Rawan Longsor, Kulon Progo Kurang Ratusan Alat Deteksi Bencana

Sejauh ini Kulon Progo hanya memiliki 9 EWS untuk mendeteksi tsunami dan 70 EWS untuk mendeteksi longsor.

oleh Yanuar H diperbarui 10 Feb 2016, 11:39 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2016, 11:39 WIB
Ilustrasi Longsor
Ilustrasi Longsor

Liputan6.com, Yogyakarta - Memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo menyebut ada 4 kecamatan yang masuk daerah rawan longsor. Namun, jumlah alat deteksi bencana atau Early Warning System (EWS) yang terpasang di daerah tersebut belum mencakup seluruh daerah rawan longsor.

Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Gusti Hartono mengungkapkan EWS diperlukan untuk mengamankan daerah rawan longsor. Sejauh ini, Kulon Progo hanya memiliki 9 EWS untuk mendeteksi tsunami dan 70 EWS untuk mendeteksi longsor. Padahal, kebutuhan alat EWS longsor di Kulon Progo mencapai ratusan.

"Sebetulnya yang dibutuhkan 300 EWS. Ke depannya kami berharap bisa terpenuhi. Semuanya (EWS) saat ini dari BPBD DIY," ujar Gusti di DPRD DIY, Selasa, 9 Februari 2016.


Gusti menyebutkan empat kecamatan rawan longsor di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta itu meliputi Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, dan Kokap. Ia menyatakan tim BPBD Kulon Progo selalu siap siaga saat terjadi bencana.

"Begitu ada kabar longsor, tanpa ada komando, semua langsung meluncur," kata Gusti.

Gusti menuturkan usai bencana longsor di Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, Rabu 3 Februari 2016 lalu, tim BPBD masih membersihkan sisa longsor dengan bantuan alat berat. Tim membutuhkan waktu 20 hari ke depan.

Prioritas penanganan bencana longsor saat ini adalah menangani pipa-pipa air bersih yang rusak akibat longsor dan mengevakuasi 2 kepala keluarga (KK) yang masih dalam ancaman bahaya longsor.

"Kami juga sedang mempertimbangkan 2 KK yang dalam bahaya di sebuah tebing di Samigaluh. Makanya harus disimpulkan akan dievakuasi atau seperti apa," ujar Gusti.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya