Liputan6.com, Balikpapan - Sekilas memandang terkesan kumuh. Suatu pasar tradisional yang berpetak petak terbuat kayu ulin sederhana. Tapi Pasar Kebun Sayur merupakan saksi sejarah peradaban masyarakat Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kota Balikpapan yang dulunya hanya kawasan berbukit dan rimba, mulai mengeliat menuju menjadi kota metropolitan. Bagi traveler belum afdol bila belum mengintip pusat perbelanjaan suvenir khas Kalimantan ini.
Lokasi pasar ini memang berada di pinggiran Balikpapan, tepatnya di Kelurahan Marga Sari wilayah Balikpapan Utara. Letaknya sekitar sejam perjalanan berkendara motor dari Bandara Sepinggan Balikpapan. Ongkos dikeluarkan juga relatif terjangkau sekitar Rp 60 ribu lewat jasa transportasi online.
Advertisement
Baca Juga
Tapi di pasar ini ada begitu banyak pilihan suvenir asli Kalimantan. Sebaiknya, para petualang didampingi pemandu warga lokal yang paham karakteristik strategi jual beli di Pasar Kebun Sayur.
Harga suvenir mendadak melambung tinggi saat peminatnya adalah pelancong luar kota. Keberadaan pemandu lokal akan membantu memilihkan kios suvenir yang memberikan harga wajar bagi pelangganya.
Bila di sini, jangan kaget dengan riuh rendah pedagang yang menawarkan jualannya. Rutinitas terisi teriakan, omelan dan umpatan pedagang.
Meski begitu, mata akan puas memandang pahatan kerajinan patung ataupun coret-coretan kain di sarung tenun Kalimantan. Semua ini hanya satu dari sekian banyak souvenir menjadi favorit pelancong yang sempat singgah ke Balikpapan.
Anda tidak perlu tertawa menyaksikan seorang pedagang bermodal nekat menawarkan suvenir bagi turis asing. Dengan bahasa isyarat tangan ditimpali perbendaharaan bahasa asing sekenanya - transaksi jual beli bisa terjadi.
"How much is this ? (Berapa harganya?)"Â tanya seorang bule asal Australia mengeja pelan-pelan pertanyannya ini.
Terlihat jelas mimik mukanya ragu bahwa pertanyannya ini mampu dipahami pedagang. Dia bisa menunjuk sebilah pedang mandau terjereng rapi di salah satu kios.
"Saya bingung menjawab pakai bahasa Inggris sih," bisik Anna pedagang suvenir dengan malu–malu.
"Kalau dengan Bahasa Bugis tentu gampang saja," sambung temannya sesama pedagang dengan jenaka.
Transaksi jual beli akhirnya terjadi setelah Anna susah payah menyebutkan harga pedang mandau dalam bahasa asing.
Keterbatasan perbendaharaan bahasa sering menjadi persoalan di Kebun Sayur. Padahal, pasar ini terkenal dan menjadi bahan tujuan traveler luar daerah. Mencari suvenir asli Kalimantan? Jawabannya hanya satu. Ya di Kebun Sayur.
Tidak jarang, artis terkenal seperti Tukul Arwana, juga menyempatkan mampir untuk berburu aksesoris khas Kalimantan. Memang tidak setiap hari, tapi pada hari-hari tertentu, jalan tanah nan becek ini terkadang dilewati para bintang sinetron, penyanyi hingga ibu negara, Ani Yudhoyono di masanya.
"Saat Kaltim atau Balikpapan ada acara besar," ungkap pedagang satu ini yang mengaku pernah bertemu langsung dengan personel Slank, Ungu, Noah, dan Krisdayanti. "Usai mereka konser di Balikpapan dan kemudian belanja di sini."
Â
Perjalanan Kebun Sayur
Tahun 50-an, Kebun Sayur diistilahkan sudah menjadi beranda rumah kota Balikpapan. Warga pendatang dari berbagai etnis, tumplek blek mengadu nasib di kawasan berbatasan langsung dengan kilang–kilang minyak Pertamina Balikpapan.
Bertambahnya umur zaman, Pasar Kebun Sayur makin berkembang pesat dengan sendirinya. Banyak warga pendatang, mereka kebanyakan adalah orang buangan dari Jawa dan Sulawesi pada zamannya kompeni, turut dalam pengembangan pasar ini.
Sekarang ini, kondisinya jauh sudah berubah. Lima kali terbakar pada 1974, 1984, 2003, 2008 dan terakhir 2015, Pasar Kebun Sayur tetap teguh berdiri. Keberadaannya semakin menggeliat dengan keunikannya sendiri ragam cenderamata serta aksesoris asli Kalimantan.
Kebun Sayur terletak pesisir pantai utara berjarak 30 menit dari pusat kota Balikpapan. Kawasan ini sekarang merupakan kota lama yang tidak berkurang daya tariknya. Semua kerajinan lokal ada disini dari beragam jenis batu berharga seperti akik, kecubung, safir, intan hingga kain tenunan kain wangi sarung Samarinda.
Uniknya lagi peminatnya menyebar ke seluruh golongan dan kelas ekonomi bawah hingga atas. Ada suatu daya pikat tersendiri sehingga pendatang luar Balikpapan selalu menanyakan lokasi pasar kuno ini.
Ketertarikan para pengunjung Kebun Sayur beragam, tergantung isi dompet dan batasan limit kartu kredit. Mereka yang berkocek tebal tentunya memilih koleksi warna–warni batu gemerlap dari galian perut bumi Martapura Banjarmasin.
Banyak corak dan warna ditawarkan seperti hitam, biru, hijau dan merah tergantung isi kantong. Jangan kaget, karenanya harganya cukup bervariasi, berkisar puluhan ribu hingga ratusan juta rupiah.
Sekadar oleh–oleh khas Kalimantan untuk orang di rumah juga ada. Berlembar kain tenunan tangan Samarinda dengan corak baju adat suku Dayak, cuma bisa ditemukan di Kebun Sayur. Bentuknya sudah berbentuk sarung, baju, atau berupa kain utuh untuk dijahit sesuai model diinginkan.
Kualitasnya tidak kalah dibandingkan kain batik suku Jawa. Sepintas terkesan mengadopsi teknik tenunan batik Jawa, hanya bedanya motif serta corak kain disesuaikan dengan selera warga pedalaman yang cenderung berani.
Belum lagi bermacam pernik aksesoris yang terbuat dari kerajinan rotan dan bambu. Sekedar aksesoris gelang, kalung, pedang mandau, gantungan kunci, keranjang baju, patung hingga lampit tikar khas suku Banjar, seluruhnya didatangkan dari pengrajin Banjarmasin dan Samarinda. Telisik lebih dalam, bahan dasar rotan dan batu mendominasi setiap aksesoris menjadi andalan Kebun Sayur.
Menengok kebelakang sejarah berdirinya, Kebun Sayur sudah puluhan tahun menjadi sumber pencarian warga setempat. Jangan heran bila pedagang yang kebanyakan berasal dari suku Bugis Makassar, hiruk-pikuk dalam menawarkan barangnya.
Ambil contoh Anna, dengan gigih perempuan belia ini memburu setiap pengunjung yang sekedar melihat–lihat. Sekali saja pengunjung menawar, tidak pelak transaksi jual beli kemungkinan besar sudah terjadi.
Pada masanya, pasar tradisional sempat pula mengalami bencana dahsyat. Kebakaran hebat 1974 dan 1984 telah meratakan seluruh kios–kios milik pedagang, hingga almarhum Wali Kota Balikpapan Syarifuddin Yoes menyulapnya menjadi pusat perbelanjaan modern pertama di Kota Beriman.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement