Liputan6.com, Yogyakarta - Gempa Aceh berkekuatan 6,5 SR terjadi pukul 05.03 WIB, dengan pusat gempa pada 5,25 LU dan 96,24 BT. Gempa bumi tersebut terjadi di darat pada kedalaman 15 km.
Bagi saintis, gempa bumi yang dirasakan di seluruh wilayah Provinsi Aceh dari Banda Aceh, Pidie Jaya, Lhoksumawe, Meulaboh itu menjadi temuan penting. Pasalnya, lokasi gempa di Pidie Aceh itu termasuk baru bagi para saintis.
Dosen Teknik Geologi UGM Subagyo Pramujijoyo mengatakan, gempa di Pidie Jaya Aceh itu baru terekam karena data-data gempa di Indonesia baru terekam sekitar 1992. Dengan begitu, gempa bumi tersebut membuat saintis memiliki data baru letak sesar "baru".
"Peralatan seismometer baru lahir 1992 maka itu tidak terekam. Kita penduduknya kan ratusan ribuan tahun kalo ada cerita rakyat kita bisa mendeteksi," ujar Subagyo di UGM, Rabu, 7 Desember 2016.
Subagyo mengatakan di Pulau Sumatra memiliki sesar-sesar aktif, mulai dari Aceh hingga pulau yang berdekatan dengan Pulau Jawa. Namun, yang berdekatan dengan sesar yang ada di Pidie Jaya kemarin berdekatan dengan sesar besar Sumatra yang memanjang dari utara ke selatan Pulau Sumatra.
"Tempatnya bisa diameter 15 km. Ini sesar sekunder (Pidie) dari sesar besar Sumatra," kata dia.
Berbeda dengan gempa yang terjadi di Aceh pada 2004 lalu, pusat gempa bumi di Pidie Jaya berlokasi di darat sehingga tidak berpotensi tsunami.
Subagyo mengatakan, Indonesia merupakan daerah berpotensi tinggi bencana gempa bumi jika melihat kondisi lautan Indonesia yang berada di antara lempeng Indo Australia, Asia dan Pasifik. Semua lempeng tersebut terhubung di Indonesia yang membuat seluruh daerah berpotensi gempa bumi dan tanah longsor.
Baca Juga
Advertisement
Gempa bumi di Pidie Jaya kemarin membuat data para saintis bertambah sehingga dapat digunakan untuk perencanaan mitigasi hingga bangunan.
"Sesar kita banyak sebenarnya. Gempa ini membuat data tambah terus dan itu sangat bagus untuk perencanaan tata ruang, dll," ujar dia.
Subagyo mengatakan, gempa bumi yang dirasakan sangat kuat oleh warga itu tergantung dengan jenis kerak yang ada, yakni apakah termasuk batuan yang keras atau yang lunak. Jika batuan itu termasuk keras, energi pelepasannya yang akan dirasakan keras juga.
"Di sini (Pidie) tidak ada sejarah gempa, semua orang fokus di sesar utama sekarang ketahuan sehingga diketahui arahnya," ujar dia.
Subagyo mengaku senang BMKG merilis lokasi pusat gempa sehingga akan mempermudah pemetaan lokasi gempa utama dan susulan. "Gempa susulan bisa di kedalaman yang lebih dangkal dari awal. Awal 15 km mungkin susulan bisa 10 atau 8 km kedalamannya, ya sekitar itu itu aja dengan diameter 15 km," ujar Subagyo.