BRIN Temukan Anggrek Spesies Baru Tanpa Daun di Sumatera, Dinamai Chiloschista Tjiasmantoi

BRIN baru saja menemukan anggrek akar tanpa daun baru di Aceh, Sumatera, bernama Chiloschista tjiasmantoi, penemuan yang sangat berharga.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 30 Mar 2025, 09:09 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2025, 09:09 WIB
Anggrek Spesies Baru Tanpa Daun di Sumatera
Anggrek Spesies Baru Tanpa Daun di Sumatera (instagram.com/prbe_brin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini berhasil menemukan spesies anggrek baru di Pulau Sumatera, tepatnya di Aceh. Anggrek tersebut dinamakan Chiloschista tjiasmantoi, sebuah spesies anggrek tanpa daun yang merupakan bagian dari genus Chiloschista. Penemuan ini mengungkapkan keanekaragaman hayati yang luar biasa di Indonesia, yang kerap kali menjadi pusat penemuan flora unik.

Spesies ini menarik perhatian dunia ilmiah karena memiliki karakteristik yang sangat unik dibandingkan anggrek lainnya, terutama kemampuannya berfotosintesis menggunakan akar sebagai pengganti daun. Anggrek ini ditemukan di habitat semi-terbuka yang berdekatan dengan hutan, pada ketinggian 700 hingga 1000 meter di atas permukaan laut, di mana ia tumbuh epifit di batang pohon tua.

Menurut Destario Metusala, peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Bioevolusi BRIN, Chiloschista tjiasmantoi ditemukan pertama kali pada tahun 2019 dalam survei botani di Aceh. Nama spesies ini diberikan sebagai penghormatan kepada Wewin Tjiasmanto, seorang filantropis yang mendukung upaya pelestarian flora di Indonesia, khususnya di Aceh.

Promosi 1

Temuan Anggrek Tanpa Daun di Aceh

Peneliti BRIN, Destario Metusala, bersama timnya, melakukan survei botani di Aceh pada tahun 2019, yang mengarah pada penemuan anggrek unik ini. Berbeda dari anggrek biasa, Chiloschista tjiasmantoi tumbuh tanpa daun. Sebagai gantinya, tanaman ini menggunakan akar fotosintetik untuk menyerap energi dari matahari, yang memungkinkan mereka bertahan di habitat yang terbatas.

Proses fotosintesis yang dilakukan oleh akar anggrek ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut mengenai adaptasi tumbuhan. Menurut Metusala, anggrek ini pertama kali ditemukan di perkebunan semi-terbuka yang dekat dengan hutan, tempat anggrek ini menempel pada batang pohon tua, hampir tidak terlihat karena warnanya yang mirip dengan kulit pohon.

Anggrek ini juga memiliki organ bunga yang kecil, namun mencolok dengan warna kuning cerah yang sangat membantu dalam proses deteksi keberadaannya di alam liar. Menurut Destario, kemunculan bunga yang begitu jelas menjadi faktor penting dalam penemuan spesies ini.

 

Morfologi dan Ciri Khas Bunga Chiloschista Tjiasmantoi

Anggrek Spesies Baru Tanpa Daun di Sumatera
Anggrek Spesies Baru Tanpa Daun di Sumatera (instagram.com/prbe_brin)... Selengkapnya

Setelah observasi lebih lanjut, spesimen bunga yang dikoleksi menunjukkan ciri-ciri morfologi yang membedakannya dari anggrek Chiloschista lainnya. Salah satu perbedaan paling mencolok terletak pada bentuk kelopak bunga yang lebih besar dan bibir bunga yang khas.

Bunga Chiloschista tjiasmantoi memiliki lebar sekitar 1 hingga 1,2 cm dan berwarna kuning dengan bintik-bintik jingga atau merah. Satu tangkai bunga dapat menghasilkan hingga 30 kuntum bunga yang mekar serentak, memberikan tampilan yang memukau meskipun tanaman ini tidak memiliki daun.

Peneliti juga menemukan bahwa anggrek ini mekar pada dua musim dalam setahun, yakni pertengahan Juli dan lagi di awal November hingga Desember. Musim berbunga ini sangat penting untuk memahami siklus hidup dan penyebaran spesies ini.

 

Habitat dan Kondisi Tumbuh Anggrek Chiloschista Tjiasmantoi

Anggrek Chiloschista tjiasmantoi ditemukan pada ketinggian antara 700 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut di habitat semi-terbuka yang lembap, berangin, dan terlindungi oleh pepohonan tua. Habitat ini memberikan kondisi yang ideal untuk tumbuhnya spesies anggrek yang unik ini.

Keberadaan spesies ini sangat terbatas pada area tertentu di Aceh, dengan kondisi tanah dan iklim yang mendukung pertumbuhannya. Walau demikian, ancaman dari ekspansi perkebunan dan perubahan iklim dapat membahayakan kelangsungan hidup anggrek ini.

Hal ini menjadi perhatian penting bagi para peneliti, yang menyerukan perlunya perluasan kawasan lindung untuk melestarikan spesies anggrek yang terancam punah ini, serta berbagai spesies flora endemik lainnya yang ada di Aceh.

 

Ancaman dan Status Konservasi

Chiloschista tjiasmantoi saat ini terdaftar sebagai spesies yang terancam punah (endangered) menurut kriteria IUCN Red List. Dengan luas area sebaran yang terbatas dan ancaman yang terus meningkat dari aktivitas perkebunan serta perubahan iklim, konservasi menjadi langkah penting untuk melestarikan spesies ini.

Destario Metusala mengungkapkan bahwa perluasan kawasan lindung di Aceh harus segera dilakukan untuk memastikan kelangsungan hidup anggrek ini dan spesies langka lainnya. Perubahan iklim dan konversi lahan menjadi faktor yang memperburuk ancaman terhadap keberadaan anggrek ini.

Selain itu, kesadaran akan pentingnya melindungi flora endemik Aceh menjadi hal utama dalam upaya konservasi dan edukasi masyarakat agar menjaga ekosistem yang ada.

 

Potensi Riset dan Penelitian Lebih Lanjut

Keunikan Chiloschista tjiasmantoi yang telah berevolusi untuk menghilangkan daun dan melakukan fotosintesis melalui akar membuka banyak peluang untuk penelitian biologis lebih lanjut. Peneliti berharap untuk menyelidiki lebih dalam tentang bagaimana anggrek ini dapat beradaptasi dengan lingkungan yang keras dan menggunakan akarnya untuk fotosintesis.

Metusala menambahkan bahwa temuan ini bisa membuka jalan bagi riset-riset baru dalam memahami evolusi tumbuhan, terutama dalam kelompok anggrek tanpa daun yang sebelumnya belum banyak diteliti. Penemuan ini turut menambah koleksi pengetahuan ilmiah mengenai keanekaragaman flora di Indonesia, yang merupakan salah satu pusat biodiversitas dunia.

Penelitian lanjutan diharapkan dapat memberikan wawasan baru yang dapat bermanfaat bagi pelestarian flora dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait.

Pertanyaan Populer (PAA):

Apa yang membuat Chiloschista tjiasmantoi unik dibandingkan dengan anggrek lainnya?

Chiloschista tjiasmantoi unik karena tidak memiliki daun dan melakukan fotosintesis menggunakan akar.

Di mana anggrek Chiloschista tjiasmantoi ditemukan?

Anggrek ini ditemukan di Aceh, Sumatera, pada ketinggian antara 700 hingga 1000 meter di atas permukaan laut.

Mengapa Chiloschista tjiasmantoi termasuk spesies yang terancam punah?

Chiloschista tjiasmantoi terancam punah karena area sebarannya terbatas dan terancam oleh ekspansi perkebunan serta perubahan iklim.

Apa langkah yang perlu diambil untuk melindungi Chiloschista tjiasmantoi?

Perluasan kawasan lindung di Aceh perlu segera dilakukan untuk melestarikan anggrek ini dan spesies langka lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya