Kembar Siam Asal Padalarang Hanya Bertahan Hidup 10 Hari

Sejak kedatangannya ke RSHS Bandung, kembar siam atau disebut Bayi Nyonya Amariah 1 dan 2 memang memiliki kondisi yang kurang baik.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Nov 2017, 18:01 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2017, 18:01 WIB
Bayi Kembar Siam
Bayi kembar siam asal Palestina berusia satu hari terlihat di dalam inkubator di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, (22/10). Bayi kembar siam tersebut berjenis kelamin perempuan. (AFP Photo/Mahmud Hams)

Liputan6.com, Bandung - Bayi kembar siam berjenis kelamin laki-laki dari pasangan Agus Priyanto dan Amariah asal Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin, Kota Bandung, Jawa Barat, meninggal dunia.

"Sejak kedatangannya ke RSHS 10 hari lalu, kedua bayi yang biasa disebut Bayi Nyonya Amariah 1 dan 2 memang memiliki kondisi yang kurang baik," jelas Kepala Humas RSUP Hasan Sadikin, dr Nurul Wulandhani, dalam keterangan tertulis, Selasa (21/11/2017), dilansir Antara.

Ia mengungkapkan, Bayi Amariah 2 meninggal lebih dahulu tiga hari lalu, disusul Bayi Amariah 1 yang mengembuskan napas terakhir kemarin sore sekitar pukul 17.34 WIB dan diantar langsung oleh ambulans RSHS ke Padalarang, pada pukul 19.30 WIB.

Menurut Nurul sejak kedua bayi dirawat di RSHS, orangtua selalu diberikan informasi dan edukasi mengenai kondisi kesehatan. Termasuk, memberitahukan kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi kembar siam tersebut.

Selain itu, informed consent juga telah dilalui. Adapun informed consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 


Kondisi Kembar Siam Memburuk

Bayi Kembar Siam
Perawat mengecek kondisi bayi kembar siam berusia satu hari terlihat di dalam inkubator di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, (22/10). Kepala rumah sakit al-Shifa mengatakan bayi ini akan dibawa ke luar negeri untuk dipisahkan. (AFP Photo/Mahmud Hams)

Awalnya, menurut Nurul, tim dokter merencanakan melakukan operasi pemisahan pada Senin, 20 November 2017. Namun, sejak beberapa hari lalu, keadaan bayi mengalami perburukan dan berpotensi tinggi membahayakan kondisi kedua bayi. Tim dokter kemudian memutuskan untuk menyegerakan operasi pada Jumat malam, 17 November 2017.

Operasi dilakukan sekitar 12 jam dan selesai pada pukul 10.00 WIB keesokan harinya. Tapi, bayi yang lebih kecil (Bayi Nyonya Amariah 2) tidak dapat bertahan dan dinyatakan meninggal.

Sementara, bayi Amariah 1 langsung mendapatkan perawatan intensif di ruang perawatan intensif atau ICU RSHS Bandung.

Dalam masa kritisnya, bayi Nyonya Amariah 1 mendapatkan upaya-upaya stabilisasi semaksimal mungkin. Namun, Tuhan berkehendak lain, bayi mungil yang lahir pada 11 November ini tidak dapat bertahan dan meninggal dunia.

"Segenap keluarga besar RSHS mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan semoga senantiasa diberi kesabaran serta kesehatan," ujar Nurul.


RSHS Bandung Berhasil Angkat Kaki Tambahan Anak Kembar Siam

Kisah Kelahiran Kembar Siam Berkaki Tiga Asal Garut
Kembar siam berkaki tiga asal Garut itu bukanlah kasus pertama di dunia. Kembar siam ini bertipe abdomino pygopagus. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Sebelumnya, Tim dokter RSHS Bandung berhasil melakukan operasi pengangkatan kaki tambahan anak kembar siam, Al Putri Anugrah dan Al Putri Dewiningsih, Selasa, 26 September 2017.

Ketua tim penanganan bayi kembar RSHS Bandung Sjarif Hidajat Effendi mengatakan, pengangkatan kaki tambahan kembar siam asal Kabupaten Garut itu berjalan lancar.

"Operasi tadi sudah dilakukan dan berjalan lancar," kata Sjarif, Selasa, 26 September 2017.

Tubuh anak kembar siam berusia tiga tahun 10 bulan itu menyatu pada bagian perut dan panggul, sehingga tidak bisa dipisahkan. Kondisi organ vital seperti hati menyatu dan beberapa tulang tidak pada posisinya.

Namun, keduanya sering mengeluhkan satu kaki tambahan yang tumbuh di pinggul. "Satu kaki itu mengganggu aktivitas mereka. Nah, operasi pada kaki itu yang kita lakukan," Sjarif menjelaskan.

Menurut Sjarif, operasi tersebut berlangsung sekitar satu jam. Operasi ini terbilang singkat karena relatif mudah dilakukan yaitu dengan mengambil tulang ekstrimitas yang tidak tumbuh.

Untuk penanganan selanjutnya, tim dokter akan membuatkan kursi roda bagi putri kedua dan ketiga pasangan Iwan Kurniawan (39) dan Yani (30) itu.

"Kita akan membuatkan kursi roda sehingga mereka berdua bisa berjalan berdua dengan kaki berdua tetapi bisa berjalan-jalan bersama," kata Sjarif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya