Liputan6.com, Garut - Setelah gunung diduga piramida kuno menghebohkan pada beberapa tahun lalu, perhatian kalangan peneliti purbakala kembali tertuju ke Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bahkan, sebuah tim arkeolog telah menyambangi lokasi situs purbakala atau peninggalan megalitikum atau mirip situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, yang ditemukan di Desa Margalaksana, Kecamatan Bungbulang, Garut.
Terkait hal itu, Wakil Bupati (Wabup) Helmi Budiman mengatakan, Pemerintah Kabupaten Garut, segera mengkaji penemuan situs purbakala atau peninggalan megalitikum di Desa Margalaksana, Kecamatan Bungbulang tersebut.
"Memang kita telah mendapatkan laporan warga adanya situs itu, kita pun sudah menindaklanjuti dengan mengirimkan tim ahli ke lapangan," ucap dia saat ditemui usai peresmian Pesantren Lembaga Pemasyarakatan Garut, Jumat sore, 21 Juli 2017.
Baca Juga
Menurut Helmi, adanya penemuan situs purbakala tersebut mesti dibarengi hasil penelitian lapangan. Apalagi, data awal mengenai situs yang konon lebih besar dari Gunung Padang, Cianjur, itu masih terbilang minim.
"Kita perlu teliti terlebih dahulu, kita sudah kirimkan tim dan kita imbau kepada warga, awas banyak spekulan yang membeli tanah itu, karena itu sangat bernilai," ujar dia.
Saat ditanya apakah nantinya kawasan itu akan dijadikan kawasan cagar budaya, Helmi mengatakan masih menunggu hasil kajian dan penelitian dari lapangan.
Advertisement
"Makanya saya butuh masukan dari ahli, apakah nanti jadi cagar budaya atau apa? Yang jelas butuh kajian, makanya saat dikaji batunya jangan ada yang rusak, pelihara dulu jangan dijual," tutur Wabup Garut.
Belum lama ini, masyarakat Desa Margalaksana, Kecamatan Bungbulang, Garut, menemukan kompleks bebatuan mirip situs Gunung Padang, Cianjur. Berdasarkan kajian awal tim Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) yang telah meneliti di kawasan itu, batuan bersusun tersebut diprediksi berusia 3.000 tahun sebelum Masehi (SM).
Komplek Batu Raden biasa masyarakat setempat memanggil kawasan itu, berpotensi menjadi penemuan situs purbakala atau peninggalan megalitikum terbesar mengalahkan situs Gunung Padang yang memiliki luas bagian permukaan sekitar 900 meter persegi.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Diduga Seluas 24 Ribu Hektare
Kawasan situs itu diduga memiliki luas areal mencapai 24.000 hektare meliputi empat desa, termasuk wilayah Desa Margalaksana, Kecamatan Bungbulang, dan beberapa desa di Kecamatan Mekarmukti.
Batuan berbentuk balok di Margalaksana itu tersusun rapih menjorok ke dalam membentuk dinding dengan ketinggian sekitar 50 meter dengan panjang bentangan sekitar satu kilometer lebih, mulai Desa Margalaksana hingga perbatasan Desa Mekarmukti. Lokasi situs berada persis di sepanjang aliran sungai kecil yang terdapat di sana.
Selain bebatuan berbentuk balok, pancang, dan tiang berbagai ukuran, ditemukan pula batu bundar bersusun yang disebut batu susun. Kemudian batu berlapis atau bersisik karena bentuknya menyerupai sisik ikan atau masyarakat sering menyebut batu belang yang memiliki ketinggian 70 meter hingga 90 meter.
Batu susun ditemukan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikawung dengan ketinggian dinding berkisar 50 meter hingga 70 meter, sedangkan batu pancang atau tiang ditemukan sedikitnya di 30 titik.
Pada masing-masing dinding batu mulai bagian bawah hingga puncak terdapat semacam undakan, mirip situs-situs punden berundak mirip di kawasan situs cagar budaya punden berundak Batu Lulumpang, Cimareme, Banyuresmi, Garut, dan daerah lainnya, termasuk situs Gunung Padang.
Prasasti Diduga Beraksara Ibrani
Fakta lain yang menguatkan kawasan Batu Raden merupakan situs budaya, ditemukannya dinding batu tulis dengan tulisan diduga berbahasa aksara Ibrani. Salah satunya di Kampung Cibiru Ranca Kawung, Desa/Kecamatan Mekarmukti.
Termasuk sejumlah bangunan makam tua misterius berukuran besar dan panjang di lokasi berbeda. Salah satunya makam sepanjang tujuh meter dengan lebar dua meter disebut makam Raden Purba Kawasa di kawasan Leuweung Raden, Kampung Cikas.
Selain batu-batu berbentuk balok panjang, pada bagian lain terdapat deretan batu berbentuk bundar cukup tebal mirip lontong yang dipotong-potong. Batu tersebut cenderung memiliki warna, sehingga diduga jenisnya berbeda dengan bebatuan berbentuk balok panjang itu. Bahkan, batu bundar tersebut kerap digunakan masyarakat sekitar untuk tempat duduk.
Penemuan situs Batu Raden memang bukan kabar pertama adanya situs purbakala di Kabupaten Garut. Sebelumnya, warga Garut dihebohkan dengan beredarnya informasi adanya batu bersusun menyerupai piramida di Gunung Sadahurip, Kecamatan Sukawening, Garut. Namun, setelah adanya penelian ahli geologi, akhirnya dugaan itu terbantahkan.
Advertisement