Riset: Wanita Single Lebih Banyak Beli Rumah

Kini wanita lajang tak lagi menunggu tambatan hatinya untuk segera memiliki tempat tinggal.

oleh Isnaini Khoirunisa diperbarui 23 Des 2016, 14:41 WIB
Diterbitkan 23 Des 2016, 14:41 WIB
wanita lajang
single ladies

Liputan6.com, Jakarta Kini wanita lajang tak lagi menunggu tambatan hatinya untuk segera memiliki tempat tinggal. Terbukti dari hasil penelitian terbaru yang menunjukkan angka pembelian rumah oleh wanita lajang terus meningkat. Penelitian ini dilakukan oleh National Association of Realtors (NAR), organisasi perkumpulan broker di Amerika Serikat.

Dari hasil penelitian tersebut, sekitar 17 persen pembeli properti di Amerika Serikat datang dari wanita lajang. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan tahun 1981 dimana wanita lajang hanya menyumbang jumlah pembelian sekitar 11 persen.

Sementara itu, hasil yang mengejutkan justru ditemukan dari responden pria. Dimana hanya menyumbang total pembelian sekitar 7 persen. Persentase ini menurun dari 10 persen pada tahun 1981.

Yang menarik, persentase pembelian properti dari laki-laki lajang ini menurun seiring dengan meningkatnya isu kesetaraan gender yang belakangan ini disuarakan oleh kaum feminis.

Pembeli properti yang datang dari kalangan pria lajang dilaporkan memiliki penghasilan tahunan rata-rata USD69.600 pada tahun 2016. Sementara penghasilan tahunan para wanita lajang hanya sekitar USD55.300.

Lalu, apa yang membuat kaum wanita lebih tertarik mengarahkan pengeluarannya untuk membeli rumah?

Jawabannya ternyata terletak pada kepedulian mereka terhadap anak-anaknya.

Ketika usia median untuk wanita lajang yang membeli rumah ialah 50, maka ada proporsi yang besar untuk mereka yang berusia di bawah 18 tahun sudah memiliki anak.

Konsekuensinya, mereka menempatkan pembelian rumah sebagai skala prioritas yang utama. Begitulah yang dipaparkan Jessica Lautz, manajer dan riset konsumen dari NAR.

“Sebagian besar orang merasa keberatan dengan tarif sewa hunian yang terus meningkat bersamaan dengan jumlah suku bunga KPR. Hal ini membuat resiko keamanan tempat tinggal untuk anak-anak,” ucap Lautz ke Construction Dive.

“Wanita single juga cenderung mencari cicilan KPR dengan suku bunga yang lebih kecil,” tambahnya.

Sebagai catatan, di AS terdapat 8,6 juta ibu tunggal (single mother) di tahun 2011. Jumlah ini terus meningkat jika dibandingkan pada tahun 1960 dimana jumlahnya hanya 1,9 juta. Data ini dihimpun dari biro sensus Pew Research Center.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya