Liputan6.com, Palembang - Pemerintah mendistribusikan beras murah Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) ke para pedagang sembako di pasar tradisional. Distribusi beras medium ini untuk mengimbangi tingginya harga beras premium.
Ternyata, harga beras bulog yang terlalu murah, membuat para pedagang mengalami kerugian.
Seperti dialami oleh Rita (42), pedagang sembako di Pasar Tradisional Lemabang Palembang. Sudah satu minggu terakhir dirinya memasok dua karung beras bulog di tokonya.
Advertisement
Baca Juga
Harga beli beras murah bulog yaitu sebesar Rp 185.000 per karung. Sedangkan harga jual hanya Rp 187.000 per karung.
Jika dijual eceran, beras bulog dijual seharga Rp 9.350 per kg. Untuk satu kilogramnya, pedagang hanya mendapatkan untung sebesar Rp 100.
Laba tersebut ternyata tidak bisa dikantongi pedagang beras bulog. Karena biaya pengemasan beras eceran pun lebih mahal dibandingkan untungnya.
"Kalau pembeli beli beras bulog eceran, pasti dibungkus pakai kantong kresek. Ada yang meminta dua lapis kantong kresek," ujarnya kepada Liputan6.com, Minggu (14/1/2018).
"Satu kantong kresek saja modalnya Rp 200. Jadi jualan beras bulog ini bukannya untung, malah rugi," katanya.
Kendati sudah satu minggu, dua karung beras bulog lebih sulit laku dibandingkan beras label lain.
Tak banyak pelanggannya yang berminat dengan beras bulog tersebut. Beberapa mengeluhkan, tekstur beras murah jika dimasak lebih keras dibandingkan beras medium lainnya.
Â
Â
Kurang Diminati
Berbeda halnya dengan penjualan beras premium berlabel Topi Koki dan Raja. Harga eceran sebesar Rp 12.000 per kilogramnya, bisa meraup untung Rp 800 hingga Rp 1.000 per kilogram.
"Karena diwajibkan memasok beras bulog, jadi saya stok 2 karung saja, tapi agak tersendat. Biasanya satu karung beras merek lain biasanya 2-3 hari sudah habis terjual," katanya.
Sama halnya dirasakan Molly (56), pedagang sembako di Pasar Tradisional Lemabang Palembang. Baru lima hari terakhir dirinya memasok beras bulog, namun kurang diminati pelangganya.
"Saya cuma ambil satu karung saja, coba-coba dulu karena kualitasnya kurang bagus. Ternyata pelanggan saya juga kurang tertarik membelinya," ujarnya.
Inspektorat Jenderal (Irjen) Kementrian Perdagangan (Kemendag) RI, Sri Agustina memantau distribusi beras bulog di dua pasar tradisional di Palembang, yaitu di Pasar KM 5 Palembang dan Pasar Lemabang Palembang, pada hari Minggu, 14 Januari 2018.
Menurut Sri Agustina, distribusi beras bulog medium ini untuk membantu masyarakat mendapatkan beras murah.
"Distribusinya bagus dan lancar, animo masyarakat juga lumayan baik. Kemendag ingin mengawal Bulog Divre Sumselbabel, Satgas Pangan dan PD Pasar, agar memberikan ketenagan masyarakat akan kesiapan beras terjangkau," katanya.
Â
Advertisement
Panen Raya Padi
Untuk harga beras premium di Palembang, sejauh ini masih dibawah Harga Ecer Tertinggi (HET) yaitu Rp 12.800 per kilogram.
"Di dua pasar yang saya kunjungi, HET beras premium seharga Rp 12.500 per kilogram. Masih terjangkau oleh masyarakat," katanya.
Penyebaran beras bulog ini, lanjutnya, dikarenakan stok beras premium terbatas dan dijual dengan harga yang murah. Penyediaan beras medium ini, lanjutnya, hanya akan berlangsung hingga awal bulan Maret 2018 saja.
Karena di bulan Maret 2018 sudah masuk panen raya padi. Sehingga pasokan beras baik medium maupun premium sudah tersedia untuk seluruh masyarakat.
"Pada prinsipnya, Sumsel masih bisa memenuhi kebutuhan beras sendiri. Walau memang ada dipasok dari daerah lain," ungkapnya.
Kepala Perum Bulog Divre Sumselbabel Bakhtiar mengungkapkan, stok beras di gudang Bulog mencapai 24.000 ton, sedangkan kebutuhan Sumsel hanya 4.000-5.000 ton per bulan.
"Stoknya cukup untuk pasokan beberapa bulan kedepan. Target penyerapan pada bulan Maret mendatang sebanyak 100.000 ton untuk Sumselbabel," katanya.