Liputan6.com, Jambi - Memasuki akhir tahun 2017, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi bersama, Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Satuan Tugas (Satgas) Pangan bersiap melepas 100 ton beras cadangan. Upaya ini untuk menghadapi tingginya kebutuhan masyarakat menjelang Natal dan tahun baru.
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi, M Dianto, pelepasan beras cadangan itu sebelumnya sudah diluncurkan pada Selasa, 5 Desember 2017 bersama Bulog dan Satgas Pangan Provinsi Jambi.
Advertisement
Baca Juga
"Pelepasan beras ini disebar ke sejumlah pasar di Jambi melalui operasi pasar," ujar M Dianto di Jambi, Jumat, 9 Desember 2017.
Selain untuk menekan tingginya permintaan menjelang Natal dan tahun baru, pelepasan beras cadangan itu bertujuan untuk menekan laju inflasi di Provinsi Jambi. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi di Jambi turut dipengaruhi naiknya harga beras di pasaran.
M. Dianto yang baru beberapa hari menjabat sebagai Sekda ini berharap langkah tersebut diikuti juga oleh seluruh daerah kota/kabupaten di Provinsi Jambi.
Sementara itu, Kepala Bulog Divisi Regional Provinsi Jambi, M Yusuf Salahudin mengatakan, masyarakat tak perlu khawatir karena stok beras di Jambi aman untuk tiga bulan ke depan. Dengan asumsi, pada akhir Februari atau awal Maret 2018 sudah masuk panen raya.
Ia menjelaskan, 100 ton beras yang dilepas tersebut adalah beras kelas medium yang dijual seharga Rp 8.100 per kilogram. Selain itu ikut dilepas juga minyak dan gula pasir dengan harga Rp 12.500 per kilogram.
"Untuk stok gula, Bulog menyiapkan 450 ribu ton gula," ucap Yusuf.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Gas Elpiji 3 Kg Langka
Sekda Provinsi Jambi, M. Dianto menyebutkan, ada tiga komoditi di Jambi yang harus diawasi dan dicermati yakni beras, cabai, dan gas elpiji bersubsidi 3 kilogram atau biasa disebut gas melon. Dianto mengakui, seperti di daerah lain, kerap terjadi kelangkaan gas melon di Jambi.
"Jadi kita, Satgas Pangan bekerja sama dengan Polda Jambi terus melakukan pengawasan di lapangan. Terutama gas melon ini, jangan sampai terjadi pelanggaran," ujar Dianto.
Kelangkaan gas elpiji 3 kg memang kerap dikeluhkan warga di Jambi. Selain itu, kalau pun ada harganya mahal sampai Rp 25 ribu atau melebihi harga eceran tertinggi (HET) yakni sekitar Rp 17 ribu.
"Sekarang hampir tiap hari susah cari gas melon. Sudah mahal barangnya gak ada," keluh Wati, salah seorang ibu rumah tangga di Kota Jambi.
Sebelumnya PT Pertamina (Persero) Jambi menyatakan, salah satu penyebab kelangkaan gas melon adalah pangkalan nakal. Para pangkalan gas elpiji nakal itu modusnya dengan menjual di atas HET. Sejumlah pangkalan juga kedapatan menjual gas subsidi kepada pengecer yang tentunya akan semakin mahal di pasaran.
Sales Eksekutif PT. Pertamina Domestik Gas Region II Rayon Jambi, Parrama Ramadhan mengatakan, sejak awal Mei 2017 lalu sudah mencabut izin 11 pangkalan gas elpiji nakal. Pangkalan tersebut kedapatan mempermainkan harga, bahkan menyelewengkan distribusi gas bersubsidi.
Selain itu, Pertamina juga mengeluarkan surat teguran keras kepada 57 usaha pangkalan gas di Jambi karena kerap melanggar aturan penjualan dan distribusi gas melon.
"Kita awasi dengan ketat pangkalan-pangkalan ini. Apalagi ini mendekati Ramadan dan lebaran," ujar Parrama.
Lebih lanjut ia mengatakan, Pertamina juga mengeluarkan larangan keras kepada 1.800 pangkalan gas yang tersebar di Jambi untuk tidak menjual gas elpiji 3 kg bersubsidi kepada pengecer. Jika dilanggar, jatah gas melon akan dikurangi. Bila tetap dilanggar, maka akan dicabut izin pangkalan tersebut.
Pertamina, kata Parrama, juga membuka nomor aduan khusus apabila warga Jambi mengetahui ada agen atau pangkalan nakal. Yakni di nomor 08117445000 atau ke alamat email pengaduan.lpgjbi@gmail.com.
Advertisement