan Suara

50 Ribu Pasukan Gabungan Ikuti Apel Kesiapan Natal dan Tahun Baru
Anggota TNI saat mengikuti Apel Kesiapan Natal, Tahun Baru 2019 serta menjelang Pemilu legislasi dan Presiden 2019 di Monas, Jakarta, Jumat (30/11). Apel diikuti 50.000 personel dari AD, AL, AU dan Polri. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Potensi konflik paling besar dapat terjadi setelah pemunguatan suara atau penghitungan dan penetapan calon terpilih.

"Perselisihan terkait dengan keabsahan ataupun jumlah suara yang dihitung sering menimbulkan protes dan keributan antarpendukung. Ini sangat mungkin terjadi," ujarnya.

Mantan Kapolres Mimika ini meminta para kapolres melaksanakan sosialisasi ke partai. Pengumpulan informasi, identifikasi, dan pemetaan kelompok massa pendukung harus dilakukan sebagai upaya antisipasi.

Sagi memandang perlu pengoptimalan komunikasi dengan masyarakat, para tokoh agama, tokoh pemuda untuk menciptakan kamtibmas.

"Waspadai agenda kelompok lain yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan tertentu yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan kerukunan antarumat beragama. Ini yang paling dikhawatirkan," pungkasnya.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya