Napak Tilas Rute Perang Gerilya Kemerdekaan ke-24 di Tanah Jawa

Napak tilas jalur perjuangan di Banjarnegara ini merupakan salah satu perang gerilya tanah Jawa.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 06 Nov 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2017, 12:00 WIB
Jenderal Soedirman menjadi kebanggaan Indonesia, terutama masyarakat eks-Karesidenan Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Jenderal Soedirman menjadi kebanggaan Indonesia, terutama masyarakat eks-Karesidenan Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Sebagaimana daerah lainnya, Banjarnegara memiliki kisah kepahlawanannya. Apalagi, daerah ini berdekatan dengan dua tempat kelahiran dua pahlawan besar masa revolusi kemerdekaan, Jenderal Soedirman dan Jenderal Gatot Subroto.

Dua nama itu, hingga hari ini menjadi kebanggaan wilayah eks-Karesidenan Banyumas. Tak kurang, Jenderal Soedirman menjadi nama universitas negeri di Purwokerto, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Cilacap pun tak mau ketinggalan dan menamai gedungnya dengan Gedung Dakwah Jenderal Soedirman.

Tak salah memang. Musababnya, eks-Karesidenan Banyumas, pada masa itu adalah titik paling strategis bertemunya para tokoh pejuang, terutama di tanah Jawa. Para pemberani dari ujung timur Jawa hingga bali bertemu dengan pemuda revolusioner dari ujung barat Jawa dan Sumatera.

Maka, di berbagai wilayah, muncul jalur perang gerilya yang hingga kini masih terus diabadikan dalam bentuk artefak jalur. Salah satunya adalah jalur  merebut kemerdekaan yang terdapat di Banjarnegara. Perjalanan napak tilas ini sesuai dengan aslinya, sehingga menantang lantaran banyak melalui jalur setepak yang curam.

Koordinator Panitia Pelaksana, Arif Tlewang, mengatakan napak tilas jalur perjuangan di Banjarnegara ini merupakan salah satu perang gerilya Jawa, yang membentang mulai Jawa Barat hingga Jawa Timur. Jalur itu saling terhubung meski berada di tengah hutan.

Perjalanan akan dibagi menjadi tiga etape. Etape pertama dimulai dari Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, dengan tujuan Desa Pejawaran, Kecamatan Pejawaran, sejauh kurang lebih 34 kilometer. Pada etape kedua, peserta napak tilas melanjutkan perjalanan dari Desa Pejawaran menuju Desa Kutayasa, Kecamatan Madukara, sejauh sekitar 48 kilometer.

Adapun etape terakhir, peserta memulai perjalanan napak tilas dari Desa Kutayasa Madukara menuju titik akhir di Pendopo Kabupaten Banjarnegara di pusat kota sejauh sekitar 15 kilometer.

 

 

 

Gladi bersih rute gerilya Perang Kemerdekaan di Banjarnegara, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo/KNPI)
Gladi bersih rute gerilya Perang Kemerdekaan di Banjarnegara, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo/KNPI)

Napak Tilas Sambil Menanam

Ia mengaku prihatin dengan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sejarah perjuangan para pahlawan di daerahnya masing-masing. Oleh sebab itu, napak tilas ini menjadi cara untuk mengingatkan beratnya perjuangan sekaligus menumbuhkan patriotisme.

Menurut Arif, napak tilas akan lebih berkesan karena sejumlah veteran ikut serta dalam kegiatan itu. "Peserta dari berbagai daerah, antara lain Pekalongan, Bumiayi, Trenggalek, Bandung, Cianjur, Semarang dan Jakarta dan berbagai kalangan. Di samping napak tilas, peserta dari kota ingin merasakan jalan jalan di desa," kata Arif, Jumat, 3 November 2017.

Arif menjelaskan, ini adalah napak tilas yang ke 24 yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Pemkab Banjarnegara. Napak tilas dengan rute perang gerilya pejuang kemerdekaan ini pertama kali diadakan pada 1992 silam oleh para pencinta alam dan KNPI.

Napak tilas ini akan diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah. Mereka akan berjalan kaki mengikuti rute yang dilalui para pahlawan dulu saat perang gerilya dalam memerebutkan kemerdekaan dari tangan penjajah.

Panitia pelaksana juga menyelipkan misi konservasi lingkungan. Kegiatan ini sekaligus bagian dari ekspedisi untuk memetakan daerah-daerah rawan bencana semisal tanah longsor di sekitar rute napak tilas. Dengan pemetaan yang tepat, pihaknya bisa mengedukasi masyarakat setempat agar mau terlibat dalam upaya konservasi di daerah masing masing.

"Kami bawa bibit aren dan kopi. Tanaman kopi sebagai pengikat tanah untuk cegah longsor. Sementara Aren untuk melindungi mata air di daerah yang sumbet mata airnya terus menurun,” ujarnya.

Selain itu, kata Arif, kegiatan ini dalam rangka memperkenalkan potensi alam dan pariwisata di Banjarnegara kepada masyarakat luar. Jika rute gerilya yang dilalui berdekatan dengan objek wisata alam, peserta napak tilas akan diajak mampir sejenak untuk menikmati keindahan alam di objek itu.

Hingga saat ini, sudah ada 120 peserta napak tilas yang telah mendaftarkan diri ke panitia. Pihaknya masih membuka pendaftaran bagi masyarakat yang ingin merasakan getirnya perjuangan para pejuang terdahulu dalam bergerilya.

"Targetnya peserta berjumlah 500 orang, dari Banjarnegara dan luar daerah," katanya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya