Pesan Damai Natal Bergema di Berbagai Daerah

Di Purwakarta, pesan mendalam Bupati Dedi di Hari Raya Natal bikin jemaat bergetar. Toleransi antar-umat beragama pun terasa di Kupang.

oleh Ajang NurdinEka HakimAbelda RNPanji PrayitnoAbramenaOla Keda diperbarui 25 Des 2016, 16:11 WIB
Diterbitkan 25 Des 2016, 16:11 WIB

Liputan6.com, Purwakarta - Perayaan atau kebaktian Malam Natal 2016 di berbagai daerah di Tanah Air, berlangsung aman dan khidmat. Pesan damai Natal pun bergema.

Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, misalnya. Bupati Dedi Mulyadi didampingi Komandan Distrik Militer 0619 Letkol Ari Deparia Maulana dan Kepala Polres Purwakarta AKBP Hanny Hidayat memantaua terhadap situasi Misa Natal di seluruh Gereja di Purwakarta, Sabtu malam, 24 Desember 2016.

Gereja Huria Kristen Batak Protestan yang terletak di Jalan Veteran mendapat giliran pertama dalam kegiatan pemantauan ini. Setelah itu, ketiga petinggi Purwakarta tersebut langsung bergegas menuju Gereja Paroki Santa Maria di kawasan Kota Bukit Indah City Bungursari.

Dalam kunjungan di gereja itu, usai para jemaat melakukan prosesi Misa Natal, Dedi kemudian didaulat menyampaikan pidato yang sontak membuat umat Kristiani di gereja itu tertegun. Mereka seolah tak mau terlewati mendengarkan kata demi kata yang disampaikan Bupati Purwakarta itu.

Jemaat Gereja Tergetar

Dalam pidatonya, Bupati Dedi menyampaikan pesan mendalam tentang kedamaian.

"Bahwa hanya orang-orang yang memiliki kebeningan hati yang mampu merasakan sinyal-sinyal kemahasucian. Jiwa yang kotor penuh kebencian hanya akan melahirkan permusuhan. Bahwa kita menyadari sepenuhnya bahwa pada diri kita terlalu banyak kepentingan, dunia yang berkecambuk dalam isi batin persaingan karier dan jabatan, persaingan usaha, politik, sering kali mengotori hati kita dan melahirkan sifat permusuhan."

"Bahkan itu terjadi pada sebuah keluarga sekalipun. seorang kakak dan adik tidak mampu rukun dalam hidupnya, hanya karena pembagian harta warisan," kata Dedi dalam pidatonya.

Dedi kemudian melanjutkan pesannya. Bahkan di tengah pidato banyak di antara jemaat yang ikut terbawa dalam kata-kata hingga suasana gereja begitu hening.

"Terlalu jauh, masih jauh jarak antara diri kita dengan sifat kepasrahan. Pada seluruh kemahakuasaan," Dedi menambahkan.

Selaku Bupati Purwakarta, Dedi juga memberikan pesan kepada jemaat agar tetap memelihara kebeningan hati dan tidak berbicara perbedaan.

"Hanya dengan jiwa yang bening tanpa kebencian seluruh perbedaan akan disatukan. Mari kita berlatih menurut keyakinan kita masing-masing. Menghilangkan penyakit hati yang akan menggerogoti cahaya yang membimbing hidup kita."

"Pancasila hanya akan bisa tegak, mana kala seluruh penghuni negeri menerima seluruh perbedaan dan hati yang lapang. Baik perbedaan pemahaman maupun perbedaan keyakinan. Sebagai orang Sunda kita diajarkan, bahwa hidup kita ini setara atau padjajaran dan kesetaraan itu diwujudkan dengan sifat silih asah, asih, asuh serta silih pikanyaah," tutur Dedi.

Bupati Dedi Mulyadi didampingi petinggi TNI/Polri setempat memantau situasi misa Natal di seluruh Gereja di Purwakarta. (Liputan6.com/Abramena)

Bupati Dedi juga mengatakan perannya sebagai bagian dari unsur pemerintah bersama Kapolres dan dandim sangat vital dalam rangka cipta kondisi untuk menunjang suasana kondusif peribadatan kaum Nasrani itu.

Ia menilai pengamanan yang sudah jauh-jauh hari dipersiapkan sudah berjalan efektif dan membuat Misa Natal berjalan dengan aman.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Kang Dedi tersebut menyampaikan jika tanggung jawab pengamanan hari raya seluruh umat beragama bukan hanya menjadi wilayah TNI dan Polri.

Dedi menegaskan pemerintah daerah harus berada di garda terdepan dalam mengawal keberlangsungan perayaan tersebut. Apalagi, Purwakarta dan Indonesia dikenal sebagai daerah maupun negara yang sangat toleran.

"Support moral dan seluruh potensi yang ada harus dikerahkan dalam rangka pengawalan kegiatan hari raya umat beragama, termasuk malam ini Malam Natal, dan perayaan hari raya agama lain. Karena agama merupakan hak yang melekat pada setiap warga Negara, sudah sepantasnya Negara hadir," Bupati Dedi Mulyadi memungkasi.

Pesan Wali Kota Cirebon

Sementara di Kota Cirebon, Jawa Barat, Wali Kota Nasrudin Azis menjamin masyarakat mendapat rasa aman dan nyaman saat menjalankan prosesi Natal tahun 2016. Jaminan aman tersebut, setelah Azis meninjau sendiri ke seluruh gereja di Kota Cirebon bersama jajaran Polri dan TNI.

"Alhamdulillah di tengah riuhnya kondisi negara kita saat ini di Kota Cirebon yang kecil ini masih harmonis. Kita belum terusik dan jangan sampai terusik hingga mengakibatkan perpecahan," kata Azis usai meninjau gereja, Sabtu malam, 24 Desember 2016.

Dia menegaskan, masyarakat Cirebon masih terbilang harmonis. Baik yang muslim maupun non-muslim bisa saling menjaga satu sama lain. Menurut Azis, masyarakat di Cirebon maupun Indonesia secara keseluruhan seharusnya dalam kondisi aman.

Namun, hal itu tergantung bagaimana menjaga kesuksesan, kewaspadaan serta kemungkinan terburuk yang akan terjadi akibat isu sensitif soal toleransi umat beragama. "Kami juga bangga atas hasil kerja dan jerih payah jajaran TNI maupun Polresta Cirebon khususnya yang secara maksimal membantu membuat Kota Cirebon aman," tutur Azis.

Dia mengatakan pula, sejak dulu masyarakat Kota Cirebon dilahirkan untuk saling menjaga kerukunan antar-umat beragama. Karena itu, dia meminta seluruh lapisan maupun ormas Islam di Cirebon harus saling menyadari bahwa di daerah pantura ini sangat kental dengan toleransi.

"Serahkan saja kepada kami karena ini tugas pemerintah dalam hal ini Polri yang menegakkan aturan sesuai undang-undang yang berlaku," ujar Azis.

Terkait Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) soal larangan penggunaan atribut Natal, Azis menilai secara tidak langsung hanya sebatas imbauan.

"Fatwa MUI bukan dasar hukum positif di Indonesia, artinya cuma imbauan. Tidak perlu membahas Fatwa MUI secara berlebihan karena sudah jelas yang bertindak adalah Polri dan itu sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Yang penting kita saling menyadari ormas Islam, pengusaha harus sadari pentingnya toleransi untuk kerukunan masyarakat," Azis memungkasi.

Sementara itu, Kapolresra Cirebon AKBP Ade Vivid Agustiadi Bachtiar memastikan umat Kristen di Kota Cirebon aman selama menjalankan ibadah Natal. "Sterilisasi kami gelar dua kali dari pagi dan sebelum pelaksanaan ibadah Natal."

Dalam memberi rasa aman, menurut Vivid, umat Kristen yang akan beribadah di gereja diperiksa sebanyak dua kali. Baik pemeriksaan fisik maupun menggunakan pendeteksi logam.

"Sebelum pelaksanaan Misa Natal pertama juga kami lakukan sterilisasi ulang. Personel dari Polresta Cirebon ada 600 kami terjunkan untuk instansi samping ada sekitar 450 orang dan terus dijaga sampai perayaan Tahun Baru," ujar Vivid.

Anjing Pelacak Jaga Objek Vital

Pengamanan perayaan Natal dan Tahun Baru juga terlihat di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Unit Satwa Direktorat Sabhara Polda Sulsel, misalnya, menurunkan dua ekor anjing pelacak (K9) bersiaga di beberapa objek vital di Makassar, di antaranya Pelabuhan Soekarno-Hatta dan Bandara Internasional Hasanuddin.

Dua ekor anjing pelacak jenis German Shepherd itu bergantian menyisir area objek vital untuk mendeteksi adanya bahan peledak dan sejenisnya. Salah satunya terlihat saat anjing terlatih tersebut keliling menyisir area Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Sabtu, 24 Desember 2016.

"Selain bahan peledak, anjing pelacak tersebut juga untuk mengendus kemungkinan adanya narkoba yang diselundupkan. Kebetulan anjing yang diturunkan tersebut memang kemampuannya bisa mencium adanya bahan peledak dan narkoba," ujar Kapolres Pelabuhan Makassar, AKBP Said Anna Fauzah.

Menurut Said, selain area pelabuhan, anjing pelacak tersebut juga disiagakan di beberapa rumah ibadah gereja serta tempat-tempat yang dianggap rawan lainnya.

Pengamanan tersebut, menurut Said, sesuai dengan instruksi Kapolda Sulsel. "Selain tim K-9, tim Penjinak Bom dari Gegana Brimob Polda Sulsel juga akan dilibatkan untuk mendeteksi benda-benda yang dianggap membahayakan. Tim bersiaga hingga 2 Januari 2017 ke depan," ia menandaskan.

Pesan Damai dari Kupang

Adapun Nusa Tenggara Timur (NTT) pantas dijuluki Nusa Toleransi Tinggi (NTT). Toleransi antar-umat beragama sangat terasa saat umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus Kristus atau Hari Natal.

Di Gereja Katolik Kristus Raja, Paroki Katedral, tepatnya di Jalan Ir Soekarno No.1, Kota Kupang, sejumlah jemaah Masjid Al-Ikhlas Bonipoi, Kelurahan Bonipoi, kecamatan Kota Lama, kota Kupang turut berpartisipasi melakukan penjagaan perayaan malam Natal pada Sabtu, 24 Desember 2016.

Partisipasi umat Islam ini dilanjutkan pada puncak Hari Raya Natal pada Minggu (25/12/2016). Bersama aparat Polda NTT, pemuda Hindu dan Brigade Meo turut menjaga di halaman gereja.

Slamet Abubakar, salah seorang jemaah Masjid Al-Ikhlas Bonipoi mengatakan, partisipasi kaum muslim dilakukan setiap tahun pada momentum perayaan Malam Natal dan puncak hari Natal hingga menyambut tahun baru di gereja-gereja yang berada di wilayah Kota Kupang.

"Ini sudah menjadi tradisi di Kota Kupang. Sebelum kami dapat undangan dari gereja, kami sudah rapat persiapan untuk berpartisipasi di Malam Natal hingga pada malam penutupan tahun," ujar Slamet kepada Liputan6.com, Minggu (25/12/2016).

Selamat mengatakan pula, sebelum melakukan aktivitas penjagaan, pihaknya telah melaporkan kesiapan timnya kepada pengurus gereja. Anggotanya dibagi dalam tim. Di Gereja Katedral sebanyak 15 orang, sementara di Gereja GMIT, Kota Kupang sebanyak 20 orang.

"Semua anggota dihimpun dari jemaah masjid, remaja masjid dan karang taruna di wilayah Kelurahan Bonipoi," ujar Slamet.

Perayaan Malam Natal di Kota Kupang juga dipantau langsung Kapolda NTT Brigjen Pol E Widyo Sunaryo didampingi pihak Korem 161 Wira Sakti dan juga Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno. Kapolda bersama rombongannya memantau situasi di beberapa gereja di Kota Kupang.

Menurut Kapolda NTT, malam Natal di wilayah Kota Kupang berjalan aman dan damai. "Puji Tuhan, alhamdulillah, perayaan Malam Natal berjalan aman dan damai seperti yang diharapkan," ujar Widyo.

Untuk mengantisipasi adanya gangguan keamanan pada perayaan Natal 2016, Polda NTT mengerahkan kekuatan penuh melakukan pengamanan di setiap gereja dan tempat-tempat strategis. "Jumlah personel yang dilibatkan dalam pengamanan Natal sebanyak 3.000 dan untuk Tahun Baru ditambah 244 personel," Kapolda NTT menjelaskan.

Polda NTT juga membangun posko pengamanan yang dijaga ketat aparat kepolisian di setiap gereja dan tempat-tempat strategis. Pihak Polda juga meminta bantuan pemuda Gereja dan GP Ansor, remaja masjid untuk turut berpartisipasi dalam proses pengamanan Natal hingga malam Tahun Baru.

'Gereja Biru' Sasaran Bom Natal 2000

Suasana damai dan aman terlihat pula di Kota Batam, Kepulauan Riau. Perayaan Natal yang damai dan khidmat terlihat saat Kapolda Kepri Irjen Pol Sambudi Gusdian bersama rombongan mengunjungi jemaat di sejumlah gereja di Batam, Minggu (25/12/2016).

Walau demikian, penjagaan tetap diperketat yang di antaranya pemeriksaan petugas keamanan terhadap pengunjung gereja. Selain aparat keamanan, sejumlah organisasi masyarakat atau ormas dan Gerakan Pemuda Ansor ikut serta dalam penjagaan

Kapolda Kepri mengatakan, kerukunan dan kebersamaan itu sangat penting untuk dijaga karena kedamaian akan menciptakan kesejahteraan. "Kita saksikan di sini mulai tadi beberapa gereja kita singgahi, alhamdulillah semua tempat terjaga."

Adapun dari beberapa gereja yang disambangi rombongan Kapolda Kepri, salah satunya gereja yang menjadi sasaran bom Malam Natal tahun 2000. Namun saat ini, menurut Sambudi, kondisi Kepri cukup kondusif berkat kerja sama elemen masyarakat dalam menjaga keamanan.

Polda Kaltim Kerahkan 2.336 Personel

Seiring perayaan Natal dan Tahun Baru, Polda Kalimantan Timur mengerahkan 2.336 personel. Mereka tersebar di 13 kota atau kabupaten di Provinsi Kaltim dan Kalimantan Utara.

"Silakan umat Nasrani menjalankan ibadah dengan tenang. Aparat menjamin keamanan," kata Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin, Sabtu, 24 Desember 2016.

Safaruddin menjelaskan, personel pengamanan ditempatkan di sejumlah lokasi yang diduga menjadi titik rawan pelanggaran pidana. Terutama pengamanan dilakukan ke seluruh lokasi tempat ibadah umat Nasrani.

"Petugas ditempatkan di setiap gereja, pusat perbelanjaan termasuk pusat rekreasi masyarakat dengan melibatkan elemen masyarakat," Kapolda Kaltim membeberkan.

Saat ini, Safaruddin menilai kondisi keamanan dan ketertiban wilayahnya sudah aman dan kondusif. Polisi tetap waspada mengingat aksi teror terjadi di Gereja Oikumene Samarinda pada November lalu.

"Sudah aman semua. Tapi tidak mengurangi kewaspadaan. Semua tetap waspada," ia menandaskan.

Sementara, Kepala Polres Balikpapan AKBP Jeffri Dian Juniarta menambahkan, ada 11 titik konsentrasi pengamanan di Balikpapan. Di antaranya gereja dan fasilitas umum masyarakat.

"Polisi hadir di setiap gereja untuk mengamankan. Tidak mencolok. Insya Allah semua lancar dan aman," ia memungkasi.

Larangan Sweeping

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Balikpapan, Kaltim melarang ormas Islam menggelar sweeping atau razia di mal dan pusat perbelanjaan. "Tidak boleh ada aksi sweeping atas Fatwa MUI soal atribut agama lain," kata Sekretaris MUI Balikpapan Jailani di Balikpapan, Sabtu, 24 Desember 2016.

Jailani menjelaskan, sudah ada kesepahaman antara MUI dan Polri soal perayaan Natal dan Tahun Baru ini. Aksi sweeping merupakan bentuk pelanggaran hukum yang dapat dikenakan tindakan tegas.

"Jika benar terjadi pemaksaan, karyawan dapat melaporkan hal ini kepada kepolisian," ia memaparkan.

Jailani mengatakan pula, tugas MUI Balikpapan melakukan sosialisasi tentang Fatwa MUI Pusat tersebut. Bagi ormas Islam atau kaum muslim dilarang melakukan aksi sweeping karena hal tersebut adalah kewenangan kepolisian.

"Jika ada yang tetap nekat melakukan aksi sweeping, maka itu sudah menjadi tanggung jawab masing-masing karena harus berhadapan dengan hukum," ia menegaskan.

MUI pusat dan Mabes Polri, ia menjelaskan, sudah ada kerja sama untuk melakukan sosialisasi Fatwa MUI Nomor 56 Tahun 2016 tentang Mengunakan Atribut Keagamaan Non-Muslim.

"Kan jelas dalam kerja sama ini juga dinyatakan Polri akan menindak pihak-pihak yang melakukan pemaksaan pengunaan atribut agama lain kepada karyawannya yang beragama Islam. Ini sesuai dengan KUHAP 335 soal pemaksaan," ujar dia.

Selain itu, tidak dibenarkan bagi pihak manapun dengan dalih menegakkan Fatwa MUI melakukan aksi sweeping dan main hakim sendiri terhadap umat Islam atau lembaga bisnis yang menggunakan atribut agama non-muslim.

Jailani menambahkan, warga Kota Balikpapan diminta untuk tidak terpancing dengan sejumlah aksi sweeping yang dilakukan sejumlah ormas Islam di beberapa kota atau daerah lainnya. Warga Balikpapan khususnya umat Islam diminta tetap dalam suasana kondusif dan tetap menjaga kerukunan antar-umat beragama, seperti saat perayaan Natal.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya