Liputan6.com, Jakarta Museum Radya Pustaka menyimpan ribuan manuskrip kuno. Salah satu yang terkuno adalah Primbon Mangkuprajan keluaran abad 17. Buku kuno itu memuat tentang ramalan sejarah dinasti versi Jawa. Tak hanya itu, kitab kuno itu juga berisi mantra pengasihan alias pelet asmara.
Buku ini memiliki tebal 327 halaman. Primbon Mangkuprajan ditulis sekitar 1785-1815 dan 1847 saat Pakubuwono IV, Raja Keraton Surakarta masih bertakhta. Buku ini berisi kumpulan naskah dan potongan doa.
"Ini merupakan buku kumpulan. Yang mengumpulkan adalah KRA Mangkupraja yang menjabat Pepayih Dalem Pakubuwono IV," tutur Kurnia Heniwati, bagian pengelolaan manuskrip Museum Radya Pustaka Solo, Kamis (4/8/2016).
Meski buku ini memiliki tebal lebih dari 300 halaman, tetapi tidak terlalu berat lantaran buku terbuat dari dluwang gendhong (kertas kulit kayu Panaraga). Karena umurnya yang sangat tua, kitab kuno itu sudah rapuh. Ada beberapa bagian kecil yang dimakan rayap dan beberapa lembar kertas nyaris lepas dari penjilidannya.
Baca Juga
Selain dalam tulisan Jawa kuno, sebagian naskah ditulis dalam gaya Pegon, yakni bahasa Jawa yang ditulis dengan tulisan Arab. Manuskrip juga memuat gambar dan diagram wajah. Keunikan lain adalah ada beberapa lembar yang dijilid terbalik.
"Buku ini jarang diminati pengunjung. Mungkin karena gaya penulisan Jawa kuno dan Pegon. Jadi tidak semua orang bisa memahaminya," ucap Nia.
Nia menjelaskan kumpulan naskah kuno memuat tentang doa, mantra pengasihan, rajah, ramalan, pengetahuan, firasat, tasawuf, dan sejarah dinasti Jawa. "Termasuk catatan lain tentang sejarah Keraton Solo pada akhir abad 18 hingga 19," kata dia.
Pada manuskrip halaman 10-25 berjudul "Azimat Tuwin Donga" memuat tentang beberapa guna-guna, doa, dan mantra. Kebanyakan tentang mantra pengasihan. Pada bagian ini ditulis dalam Pegon dengan gambar rajah.
"Harus hati-hati untuk mempelajarinya, kalau untuk tujuan buruk, bagian yang dicari enggak akan ketemu," kata Nia mengingatkan.
Advertisement