Soal Emansipasi Wanita, Saraswati Kenang Perjuangan Kartini Kendeng

Sara menilai, para perempuan petani dari Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah ini memiliki daya juang yang hebat dalam mempertahankan sumber air dan keasrian alam.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Apr 2019, 18:02 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2019, 18:02 WIB
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Istimewa)
nggota DPR dari Partai Gerindra Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 21 April menjadi hari yang spesial bagi kaum perempuan di Indonesia. Sebab di tanggal itu diperingati hari kelahiran pahlawan emansipasi wanita RA Kartini. Tanggal itu pun sontak menjadi simbol emansipasi wanita di Indonesia.

Politikus Partai Gerindra, Rahayu Saraswati mengatakan, Hari Kartini mengingatkan dirinya terhadap perjuangan para ‘Kartini Kendeng’.

Para perempuan petani dari Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah ini memiliki daya juang yang hebat dalam mempertahankan sumber air dan keasrian alam tempat mereka tinggal yang tersimbolisasi dalam konsep 'Ibu Bumi'.

"Saya belajar filosofi arti perjuangan dari para Kartini Kendeng. Mereka kuat mempertahankan dan memperjuangkan prinsip-prinsip yang mereka pegang, salah satunya alam asri jangan dikorbankan untuk industri ekstraktif," ujar anggota Komisi VIII DPR RI tersebut kepada wartawan, Selasa (9/4/2019).

Sejumlah warga Petani Kendeng, Pati, Jawa Tengah menyemen kakinya di depan Istana Negara, Jakarta, Selasa (14 /3). Pada aksi ini di hari kedua ini jumlah petani yang mencor kakinya bertambah menjadi sebelas orang. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Saraswati mengatakan, kegigihan dan kesabaran mereka dalam mempertahankan hak-hak hidup dan lingkungan hidup merupakan contoh nyata kecintaan terhadap tanah air. Itulah sejatinya perjuangan Kartini dulu.

Perjuangan Kartini Kendeng, menurutnya, menjadi peringatan bagi  setiap pihak, bahwa Indonesia adalah negara agraris.

"Budaya leluhur kita itu bertani, dan itu tertanam kuat di sanubari Kartini Kendeng. Perjuangan mereka itu untuk mempertahankan budaya yang menjadi sumber nafkah mereka, mengapa di negara yang katanya agraris menjadi petani dilarang?" ujar ketua DPP Gerindra tersebut.

Saraswati menilai, aksi 9 perempuan Kendeng menyemen kaki di depan Istana Negara adalah bentuk sikap heroik dalam usaha menuntut keadilan sebagaimana dulu Kartini lakukan. Dia mengakui perjuangan Kartini Kendeng menjadi salah satu pengingat baginya dalam berjuang di jalur politik

"Keteguhan hati Kartini Kendeng menentang pemiskinan dan menolak perusakan ibu bumi tanah air memotivasi saya untuk terus berusaha membela hak-hak setiap orang melalui jalur parlemen," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Aksi Kartini Kendeng

Petani Kendeng Gelar Tradisi Brokohan di Depan Istana
Tulisan #selamatkan kendeng terpampang saat aksi di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/8). Dalam aksinya, mereka melakukan tradisi Brokohan memperingati pertemuan mereka dengan Presiden Jokowi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Seperti diketahui, para petani Kendeng melakukan perlawanan terhadap pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia. Perlawanan dan perjuangan menuntut keadilan mereka sudah berjalan sejak 2016. Sejumlah petani perempuan yang dikenal sebagai Kartini Kendeng turut melakukan aksi penolakan.

Mulai dari demonstrasi, aksi berdiam diri di tenda, jalan kaki Rembang-Semarang hingga aksi ekstrem yakni dua kali menyemen kaki di depan Istana Negara.

Aksi terakhir tersebut bahkan mengambil korban jiwa, Yut Patmi karena mengalami serangan jantung.

"Saya dengar perjuangan Yu Patmi diabadikan dalam bentuk monumen dan langgar untuk ibadah serta berkumpul menyusun pembelaan terhadap Ibu Bumi. Saya ingin menyempatkan diri ke sana, mendengar, semoga belum terlambat. Insyaallah," tutur Saraswati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya