Tak Sudi Mengemis, Nenek Renta Bertahan Hidup dengan Jual Balon

Meski masuk kategori miskin, nenek renta di Makassar itu tak mendapat perhatian layak dari pemerintah.

oleh Eka Hakim diperbarui 14 Mar 2016, 09:09 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2016, 09:09 WIB
Tak Sudi Mengemis, Nenek Renta Bertahan Dengan Menjual Balon
Meski masuk kategori miskin, nenek renta di Makassar itu tak mendapat perhatian layak dari pemerintah.

Liputan6.com, Makassar - Balon warna-warni di genggaman Nenek Vonny (68) tak seindah hidupnya yang keras. Perempuan beranak sembilan itu harus berjuang keras demi menghidupi dirinya dan anak bungsunya, Parno, yang masih duduk di kelas 3 SMU Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan.

Dibantu Parno, Vonny setiap hari membuat balon gas. Ia lalu menjual balon gas itu seorang diri dengan berjalan kaki dari rumah ke Puskesmas Karuwisi Utara. Harga per balonnya Rp 5 ribu.

Jika balon jualan belum habis, ia kembali melangkahkan kaki ke apotek di Jalan Pontiku dan mangkal hingga sekitar pukul 22.00 Wita. Hasil jualan digunakannya untuk membeli seliter beras.

"Saya tak mau mengemis. Jualan balon adalah usaha suami saya sebelumnya. Anak saya 9 orang dan saya tak mau menjadi beban mereka, apalagi semuanya sudah berkeluarga," kata Vonny ditemui Liputan6.com di rumahnya Jalan Urip Sumoharjo, Lorong 3, Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Panakukang, Makassar, Minggu 13 Maret 2016.


Suami Vonny, Arif Da'di, meninggal setahun lalu. Vonny yang mengidap asma itu mau tak mau harus menjadi tulang punggung keluarga. Meski bekerja keras, pendapatan berjualan balon tetap tak seberapa. Keuntungannya hanya Rp 1.500 per buah.

"Kalau sakit asma tak kambuh, saya bawa 15 balon untuk dijual ke puskesmas dan apotek. Sekalian menjual di situ karena kalau ada anak-anak yang sakit ketika melihat balon dia agak riang," tutur Vonny. Jika asmanya kambuh, ia tak berjualan.

Jika sedang tak beruntung, terkadang Vonny hanya mampu menjual 6 atau 7 balon. Balon yang tersisa kemudian dikempiskan kembali agar besok bisa dijual ulang. Vonny mengatakan terpaksa menjual balon karena tak ingin menjadi pengemis.

Kehidupan Vonny memang tidak mudah. Ia tinggal di sebuah rumah kayu kumuh dan tidur beralaskan tikar tipis dan kusam yang sudah sobek. Meski masuk dalam kategori sangat miskin, Vonny tak kunjung diperhatikan Pemkot Makassar.

"Kita pernah beberapa kali didata tapi bantuan tak kunjung juga saya terima. Apalagi yang namanya Bantuan Langsung Tunai (BLT), saya tidak pernah dapat. Yang ada pernah pembagian raskin tapi sudah lama itu terjadi," ujar Vonny.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya