Liputan6.com, Tegal - Sedikitnya 51 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Kawit An-Nur, yang berada di jalan Kartini, Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal diduga mengalami keracunan massal usai menikmati makanan dan minuman takjil, Senin, 5 Maret 2018.
Puluhan santri yang semuanya laki-laki itu mengalami keluhan seperti mual-mual, muntah, dan pusing beberapa saat setelah buka bersama dalam rangka puasa sunnah Senin-Kamis.
Petugas Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Tegal, Muhammad Romedon mengatakan, para santri yang keracunan langsung ditangani petugas PMI dari dinas kesehatan setempat.
Advertisement
Baca Juga
"Kami berikan pertolongan pertama," ucap Muhammad Romedon, Rabu, 7 Maret 2018.
Karena kondisi keracunan tak terlalu parah, lanjut dia, puluhan santri juga sudah diberikan obat rawat jalan oleh tim medis untuk proses penyembuhan. Namun, ada dua santri yang harus dilarikan ke RSUD dr Soeselo Slawi.
"Yang dua itu kondisinya memang diharuskan mendapatkan perawatan intensif," jelasnya.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan Romedon, kejadian bermula pada Senin, 5 Maret 2018 sekitar pukul 18.00 WIB. Saat itu, para santri berbuka puasa dengan es kelapa muda dicampur dengan minuman saset dan jeruk Bali.
"Keesokan harinya, para santri mengalami diare. Namun, tak berani melapor ke pengurus pondok," jelas Romedon.
Baru pada sore hari, santri berani melapor ke pengurus pondok, tetapi tidak digubris. Pihak pondok menganggap para santri hanya mengalami sakit ringan.
Menjelang tengah malam, keadaan para santri belum juga membaik. Salah satu pengajar yang sedang melaksanakan lembur akhirnya melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dan PMI Kabupaten.
"Saat itu juga petugas ditemani Pak Zaenal (Babinsa Koramil 14/Slawi-Red) mendatangi lokasi kejadian," Romedon menambahkan.
Petugas langsung memberikan pertolongan pertama. Beberapa santri diberi obat penurun panas dan pereda sakit kepala. Petugas juga telah membawa sampel makanan dan minuman yang dikonsumi para santri untuk diperiksa.
"Untuk jaga-jaga, kami menyiapkan tim siaga dan ambulans 1x24 jam. Jika ada korban yang kondisinya memburuk akan segera dirujuk ke RS," tambahnya.
Advertisement
Dilakukan Observasi
Sementara itu, menurut pengakuan Iqbal Maulana (16) seorang santri yang juga menjadi korban keracunan massal, enam jam setelah mengonsumsi makanan dan minuman takjil, ia tidak merasakan apa-apa.
"Baru kerasa keesokan harinya pas bakda Zuhur (Selasa siang). Saya harus izin ke guru untuk beristirahat di asrama pondok," kata Iqbal Maulana.
Ia menuturkan, saat berbuka puasa, dia dan santri lain menyantap hidangan minuman buka puasa berupa es kelapa muda yang dicampur minuman instan bubuk bungkusan (saset) dan ditambah buliran jeruk bali.
"Untuk makanan, kami menyantap nasi putih dan sayur kangkung," katanya.
Saat ini, dirinya dan puluhan santri lainya masih dalam perawatan di pondok pesantren. Sedangkan, santri yang mengalami keracunan dengan kategori sedang masih menjalani perawatan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan, PMI, dan RSUD Soeselo Slawi Kabupaten Tegal.
Sebagaimana Romedon, Kepala Bidang Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Kiswandi, jika puluhan santri itu diduga mengalami keracunan usai menyantap hidangan makanan dan minuman takjil.
Pihaknya telah melakukan upaya rehidrasi oral dengan memberikan obat- obatan dan rehidrasi parental yakni dengan infus.
"Rehidrasi oral itu mengganti cairan di tubuh mereka. Dalam kondisi saat ini, mereka merasakan mual, muntah- muntah, lemas, sakit perut dan sebagainya. Mudah-mudahan beberapa jam lagi kondisi sudah mulai membaik," dia memungkasi.