Liputan6.com, Brebes - Selama satu dasawarsa lebih, Kakek Datam tinggal di kandang kambing. Dalam ruangan berukuran 5x2 meter, ia harus berbagi tempat dengan delapan ekor kambing peliharaannya. Kambing-kambing itu menjadi teman hidup Kakek Datam.
Ironisnya, kandang kambing yang kotor dan bau itu dijadikan tempat Datam untuk memasak, mandi, bahkan tidur.
"Mboten nopo-nopo. Monggo mriki mlebet griyone kulo (Tidak apa-apa mas, silahkan sini masuk rumah saya)," ucap Kakek Datam menyilakan tamu.
Advertisement
Saat memasuki tempat tinggal Kakek Datam yang lahir di tahun 1945 silam, tak ada satu pun peralatan elektronik, terlihat di dalam rumah.
Baca Juga
Hanya terdapat dipan kayu sebagai tempat tidur tanpa kasur dan peralatan masak. Lantai pun masih beralaskan tanah. Sedangkan untuk cahaya penerangan, Datam terpaksa menyalurkan listrik ke tetangganya.
Sekitar 15 tahun, Kakek Datam hidup sebatang kara di sana. Setiap hari, Kakek Datam harus mencari rumput, kayu, serta ilalang. Di sela-sela aktivitas itu, Kakek Datam masih menyempatkan diri untuk bersih-bersih halaman warga.
"Ya, sudah lama saya tinggal di rumah ini. Lha mau gimana lagi, adanya cuma kaya gini. Ya sudah disyukuri saja," kata Datam sembari memberikan makan kambing.
Saksikan video pilihan berikut ini!
Ingin Punya Rumah Layak
Sebelumnya, Kakek Datam memiliki tempat tinggal yang layak. Namun sepeninggal istrinya belasan tahun lalu, ia sering sakit-sakitan dan harus dirawat di rumah sakit. Rumahnya terpaksa dijual untuk membiayai pengobatan.
"Waktu itu saya butuh saat lagi sakit, akhirnya rumah saya jual untuk biaya pengobatan dan penyembuhan," kata dia.
Sementara itu, pernikahannya dengan almarhumah istri tak menghasilkan seorang anak pun. Sedangkan hubungan dengan sanak saudara sudah lama terputus.
Sehingga Kakek Datam hidup sebatang kara di usia senjanya, bersama beberapa ekor kambing yang ia rawat hingga sekarang.Â
Ia mengaku, meskipun telah terbiasa dengan
kondisi kandang kambing yang kotor dan berbau. Kakek Datam bermimpi ingin hidup di rumah yang layak sebagaimana kebanyakan orang.
"Ya pingin, bisa hidup dan tinggal di rumah yang bersih, bagus dan layak. Tapi saya nggak tau sampai kapan hidup disini," ungkapnya.
Terkadang, kakek renta itu berangan-angan ada dermawan yang bersedia membantu membangun rumahnya agar layak huni.
Advertisement
Tak Pernah Mengeluh ke Tetangga
Meski demikian, Kakek Datam tak pernah mengeluh kepada tetangganya. Segala keperluan hidup sehari-hari, mulai dari mencuci pakaian, piring, gelas, hingga merawat delapan ekor kambing, ia lakoni sendiri.
Tak jarang malah, tetangga Kakek Datam datang membantu. Mereka iba melihat kondisi Kakek Datam. Para tetangga kerap mengirim makanan dan jamu jika Kakek Datam mengeluh sedang tak enak badan.
"Banyak yang iba dan ngerasa kasihan dengan kondisi Kakek Datam. Warga di sini sering bantu, tapi semampunya saja," ucap Sasworo tetangga kakek Datam.
Sasworo juga menyayangkan, tak ada bantuan dari pemerintah. Padahal pemerintah setempat memiliki program rehab rumah bagi warga kurang mampu.
"Sampai sekarang belum ada bantuan ke Kakek Datam untuk rehab rumah tidak layak huni. Terus terang
nggak tega liat hidup dengan kondisi seperti itu," katanya.Â
Penghasilan Kakek Datam pun tak menentu. Kakek itu hanya memperoleh uang jika ada salah satu kambingnya yang dijual. "Setahuku hanya satu kali menjual kambing, pas Hari Raya Kurban," ujarnya.
Dari delapan ekor kambing, empat di antaranya milik Kakek Datam. Sedangkan empat lainnya, milik tetangganya yang dititipkan.
Â