Liputan6.com, Palangka Raya - Kontroversi mengenai Rizki Ahmad alias Dewa, remaja yang diduga meninggal dunia akibat dipatuk ular king cobra peliharaannya di Bundaran Besar Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), semakin merebak.
Di satu sisi, hingga saat ini, keluarga terus mengupayakan pengobatan tradisional di rumah mereka di Jalan Rangkas, Kota Palangka Raya. Mereka beralasan, korban patukan ular kobra itu masih mengembuskan napas, bahkan masih berdetak jantungnya.
Namun di sisi lain, pihak medis menyatakan korban sudah meninggal dunia. Pejabat Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Dorrys Sylvanus, Palangka Raya, Sayuti Syamsul ketika dihubungi, membenarkan hal itu.
Advertisement
Baca Juga
"Dokter forensik menyatakan ia (Dewa) sudah meninggal, jadi tidak mungkin keliru," ucap dia, Rabu (11/7/2018).
Sayuti menjelaskan, kesimpulan itu berdasarkan hasil pemeriksaan medis (klinis). Salah satunya, yaitu pupil mata sudah terjadi pelebaran dan bila ini yang terjadi dapat dipastikan pasien sudah meninggal," ujarnya.
Rizki Ahmad yang disebut-sebut pawang ular dan pencinta binatang melata itu tewas usai bermain-main dengan king cobra peliharaanya di area Car Free Day di Bundaran Besar Kota Palangka Raya, Minggu, 8 Juli 2018.
Ia kemudian dinyatakan meninggal dunia setelah sempat ditangani petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Dorrys Sylvanus, Palangka Raya.
Sayuti menambahkan, saat ini pihaknya tak ingin berspekulasi apakah pasien korban patukan ular kobra itu sudah meninggal atau belum. Namun, ia menyarankan lebih baik dipanggil ahlinya saja.
"Lebih baik untuk mengundang profesional saja, namun saya tak bersolusi mengenai hal itu," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Ritual Tidur Bersama Ular
Sebelumnya, Rizky Ahmad alias Dewa dinyatakan meninggal oleh pihak RSUD dr Doris Sylvanus, Senin, 9 Juli 2018, pukul 08.30 WIB setelah dirawat sekitar 25 jam. Kematian pawang ular berusia 19 tahun setelah dipatuk king cobra pada Minggu pagi, 8 Juli 2018, di Bundaran Besar itu menjadi buah bibir masyarakat Palangka Raya, Kalteng.
Kematiannya masih belum sepenuhnya dipercaya, termasuk oleh keluarga. Mereka percaya Dewa masih bernyawa.
Keyakinan itu mereka rasakan lantaran kondisi suhu tubuh Dewa masih hangat. Wajahnya tidak begitu pucat. Sekitar leher sesekali mengeluarkan butiran keringat.
"Pihak keluarga terus berharap adanya mukjizat. Memang korban sebelumnya sudah sempat mau dimandikan, tapi saat dipegang badannya kok hangat. Karena itu, kami keluarga tidak mau memandikannya dulu. Meski lubang kuburan sudah selesai digali," kata Suwardi, ayah korban, Senin sore, 9 Juli 2018.
Sampai malam sekitar pukul 21.30 WIB, puluhan warga masih berdatangan. Mereka mengerumuni tubuh Dewa yang ditutup kelambu. Mereka menyebutnya ritual tidur bersama ular. Sontak, hal yang masih awam dilihat warga Palangka Raya itu menyedot perhatian warga yang berbondong-bondong datang ingin melihat secara dekat.
Suwardi mengungkapkan, Dewa sempat berpesan, jika suatu saat kobra atau ular peliharaannya menggigit, tak boleh membalasnya dengan menyiksa atau membunuh kobra itu.
"Anak saya berpesan, jika sewaktu-waktu tergigit oleh ularnya sendiri, tolong jangan dibunuh, tapi dilepasliarkan saja," bebernya kepada Kalteng Pos (Jawa Pos Group) di rumah Jalan Danau Rangas.
Advertisement