Jadi Cagar Biosfer Dunia, Blambangan Sokong Ekoturisme Banyuwangi

Cagar Biosfer Blambangan terpilih karena mampu memenuhi syarat sebagai bagian jaringan cagar biosfer dunia.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 25 Mar 2016, 05:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2016, 05:00 WIB
4 Keelokan Alam Dibalik Keangkeran Alas Purwo
Pantai yang satu ini sangatlah terkenal di dunia karena pantai ini adalah The Giant 7 Wave Wonder.

Liputan6.com, Surabaya - Taman Wisata Alam Gunung Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi ditetapkan sebagai jaringan cagar biosfer dunia oleh UNESCO.

Penetapan dilakukan dalam sidang International Coordinating Council (ICC) Program Man and The Biosphere (MAB) UNESCO ke-28 di Kota Lima, Peru, pada 18 sampai 20 Maret 2016 lalu.

Kedua situs hayati itu tergabung dalam Cagar Biosfer Blambangan bersama dengan Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Baluran yang letaknya beririsan dengan Banyuwangi. Cagar biosfer  merupakan situs yang ditunjuk berbagai negara melalui kerja sama program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.

Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB-UNESCO LIPI Indonesia Y Purwanto mengatakan, Cagar Biosfer Blambangan sebelumnya diusulkan menjadi bagian dari jaringan cagar biosfer dunia pada 2015 lalu.


"Penetapan ini menunjukkan komitmen Indonesia, terutama daerah akan pentingnya upaya perlindungan sumber daya alam dan lingkungannya dalam kerangka pembangunan berkelanjutan," kata Purwanto, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas dan Protokol Pemerintah Banyuwangi pada Kamis (24/3/2016).

Purwanto melanjutkan, Cagar Biosfer Blambangan terpilih karena mampu memenuhi syarat sebagai bagian jaringan cagar biosfer dunia. "Di antaranya memiliki keunikan baik keanekaragaman hayati maupun budaya masyarakat lokalnya," tutur Purwanto.

Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dengan ditetapkannya cagar biosfer. Pertama, keuntungan ekologi di mana sumber daya alam hayati dan budaya di dalam cagar biosfer terlindungi dan terkelola dengan baik.

"Selain itu, keuntungan ekonomi di mana pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Serta, keuntungan sosial budaya dan capacity building untuk pengembangan ilmu pengetahuan," ujar Purwanto.

Berbasis Ekoturisme

Cagar Biosfer Blambangan meliputi kawasan seluas 678.947,36 hektare yang terbagi ke dalam tiga zona, yaitu area inti seluas 127.855,62 hektare yang meliputi tiga taman nasional (TN Alas Purwo, TN Baluran, dan TN Meru Betiri) dan satu Cagar Alam, Kawah Ijen; zona penyangga seluas 230.277,4 hektare; dan area transisi seluas 320.814,34 hektare.

"Ini juga akan menjadi promosi yang strategis bagi daerah karena ada 120 negara yang  menjadi anggota MAB-UNESCO yang setiap tahunnya melakukan pertemuan dan sharing tentang cagar budaya biosfer," imbuh Purwanto.

Konsep cagar biosfer sendiri telah digagas UNESCO sejak 1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 669 kawasan di 120 negara di dunia.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik ditetapkannya Cagar Biosfer Blambangan ke dalam jaringan Cagar Biosfer Dunia. Hal itu menjadi nilai tambah bagi Banyuwangi yang mengangkat konsep ekoturisme (ecotourism) dalam pengembangan pariwisata.

"Program Cagar Biosfer selaras dengan komitmen kami dalam mengusung konsep pengembangan wisata yang menyuguhkan keindahan lingkungan. Ini juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan," imbuh Anas.

Pemkab Banyuwangi memiliki sejumlah program menjaga kelestarian alamnya, seperti Sedekah Oksigen.  Lewat gerakan itu, Pemkab Banyuwangi telah melakukan gerakan penanaman pohon secara masif dan pengembangan hayati di seluruh Banyuwangi.  

"Termasuk juga penyebaran bibit pohon bernilai ekonomis seperti durian merah. Sudah ribuan bibit durian merah kami sebar dalam beberapa tahun terakhir. Tahun ini kami memperbanyak 5.000 benih durian merah," kata Anas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya