Liputan6.com, Jakarta Indonesia kaya akan budaya yang secara turun-temurun diwariskan oleh para leluhur. Satu di antaranya tradisi masyarakat di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat menyambut tamu pada acara pemerintahan maupun seremonial lainnya. Penyambutan ini biasanya berlangsung pada pagi hari.
Tamu yang datang ke Sikka, akan diterima dengan tarian penyambutan atau dalam bahasa setempat, yakni Soka Papak. Artinya, Tari Pengawalan atau Penyambutan. Tarian ini sejak zaman kerajaan dulu digunakan untuk menyambut raja atau ratu yang datang mengunjungi daerah-daerah di wilayah Sikka.
Seperti disaksikan Liputan6.com pada pagi cerah Selasa, 21 Maret 2017, di salah satu hotel di Kelurahan Waiara. Tarian ini digelar untuk menyambut kedatangan Bupati Sikka, Yoseph Ansar Rera, dalam acara pelantikan pengurus Asita.
Bupati bersama beberapa pejabat lainnya disambut dengan Tari Soka Papak. Upacara penyambutan tamu dilanjutkan ritual adat Huler Wair. Ritual ini menggunakan media Daun dan Air Kelapa.
Baca Juga
Daun yang digunakan adalah daun Huler dimana merupakan nama satu jenis pohon yang ada di Sikka yang pada musim panas atau hujan, daun pohon tersebut selalu tumbuh subur. Sementara, air kelapa merupakan lambang kemurnian dan kesejukan karena air kelapa merupakan air yang steril tidak terkontaminasi oleh apa pun.
Advertisement
Ketua Sanggar Tari Doka Tawa, Kletus Beru menjelaskan, tujuan dari ritual tersebut adalah untuk menjaga tamu agar dibebaskan dari segala macam marah bahaya. Sebab, ia percaya setiap orang yang hadir di sini bersama dengan leluhur.
"Karena itu sebelum memulai acara apa pun kita harus terlebih dahulu menyapa leluhur kita dengan menggunakan ritual Huler Wair agar acara yang kita laksanakan mendapat dukungan dari mereka," Kletus menjelaskan.
Sanggar Tari yang didirikan oleh Karolus Djawa sejak tahun 1990 itu giat melestarikan budaya masyarakat Sikka, khusus dalam bidang seni tari dan ritual adat.
"Kami selalu mengedepankan keaslian budaya yang kita miliki, mulai dari tari-tarian sampai alat musik yang kami pakai menggunakan material yang masih alami, seperti bambu, dan kulit hewan," kata Kletus.
Menurut dia, karena keaslian, keunikan dan keindahan tarian serta ritual adat yang dilestarikan, Sanggar Tari Doka Tawa yang diasuhnya sering diundang keluar daerah seperti ke Bali, Jakarta, Batam, bahkan ke hotel-hotel.
"Ini merupakan salah satu cara kami untuk melestarikan budaya kita agar tetap eksis di wilayah Sikka ini," kata penggiat seni tari tradisional Sikka tersebut.