Cara Warga Lestarikan Songket Silungkang Sumatera Barat

Produksi Songket Silungkang saat ini mencapai 90 lembar per hari.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Mar 2016, 16:30 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2016, 16:30 WIB
Shafira membawa Songket Silungkang asal Sawahlunto, Sumatera Barat ke perhelatan Couture Fashion Week di New York.
16 koleksi extravagant Shafira bernuansa bernuansa hitam dan silver yang dipadukan dalam balutan Songket Silungkang dengan taburan kristal Swarovski.

Liputan6.com, Sawahlunto - Masyarakat Desa Silungkang Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, membentuk sebuah organisasi untuk mewadahi pelestarian dan pengembangan kerajinan tradisional Songket Silungkang.

"Organisasi tersebut diberi nama Forum Pemerhati Pengrajin dan Pengusaha Songket Silungkang Sawahlunto (FP3S3) dan telah terbentuk pada Kamis (3/3) di Sawahlunto," kata Ketua forum tersebut, Fidel Arifin, seperti dikutip Antara, Kamis (17/3/2016).

FP3S3 tersebut dirintis oleh para pemerhati, pelaku usaha, pengrajin serta tokoh masyarakat serta institusi pemerintah terkait sebagai sarana menjembatani upaya-upaya pelestarian kerajinan tersebut.

Kegiatannya meliputi peningkatan mutu hasil kerajinan, pengayaan motif serta pemasaran yang erat hubungannya dengan upaya-upaya pengembangan kerajinan tradisional khas daerah itu.

Dia menambahkan, perkembangan kerajinan Songket Silungkang sudah lebih membaik jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Capaian itu tidak lepas dari kegigihan para pengrajin dan pelaku usaha bersama seluruh elemen pemerintah daerah itu, dalam mengenalkan kerajinan tersebut untuk merebut peluang pasar yang ada.


"Perhatian dan bantuan yang baik pun juga diberikan oleh pihak Kementerian Pariwisata, salah satunya dengan memesan kain Songket Silungkang sebanyak 300 helai yang akan dipromosikan hingga mancanegara," sebut dia.

Terkait upaya peningkatan jumlah produksi kain Songket Silungkang saat ini oleh pengrajin setempat, menurutnya telah terjadi lompatan cukup besar yakni mencapai 90 lembar kain per hari.

Hal itu dipicu tumbuhnya animo masyarakat setempat untuk bertenun sebagai salah satu usaha mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, karena mulai terbukanya peluang keterjaminan pemasaran hasil produksi mereka yang sebelumnya sempat ditinggalkan dan nyaris mengalami kepunahan.

Bentuk Forum

Dia menjelaskan, forum yang telah dibentuk ini akan terus mencoba untuk menerobos peluang pasar yang ada, dengan melibatkan seluruh elemen di daerah ini serta para perantau.  

"Salah satunya adalah dengan menjadikan lembaga ini menjadi semacam unit pengawasan tingkat mutu yang dihasilkan dengan standardisasi kualitas serta penggunaan motif Songket Silungkang pada kain yang dihasilkan pengrajin agar nilai jualnya tidak anjlok serta mampu bersaing dengan kerajinan-kerajinan sejenis di Nusantara," kata dia.

Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf menyebutkan, selama ini Songket Silungkang sudah menjadi harapan dan sumber pendapatan bagi masyarakat untuk bertahan hidup dalam meningkatkan kehidupannya.

"Dahulu masyarakat Sawahlunto sempat sejahtera dengan potensi tambangnya, namun potensi tambang sudah mulai habis sehingga masyarakat membutuhkan lapangan kerja," ujar dia.

Menurut Ali, Pemerintah Kota Sawahlunto juga sudah berupaya membekali masyarakat dengan keterampilan bertenun di tiga kecamatan lainnya, agar jaminan ketersediaan barang yang menjadi salah satu syarat untuk membuka peluang pasar yang ada, bisa dipenuhi.

"Imbas positif yang sudah terlihat adalah tumbuhnya daya saing masyarakat dalam memenuhi permintaan pasar yang sudah meningkat jumlahnya dengan variasi harga yang cukup beragam dan terjangkau bagi semua kalangan," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya