Liputan6.com, Jakarta Dalam menjalankan tugasnya sebagai makelar sekaligus konsultan properti, ternyata ada beberapa kendala yang sering dihadapi oleh broker atau agen properti. Dan biasanya hal ini datang dari klien yang punya kebiasaan yang merepotkan.
(Baca juga: Pssst!… Ini Rahasia Jadi Agen Properti Sukses)
Proses jual beli rumah sendiri umumnya akan menghabiskan waktu yang panjang. Hal ini disebabkan harga rumah yang mahal dan transaksi jual beli yang banyak persyaratan. Dengan sederet proses yang menghabiskan tenaga dan kesabaran ini maka tak heran apabila ada beberapa klien yang memiliki banyak permintaan kepada agen kepercayaannya.
Advertisement
Agen properti yang baik tentunya harus bisa menyesuaikan diri terhadap bermacam karakter klien. Dalam bisnis pelayanan dan jasa, customer memang selalu dianggap sebagai pihak yang benar. Nah, untuk mempersiapkan diri Anda dengan ragam kondisi dan tipe klien, simak empat kebiasaan klien properti yang bisa menguji kesabaran agen dari Rumah.com berikut ini.
1. Membuat rencana rahasia
Setelah survei kondisi bangunan biasanya pembeli akan meminta penurunan harga yang sesuai untuk biaya renovasi properti. Akan tetapi beberapa klien ada yang berencana untuk menetapkan potongan harga tanpa berunding dahulu dengan agennya. Ketidaksesuaian ini tentunya bisa menyulitkan proses jual beli ke depannya.
Padahal, agen punya pengalaman yang lebih banyak dalam hal negosiasi harga. Sebagai agen, Anda harus proaktif menanyakan keinginan dan anggaran yang dimiliki oleh klien sebelum menetapkan harga akhir.
2. Membuat penawaran harga yang terlalu rendah
Bagi sebagian orang transaksi jual beli kurang lengkap apabila tidak dibumbui dengan proses tawar menawar harga. Namun bagaimana jika klien Anda menawar harga terlalu rendah? Misalnya ketika sebuah properti dibanderol Rp700 juta dan sesuai dengan nilai pasaran yang berlaku, namun klien Anda mengajukan penawaran harga di angka Rp500 juta.
Selisih harga Rp200 juta bisa memicu proses tawar menawar yang panjang dan melelahkan. Hal ini bisa membuat penjual mundur atau mengacuhkan penawaran harga tersebut. Hal ini menjadi tugas agen untuk memberi saran atau masukan positif untuk kliennya, salah satunya dengan memberi penawaran harga yang realistis.
(Simak juga: Pilihan perumahan di Jakarta Timur dengan harga di bawah Rp1 miliar)
3. Menghabiskan waktu
Setiap orang memiliki jangka waktu tertentu untuk menargetkan momen pembelian rumah. Namun ada yang terlalu awal membuat persiapan hingga tiga atau dua tahun sebelumnya. Mereka cenderung ingin mengumpulkan informasi dan pengalaman mengenai transaksi jual beli rumah.
Hal ini tentu akan merepotkan agen untuk melakukan banyak tugas yang menguras waktu. Sebagai agen yang juga merangkap sebagai konsultan, Anda harus lebih profesional membagi waktu antara klien prospektif dan tidak.
Agar tidak kehilangan data klien potensial, sebaiknya Anda menjalin komunikasi dengan membagi konten bermanfaat melalui broadcast message atau email blast untuk menghemat waktu.
4. Plin plan dalam mengambil keputusan
Mengubah keputusan satu atau dua kali masih terbilang normal dalam proses pembelian rumah. Hal ini disebabkan banyaknya pertimbangan yang terkait didalamnya. Akan tetapi ada beberapa klien yang terlalu sering mengambil keputusan, bahkan dalam rentang waktu yang cukup dekat.
Hal ini tentunya bisa membingungkan agen dalam membuat strategi dan menjadi media penghubung antar penjual dan pembeli. Biasanya klien yang plin-plan belum memiliki bayangan yang jelas mengenai rumah impiannya.
Dan sebagai agen yang baik maka Anda harus mampu membantu dengan memberi ilustrasi dan saran yang bermanfaat sebagai panduan sehingga klien percaya diri dalam mengambil keputusan.
Isnaini Khoirunisa