Pria Indramayu Ditawan di Papua, Jumpa Kekasih di Aceh

Sejak kecil, pria Indramayu itu bercita-cita berkeliling Nusantara dengan mengendarai sepeda angin. Sudah 28 tahun terakhir ia mewujudkan cita-citanya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 13 Sep 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2018, 17:00 WIB
Perjalanan Pria Indramayu Kumpulkan 3,9 Juta Tanda Tangan Pakai Sepeda Angin
Sejak kecil, pria Indramayu itu bercita-cita berkeliling Nusantara dengan mengendarai sepeda angin. Sudah 28 tahun terakhir ia mewujudkan cita-citanya. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Mojokerto - Ismail (48), warga Desa Cangko RT 7 RK II, Blok Desa/Kecamatan Banggodua, Indramayu, Jawa Barat, sudah 28 tahun berkeliling Indonesia menggunakan sepeda angin miliknya. Berbagai pengalaman suka dan duka ia dapat selama berkeliling Indonesia.

Ismail dan sepeda anginnya sudah singgah di 298 kabupaten/kota di Indonesia. Keinginannya berkeliling Indonesia itu muncul sejak ia duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar.

"Saya ingin menaklukkan Nusantara dengan sepeda. Saya mulai keliling Indonesia menggunakan sepeda sejak umur 20, tepatnya tanggal 20 Juli 1989. Mulai dari Bali, ke wilayah timur," tuturnya saat berkunjung di Mojokerto, Rabu, 12 September 2018.

Setiap ia singgah ke daerah, ia selalu meminta bukti fisik ke pemda maupun tokoh di daerah tersebut. Kini, tercatat 3,9 juta tanda tangan yang tergores dalam 154 buku miliknya. Buku yang sudah penuh dengan tanda tangan akan ia kirim ke rumahnya yang berada di Indramayu.

Ismail menjelaskan, banyak cerita dan kesan di setiap kabupaten/kota yang disinggahi. Mulai dari ia pernah ditawan saat di Papua, terjebak situasi konflik di Sampit, hingga berjumpa dengan calon istrinya di Aceh.

"Saya pernah ditawan di Papua selama dua hari karena menabrak seekor babi dan menyebabkan kaki babi itu terluka. Saya juga pernah kesasar dan pulang cukup lama, seperti pada tahun 2002 terjadi konflik di Sampit. Saat itu, saya pulang setengah tahun menunggu suasana kondusif," katanya.

Saat pulang, ia meninggalkan sepedanya di Sampit. Setelah dinyatakan kondusif, ia kembali melanjutkan perjalanan ke Kalimantan Barat (Kalbar) dan Sumatera. Dari sekian banyak Kabupaten/Kota yang telah disinggahi, kota yang paling lama disinggahi adalah Yogyakarta karena ingin menemui Sri Sultan Hamengkubuwono X.

"Antrenya cukup lama, sampai dua bulan baru bisa bertemu. Itu pun tidak bisa minta foto. Tapi dari 298 kabupaten/kota, yang paling berkesan yakni Aceh karena saya kenal calon istri saya di sana," ucapnya.

 

Target Akhiri Perjalanan

Sepeda listrik Yamaha
Sepeda listrik Yamaha (Electrec)

Dengan berkeliling Indonesia menggunakan sepeda, Ismail mengaku mendapat pengetahuan banyak tentang profil setiap daerah yang ia singgahi. Bahkan, kata Ismail, ia pernah dibelikan sepeda oleh Gubernur Timor Timur yang terpaksa ia jual karena menjadi perhatian masyarakat saat melintas.

"Saya risih dilihat orang, jadi saya jual dan memang mahal. Waktu itu saya jual laku Rp 100 juta lebih dan memang akses jalan juga tidak sebagus di Jawa yang membuat kondisi sepeda awet," ujarnya.

Selain itu, ada faktor lain yang membuatnya harus menjual sepedanya. Salah satunya adalah beberapa pulau yang sulit dijangkau, kapal tidak mau berlayar karena adanya ombak besar sehingga naik pesawat. Saat sampai di tujuan, Ismail baru membeli sepeda lagi. Selama 28 tahun berkeliling, sudah empat sepeda yang dijual.

Ia juga mengatakan, pengeluaran naik sepeda lebih banyak karena lebih mudah capek dan haus. Ismail menargetkan pada Maret 2019, perjalanan keliling Indonesia selesai dan akan diakhiri di Bali sesuai awal perjalanannya.

"Dan saya akan menikah karena saya menilai sudah telat. Karena keinginan saya naik sepeda keliling Indonesia sehingga keinginan untuk menikah itu tidak ada. Kalau sudah selesai, saya target Maret tahun depan selesai, saya akan menata kembali hidup saya," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya