Mulai April Curah Hujan Berkurang, Begini Imbauan BMKG

Sepanjang Maret terjadi 146 kejadian longsor di 43 kabupaten/kota, sebagian besar terjadi di Pulau Jawa.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 04 Apr 2018, 22:01 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 22:01 WIB
Mulai April Curah Hujan Berkurang, Begini Imbauan BMKG
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi Kasbani. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi Kasbani mengungkapkan, potensi gerakan tanah atau longsor pada April 2018, akan sedikit berkurang jika dibandingkan dengan Februari dan Maret.

"Berdasarkan Peta Peringatan Potensi Terjadi Gerakan Tanah dari Badan Geologi dengan hasil prakiraan curah hujan dari BMKG, menunjukkan bahwa potensi longsor dan banjir bandang pada April sedikit berkurang dibanding Februari dan Maret," kata Kasbani di Kantor Geologi Bandung, Selasa, 3 April 2018.

Kasbani merinci, sepanjang Maret terjadi 146 kejadian longsor di 43 kabupaten/kota, di mana sebagian besar terjadi di Pulau Jawa. Dampak kejadian tersebut, mengakibatkan 431 rumah/bangunanrusak dan delapan orang meninggal.

Meski potensi longsor menurun pada bulan ini, Kasbani mengingatkan, potensi terjadinya gerakan tanah di seluruh Indonesia masih mungkin terjadi di berbagai daerah di Indonesia. "Masyarakat dan pemerintah daerah tetap perlu meningkatkan kesiapsiagaan," katanya di Bandung.

Sementara prakirawan dari BMKG Jadi Hendarmin menjelaskan, musim kemarau dimulai bilamana pada 10 hari pertama total curah hujan kurang dari 50 mm dan diikuti 20 hari berikutnya.

"Total 30 hari berjumlah 150 mm. Tetapi setiap daerah berbeda untuk zona musim, tidak dibatasi batas administratif," ujarnya.

Pihaknya memantau pada April ini ada empat lokasi yang akan memulai musim kemarau terutama di Jawa Barat, yaitu Bekasi Utara, Karawang Utara dan Tengah, serta Indramayu.

"Daerah lain akan segera memasuki kemarau. Antara Mei dan Juni," ujarnya.

Kenali Tanda Longsor

Longsor di Desa Bener, Majenang, Cilacap sebabkan empat desa terisolir. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)
Longsor di Desa Bener, Majenang, Cilacap sebabkan empat desa terisolir. (Foto: Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)

Lanjut Kasbani, longsor yang terjadi di saat bukan musim penghujan, menyebabkan masyarakat kurang waspada karena hujan sudah tidak ada dan beraktivitas normal seperti berkebun atau ke sawah. 

"Sehingga masyarakat yang tinggal di bawah atau pada lereng terjal, di daerah aliran sungai atau sepadan sungai harus senantiasa waspada terhadap ancaman longsoran pada saat hujan dan tidak hujan, serta mengenal tanda-tanda awal sebelum longsor," ungkapnya.

Menurut Kasbani, tanda-tanda awal longsor ini umumnya muncul retakan pada lereng, beberapa pohon atau tiang listrik sudah mulai miring, tiba-tiba muncul rembesan pada lereng, runtuhan batu kecil mulai terjadi, terjadi pembendungan sungai atau air sungai tiba-tiba tidak mengalir, dan lereng tiba-tiba mengembung.

"Kearifan lokal seperti ini perlu ditingkatkan lagi mengingat korban akibat bencana longsor masih tinggi. Jika mengenali tanda-tanda awal longsor tersebut sebaiknya mengungsi dulu atau menjauhi lereng," jelasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya