Solusi Badan Geologi untuk Tanah Ambles di Gunungkidul

Ada resiko bagi masyarakat yang tinggal di daerah Karst seperti Gunungkidul yakni potensi tanah ambles ketika curah hujan tinggi.

diperbarui 07 Mar 2018, 21:02 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2018, 21:02 WIB
Diameter Tanah Ambles di Gunungkidul Makin Melebar
Tanah ambles di Desa Krambilsawit, Saptosari,Gunungkidul. Foto: Bambang Purwanto

Gunungkidul - Beberapa waktu lalu, warga Gunungkidul dihebohkan dengan munculnya sejumlah lubang akibat amblesan tanah. Menanggapi masalah ini, Badan Geologi pun melakukan peninjauan pada 14 Februari 2018 di dua titik tanah ambles di Gunungkidul yang diduga akibat curah hujan yang tinggi.

Berdasarkan hasil peninjauan itu, Badan Geologi mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul menindaklanjuti terjadinya amblesan itu.

Kepala BPBD, Gunungkidul, Edy Basuki mengatakan ada dua titik yang diteliti beberapa waktu lalu dan telah diberikan rekomendasi.

"Pertama untuk di Dusun Serpeng, Desa Pacerojo, Kecamatan Semanu, karena luasnya luweng/amblesan yang terbentuk, agar masyarakat berhati-hati, karena dimungkinkan terjadinya longsor masih cukup besar," ujarnya kepada Solopos.com, Selasa, 6 Maret 2018.

"Sehingga pemasangan police line yang selama ini telah dilakukan, perlu ditambahkan papan peringatan untuk tidak terlalu dekat dengan tebing yang terbentuk," dia menambahkan.

Jenis amblesan di Serpeng, berupa Dropout Doline dengan adanya kenampakan longsoran di tebing-tebingnya yang ada, luas diperkirakan 1 hektare- 1,5 hektare dengan panjang/lebar 80meter-100 meter dengan kedalaman 20 meter-30 meter.

Longsor masih berkembang sejak terendamnya dolina pasca Badai Cempaka yaitu adanya longsor di Deesember 2017 dan masih berkembang di awal Februari 2018.

Tidak menutup kemungkinann masih adanya longsor karena kondisi tegaknya lereng terutama di sisi Tenggara. Sedangkan di Dusun di Pringluwang, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, berupa Suffosion Doline dengan adanya runtuhan berupa tanah ke dalam ponor tanpa adanya longsoran dengan diameter 4 meter dan diameter 10 meter. 

 

Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini.

Simak video pilihan berikut ini:

Penyebab Amblesan

ilustrasi sinkhole
ilustrasi sinkhole

Edy menambahkan, untuk tempat yang kedua di Pringluwang, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong dengan kondisi amblesan skala kecil, masyarakat sekitar sudah terbiasa dengan menutup area menggunakan batang pisang, jerami, batu, dan tanah.

"Disarankan hal tersebut tetap bisa dilakukan, asal yang dimasukan bukan berupa sampah-sampah yang kemungkinan dapat mencemari air bawah tanah nantinya," katanya.

Faktor penyebab amblesan sendiri di daerah Karst merupakan fenomena alami sebagai bagian dari pembentukan morfologi Karst itu. Pemicu amblesan di lokasi pada awalnya dipicu oleh cuaca ekstrem siklon Cempaka yang menyebabkan banjir dan timbulnya genangan air di Gunungkidul.

Curah hujan yang sangat banyak menyebabkan masa tanah bercampur air yang semakin lama menjadi jenuh dan mengalir ke dalam lubang-lubang yang ada seperti ponor dan dolina yang sudah ada sebelumnya. Larutnya masa tanah tersebut mengakibatkan masa amblesan tanah di permukaan karena berpindahnya material diatas ke dalam rongga-rongga di bawahnya.

Pelarutan tersebut ada yang menimbulkan erosi dan longsor seperti di Serpeng. Di area amblesan terlihat adanya bekas rongga gua yang dimungkinkan sebagai tempat material tanah tersebut berpindah. Namun ada juga yang skalanya kecil hanya amblesan tanpa longsoran seperti di Pringwulang.

Secara umum Edy mengatakan agar masyarakat tetap waspada terhadap amblesan tanah, namun juga tidak perlu panik dengan kabar yang ada, selalu mengecek berita atau berkordinasi dengan dinas terkait di daerah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya