Ratusan Titik Panas Mulai Kepung Pulau Sumatera

Ada tujuh titik panas dengan level confidence di atas 70 persen yang semuanya berada di Riau.

oleh M Syukur diperbarui 08 Agu 2016, 15:31 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2016, 15:31 WIB
Ratusan Titik Panas Mulai Kepung Pulau Sumatera
Ada tujuh titik panas dengan level confidence di atas 70 persen yang semuanya berada di Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Ratusan titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan terpantau satelit Terra dan Aqua dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengepung Pulau Sumatera. Provinsi Riau kini berada di urutan empat titik panas terbanyak.

Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin menyebutkan, titik panas di Pulau Sumatera paling banyak terpantau di Sumatera Selatan sebanyak 50 titik, kemudian Provinsi Bangka Belitung dengan 40 titik.

"Secara keseluruhan, di Pulau Sumatera pada hari ini terpantau 173 titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan dengan confidence di atas 50 persen," kata Sugarin, Senin (8/8/2016) siang.

Selain Sumsel dan Babel, titik panas juga terpantau di Sumatera Utara sebanyak 30 titik, Lampung 13, Sumatera Barat 10, Jambi 2 titik, dan Kepulauan Riau 1 titik.

Sugarin menyebutkan, titik panas di Riau tersebar di Kabupaten Bengkalis 2 titik, Kampar 3 titik, Rokan Hilir 7 titik, Rokan Hulu 2 titik, Indragiri Hilir 1 titik, Indragiri Hulu 1 titik, Pelalawan 4 titik, dan Kuantan Singingi 2 titik.

"Dari semua titik panas yang terpantau di Riau, yang dipercaya sebagai titik api ada tujuh titik dengan level confidence di atas 70 persen. Titik api ini terpantau di Kampar 2, Rokan Hilir 1, Rokan Hulu 1, dan Pelalawan 3," kata Sugarin.

Sugarin menyebutkan, pada umumnya cuaca di Riau cerah hingga berawan. Potensi hujan sangat minim dan hanya terdapat di Riau bagian pesisir timur. Namun, sifatnya lokal dengan intensitas ringan hingga sedang yang dapat disertai petir dan angin kencang yang terjadi pada sore dan malam hari.

Adanya kebakaran hutan beberapa hari belakangan mulai berdampak pada jarak pandang di sejumlah kota dan kabupaten. Di Pekanbaru, jarak pandang hanya 5 kilometer (km) karena udara kabur, Kabupaten Pelalawan 4 km, Rengat 5 km, dan Kota Dumai 7 km.

Untuk mengatasi kebakaran tersebut, Satgas Udara Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di Riau mengerahkan dua helikopter water bombing dan pesawat Air Tractor ke lima kabupaten yang terdapat titik api.

"Seluruh pesawat dan helikopter yang ada telah diterbangkan sejak pagi tadi dan menyebar ke Bengkalis, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kampar dan Pelalawan," kata Komandan Satgas Udara Karhutla Riau yang juga Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsekal Pertama Henri Alfiandi.

Di Bengkalis, pengeboman air masih dilakukan di Desa Tasik Serai. Kebakaran di lokasi tersebut sudah berlangsung empat hari dan masih menyala sampai hari ini.

"Pemadaman juga dilanjutkan di Kecamatan Bangko (Rohil), Rokan IV Koto (Rohul) dan Kampar Kiri Hulu (Kampar)," kata Henri.

Menurut Henri, lokasi yang dipadamkan di kabupaten tersebut sudah terbakar sejak sepekan terakhir. Adapun lokasi kebakaran baru terdapat di Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan.

Pantauan Satgas Udara, kebakaran rata-rata terjadi di areal hutan yang dirambah untuk dibuka sebagai perkebunan. Selain itu, kebakaran juga terjadi di areal perkebunan sawit dan lahan kosong yang sudah diberi sekat kanal sebagai persiapan membuka perkebunan. ‎

Ancaman Kebakaran Masih Mengintai

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan jumlah titik panas di Pulau Sumatera bahkan lebih banyak lagi, yakni 232 titik panas. Meski begitu, jumlah tersebut disebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 lalu.

Selama 1-7 Agustus 2015, jumlah hotspot di Indonesia mencapai 14.451 titik, tapi pada periode 1-7 Agustus 2016 hanya ada 491 titik. Bahkan pada Agustus 2015 jumlahnya mencapai 14.451 titik. Penurunan jumlah titik panas saat ini disebabkan upaya pencegahan dan pemadaman karhutla yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, faktor cuaca juga sangat berpengaruh. Adanya anomali cuaca dan pengaruh La Nina menyebabkan hujan banyak terjadi di wilayah Indonesia pada saat musim kemarau. Kondisi tersebut menyebabkan lahan tetap basah sehingga sulit terbakar.

Saat ini, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) masih tergolong sedang hingga baik. Tidak ada daerah yang tertutup asap dan memiliki ISPU tercemar. Aktivitas masyarakat dan penerbangan sipil berjalan normal.

Meski begitu, potensi kebakaran hutan dan lahan masih akan mengancam hingga Oktober mendatang. BNPB telah menambah satu helikopter water bombing di Riau sehingga di Riau terdapat tiga heli water bombing dan satu pesawat untuk hujan buatan. Di Sumatera Selatan juga digelar hujan buatan dan dua heli water bombing.

Operasi darat melibatkan ribuan personel secara terus-menerus berpatroli, pemadaman dan sosialisasi agar penanganan karhutla pada tahun ini berjalan dengan baik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya