Peringati Sumpah Pemuda, 200 Pelukis Melukis di Atas Awan Bromo

Melukis di atas awan, begitulah istilah yang diperkenalkan oleh para seniman lukis. Sekitar 200 pelukis berbagai aliran, berpartisipasi dalam perayaan Sumpah pemuda ini.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 29 Okt 2018, 08:01 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2018, 08:01 WIB
Melukis di Gunung Bromo
Melukis di Gunung Bromo (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Probolinggo - Banyak cara dilakukan, memperingati Sumpah Pemuda ke-90. Salah satunya dengan melukis keindahan Gunung Bromo dari ketinggian, yakni di Seruni Poin, Minggu (28/10/2018). Ratusan pelukis dari seluruh penjuru nusantara pun turut berpartisipasi.

Melukis di atas awan, begitulah istilah yang diperkenalkan oleh para seniman lukis. Sekitar 200 pelukis berbagai aliran, berpartisipasi dalam perayaan Sumpah pemuda ini. Mereka tersebar di berbagai tempat di sekitar Seruni Poin, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Salah satunya adalah Sadikin Pard, seniman lukis aliran Impresionis. Pria difabel ini, dengan lincah melukis keindahan Gunung Bromo dengan menggunakan kaki kirinya. Tanpa kesulitan, ia memadukan cat akrilik untuk dituangkan dalam guratan di atas kanvas. Sesekali, ia meletakkan kuas di mulut untuk memadu-padankan warna. Hasilnya guratan-guratan yang ditampilkan olehnya pun cukup berani.

Dalam momentum Sumpah Pemuda ini, Sadikin berharap para pemuda tidak cengeng dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Pemuda saat ini, menurutnya harus mampu mengisi kemerdekaan dengan skill yang dimiliki. Serta mandiri dalam menghadapi segala hal.

"Para pemuda, saya harap semangat, lebih semangat dari saya, meski saya mempunyai keterbatasan, namun saya bisa dan tetap semangat melukis, tidak ada yang suliy selama kita niat melakukannya," kata pelukis difabel asal Malang tersebut.

Meski para pelukis ini, termasuk kawakan dalam bidangnya, mereka juga mengalami gangguan saat melukis. Salah satunya debu yang berterbangan saat para pelukis mencampur cat atau melukis di kanvas.

"Tidak ada kendala berarti. Karena ketika datang ke sini, udah terbayang bagaimana Bromo. Selain suhu yang dingin, debu yang beterbangan cukup mengganggu," ujar Wahyu Kokkang, seniman lukis lainnya.

Sementara itu, Mirah Samiyyah, tokoh muda Kabupaten Probolinggo, berharap adanya kegiatan itu, mampu menjadi inspirasi bagi pemuda nusantara, khususnya pemuda Tengger.

"Kami berharap dapat menjadi sebuah semangat dan aspirasi bagi pemuda Indonesia dan lare-lare Tengger, karena semangat pemuda ini sebagai masa depan bangsa," tutur Ketua Forum Kabupaten Probolinggo Sehat ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya