Liputan6.com, Pekanbaru - Cuaca di Riau kembali panas membuat lahan serta hutan mengering kembali. Kondisi ini dimanfaatkan penjahat lingkungan untuk merambah hutan, membakar dan menjadikannya sebagai lahan perkebunan.
Para pembakar seolah tak jera beraksi dan 'mengepulkan' asap di Bumi Lancang Kuning, meski bahaya polusi udara mengancam jutaan warga di Provinsi Riau dan sekitarnya.
Berdasarkan pantauan Satgas Udara Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau, titik-titik api baru muncul dalam dua hari belakangan. Bahkan lahan perkebunan di Desa Tasik Serai, Kabupaten Bengkalis, sudah beberapa hari menyala.
"Kemarin lahan di Tasik Serai terbakar dan sudah berusaha dipadamkan. Pantauan pada pagi tadi, areal kebakaran meluas berdasarkan pesawat pemantau titik api," kata Kadis Operasional Lanud Roesmin Nurjandin Kolonel Yani Amarullah, Minggu 7 Agustus 2016.
Kebakaran di Desa Tasik Serai ini dari pantauan udara terlihat sengaja dibakar. Pemilik lahan, belum diketahui apakah perorangan ataupun koorporasi, telah mengkotak-kan lahan yang sudah dibersihkan dengan sekat kanal dan membakarnya.
"Sangat jelas itu dibakar," sambung Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru Marsekal Pertama Henri Alfiandi, mengomentari foto-foto kebakaran lahan dari udara yang dikirimkan anggotanya.
Baca Juga
"Tangkap saja pemilik lahannya," sambung penerbang pesawat tempur berbintang satu di pundaknya ini yang geram melihat ulah pembakar lahan yang tak pernah jera.
Sementara itu, Kolonel Pnb Yani Amarullah menjelaskan, tim udara sudah mengirimkan beberapa helikopter dan pesawat air tractor untuk melakukan pengeboman air.
Helikopter mengambil air dari sungai yang jaraknya cukup jauh dari lokasi kebekaran. Sementara Satgas Darat juga ikut membantu dengan peralatan seadanya supaya kebakaran tak meluas.
"Satgas Darat tergolong sulit menempuh lokasi kebakaran karena medannya tidak mendukung," sebut Yani.
Advertisement
Sementara titik api baru, sambung Kolonel Yani, terpantau di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Kampar. Di dua kabupaten itu terdapat sejumlah titik api baru.
"Titik api terpantau di areal hutan yang sepertinya dirambah dan areal pekerbunan sawit. Titik api masih baru karena asapnya masih cokelat," kata Yani.
"Kebakaran ataupun titik api baru terpantau di Bangko (Rohil) ada beberapa titik, Pangkalan Kapas (Kampar) ada beberapa titik, Kecamatan Mandau (Bengkalis) dan Tasik Serai (Bengkalis," kata Yani.
Yani menegaskan, target operasi ini adalah pemadaman supaya api tidak meluas ke lahan lainnya. Satu helikopter pengemboman air menargetkan 31 ribu liter air untuk satu titik.
"Mudah-mudahan bisa teratasi dan selanjutnya dibantu Satgas Darat dari bawah untuk memadamkannya," kata Yani.
Selain pemadaman, Satgas Udara juga dibantu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menciptakan hujan buatan.
"Menggunakan Pesawat Cassa, 1.000 kilogram garam disemai ke awan-awan yang berpotensi hujan supaya cepat terjadi hujan," sebut Yani.
TMC ini sebagai salah satu cara antisipasi supaya lahan tidak kering dan mudah terbakar. Hujan diyakini lebih efektif mencegah kebakaran dan memadamkannya jika terdapat titik api.
"Hujan membuat lahan basah dan tidak mudah terbakar," kata Yani.‎