50 Tahun Hijrah ke Malaysia, Raja Bulungan Ingin Balik Indonesia

Sultan Bulungan mengungsi ke Malaysia saat gejolak di Indonesia tahun 1964.

oleh Harun Mahbub diperbarui 09 Mar 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2017, 18:30 WIB
Bulungan, Kerajaan Besar di Kalimantan yang Terlupakan
Istana Kesultanan Bulungan. (Liputan6.com/Abelda Gunawan)

Liputan6.com, Jakarta - Sultan Bulungan X, Kesultanan Bulungan, Kalimantan Utara, Maulana Muhammmad Al-Makmun, berniat balik ke Indonesia setelah tinggal di Malaysia 50 tahun lebih. Sultan bersama dua permaisuri dan putra mahkota kini sedang intensif mengurus pengajuan mendapatkan kewarganegaraan Indonesia kembali.

Selain sultan, yang mengajukan pengggantian kewarganegaraan dari Malaysia ke Indonesia adalah permaisuri pertama Pengian Aminah, permaisuri kedua Pengian Siti Harna, dan putra mahkota Abdul Jalal.

"Seluruh tahapan proses sudah kami jalani. Tinggal ke Dubes Malaysia dan Kementerian Hukum dan HAAM serta terakhir ke Presiden," kata Dato' Seri PAngeran Sanuji Hj Hussin, sekretaris jenderal Kesultanan Bulungan, kepada Liputan6.com, di Jakarta, Rabu 8 Maret 2017.

Sanusi menjelaskan, sultan dan keluarganya hijrah dari Bulungan, sekarang masuk Kalimantan Utara, pada 1964. Kala itu tujuannya untuk menyelamatkan trah kesultanan seiring gejolak politik Indonesia. Imbasnya Kesultanan Bulungan dan keluarga kerajaan terancam.

"Orang-orang PKI membakar istana dan melakukan pembersihan etnis," jelas Sanusi.

Sultan sekarang, yang saat itu masih jadi putra mahkota, turut mengungsi ke Tawau, Malaysia, mengikuti ayahnya, Sultan Maulanan Muhamad Jalaludin. Perpindahan ke sana tak sulit, karena secara kultural, daerah Tawau masuk wilayah Kesultanan Bulungan.

Hingga bertahun-tahun kemudian keluarga kesultanan Bulungan bertahan hidup di Tawau sembari memantau perkembangan kondisi tanah air. Pengangkatan sultan sekarang sebagai raja Kesultanan Bulungan juga digelar di Tawau, pada Oktober 20002, mengggantikan ayahnya.

Setelah gonjang ganjing politik 1965 mereda, juga tercapainya reformasi 1998, keluarga sultan belum memutuskan balik ke Indonesia. Keinginan itu baru muncul ketika pada 2002 pemerintah menyerukan semangat merawat dan mengembangkan aset-aset kebudayaan, termasuk kerajaan-kerajaan di nusantara.

"Menyadari hakikat dan semangat menjunjung budaya itu, sultan dan keluarga memutuskan balik lagi ke Bulungan," kata Faisal.

Selanjutnya, sultan dan keluarga mulai mengurus proses balik ke Bulungan. Mereka pun mengajukan perpindahan kewarganegaraan. "Pemerintah Kalimantan dan Bulungan menyambut baik," ujar Faisal.

Bupati Bulungan, Sudjati, mengatakan pihaknya mengapresiasi niat Sultan Bulungan dan keluarga tersebut. Untuk itu, kata dia, pihaknya juga dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara memberikan surat dukungan resmi untuk Sultan Bulungan dan keluarga mengurus kepindahan kewarganegaraan.

"Kami menyambut baik, Sultan Bulungan dan keluarga akan membangun Bulungan, juga umumnya merawat kebudayaan Indonesia," kata Sudjati.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya