Pengakuan Pemburu Harta Karun Bung Karno

Korban berusaha mencari pinjaman jutaan rupiah untuk berburu harta karun Bung Karno.

diperbarui 16 Des 2017, 10:01 WIB
Diterbitkan 16 Des 2017, 10:01 WIB
Wangsit Harta Karun Bung Karno
Korban selamat yang tertipu gua wangsit harta karun Bung Karno, Munasik alias Pak Fredy, kondisinya mulai membaik dan sudah pindah dari ruang ICU ke ruang Mawar RSD dr Soebandi, Jember. (Foto: Jumai/Radar Jember/JawaPos.com)

Jember - Akhirnya terungkap alasan para warga di Dusun Sanggar, Desa Subo, Kecamatan Pakusari, nekat berburu harta karun Bung Karno di Bukit Mandigu. Padahal, aksi ritual di dalam gua itu telah menewaskan tiga warga.

Keterangan dari berbagai sumber menyebut sebelum petaka itu terjadi, Munasik alias Pak Fredy, korban selamat dari gua maut yang disebut, terdapat harta karun Bung Karno, bingung cari pinjaman ke tetangga sebesar Rp 10 juta. Namun, upaya itu gagal karena dicegah kadesnya, Yani Romyatun.

Sebagaimana diketahui, Munasik adalah anggota LPM di Desa Subo, sehingga Kades Yani dikenal dekat dengan korban ini.

Rupanya, Kades menghalangi upaya Munasik cari pinjaman ke warga lain karena khawatir warganya ini terjebak semacam investasi bodong. "Kades enggak ngira ternyata uang untuk sangu cari harta karun," jelas salah seorang sumber kepada JawaPos.com.

Bahkan, Munasik sebenarnya butuh sedikitnya Rp 20 juta untuk berburu harta karun Bung Karno. Dia yakin uang Rp 20 juta akan berlipat jadi Rp 200 juta, setelah menjalani ritual di Bukit Mandigu tersebut.

"Munasik selalu janji akan mengembalikan uang, karena dia percaya uangnya yang Rp 20 juta akan menjadi Rp 200 juta," kata sumber tadi.

 

Baca berita menarik dari JawaPos.com di sini.

 

Pengakuan Korban

Wangsit Harta Karun Bung Karno Pembawa Maut
Tiga penggali lubang diduga menyimpan harta karun Bung Karno meninggal. Yang menyuruh mereka sehat wal afiat. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Anehnya, Munasik mengaku tidak kenal dengan Aji Bagus (warga Banyuwangi) yang sudah dijadikan tersangka. "Saya hanya ikut-ikutan saja," katanya.

Kebetulan, para korban yang cari harta karun di Gunung Mandigu itu masih juga satu keluarga dengan Munasik.

Dia sendiri mengaku bersyukur masih selamat dari maut. Karena setelah berhasil diselamatkan dari dalam gua, Munasik dilarikan ke RSD RS dr Soebandi Jember. Pada Rabu, 13 Desember 2017, pagi kemarin, tim medis mengizinkan Munasik alias Pak Fredy pulang.

Pagi itu Munasik dijemput Kepala Desa Subo Yani Romyatun bersama anggota BPBD Jember dan beberapa perangkat desa setempat. Kepulangan Munasik memang sudah ditunggu oleh keluarganya.

Sementara Yani Romyatun, Kepala Desa Subo, menyebutkan beberapa anggota BPBD Jember juga datang untuk mengurus kepulangan Munasik.

Menurut Kades, peran dua orang yakni sang dukun (Pak Ririn) dengan Aji Bagus (yang minta uang ke warga) sangat berkaitan. Karena itulah, selayaknya dua orang ini sama-sama diproses.

"Selama ini yang ditahan cuma Aji Bagus. Padahal, dukun ini yang menunjukkan ada ‘cahaya’ di Bakit Mandigu, yang membuat para korban tertarik cari harta karun di sana," jelasnya.

Namun, dia sepenuhnya menyerahkan seluruh proses hukum itu kepada aparat kepolisian.

 

Polisi Tunggu Laporan Korban Lain

Fakta Mengejutkan Petaka Wangsit Harta Karun Bung Karno
Polisi menetapkan satu tersangka dalam kasus petaka wangsit harta karun Bung Karno itu. Ia dijerat pasal penipuan. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sementara, Wakapolres Jember Komisaris Polisi Edo Satya Kentriko meminta agar masyarakat yang menjadi korban segera melapor ke kepolisian.

"Karena ada laporan, warga yang melakukan aktivitas di lokasi tersebut (Bukit Mandigu, Red) masih ada, tapi bukan orang Mumbul, karena orang Mumbulsari sendiri enggak kenal," jelasnya.

Sedangkan Widi Prasetyo, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Kabupaten Jember berharap kejadian yang menimpa warga Desa Subo dan Jatian adalah kejadian terakhir. "Pada masyarakat Mumbulsari, khususnya, mari peristiwa yang terjadi di Bukit Mandigu ini sebagai pembelajaran," jelasnya.

Dia ingin warga justru ikut merawat semua bukit yang ada di Kabupaten Jember. "Bukit-bukit itu jangan dilubangi (untuk bertapa), sebaiknya justru harus ditanami dengan tanaman yang mampu memberikan efek sosial bagi masyarakat dan memberikan dampak positif pada lingkungan," Widi menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya