Liputan6.com, Kebumen - Sungai bawah tanah dan gua kuno banyak terdapat di Pegunungan Karst Gombong Selatan, Kebumen, Jawa Tengah. Sejak ratusan tahun silam masyarakat mengambil manfaat dari mata air yang menyembulkan berkah kala musim kemarau.
Pun dengan Gua Ponor di Desa Sikayu Kecamatan Buayan. Dahulu kala, gua ini kerap didatangi warga untuk sekadar mengambil air bersih.
Warga tinggal tak jauh dari gua ini, sampai kemudian di suatu hari, mereka harus hengkang lantaran kawasan ini dibeli oleh pengusaha. Pegunungan kapur itu hendak ditambang sebagai bahan baku semen.
Advertisement
Sejak saat itu, gua kuno ini pun tak lagi dijamah manusia. Kawasan sekitarnya sepi dan berubah menjadi belukar tak tertembus.
Baca Juga
Syahdan, puluhan tahun kemudian, tepatnya Kamis, 25 Oktober 2018, kembali menyambangi gua ini. Mereka mengantar mahasiswa UPN Yogyakarta yang hendak meneliti sistem hidrologi atau sungai bawah air yang mengalir di perut Pegunungan Karst Gombong Selatan.
Mereka lantas menyibak belukar dan sampai di mulut gua. Baru masuk beberapa meter dari mulut gua, mereka dikejutkan penampakan kerangka manusia nan misterius.
Penuturan warga setempat, puluhan tahun silam, mereka meninggalkan Gua Ponor dalam keadaan kosong. Tak ada seorang pun yang mengetahui siapa dan bagaimana kerangka ini berada di gua kuno ini.
"Baru masuk gua sekitar 10 meter," ujar seorang warga Desa Sikayu, Samtilar, bercerita kronologi penemuan kerangka manusia di gua kuno itu.
Petunjuk Kain Sarung Menguak Identitas Kerangka Misterius
Di antara kerangka yang berserak, warga juga menemukan kain sarung yang sebagiannya masih bisa dikenali. Mereka pun berharap kain ini menjadi petunjuk untuk menemukan identitas jasad yang telah berubah menjadi kerangka ini.
Lantaran sudah sore, temuan kerangka ini baru dilaporkan ke Polsek Buayan keesokan harinya, Jumat, 26 Oktober 2018. Kain sarung itu jadi petunjuk penting bagi warga untuk mengungkap identitas korban.
Jumat itu pula, kepolisian menerjunkan tim Inafis Polres Kebumen. Mereka didampingi oleh warga setempat yang diduga mengetahui biodata kerangka ini.
Hasil olah TKP dan identifikasi, kuat dugaan kerangka tersebut adalah Mohamad Ikhwanudin warga desa setempat. Hal itu diperkuat kesaksian warga Sikayu, Budi Widiantoro (25) yang tak lain adalah anak Ikhwanudin.
Kepada polisi, Budi mengungkapkan, ayahnya hilang dua tahun lalu, tepatnya pada bulan Oktober tahun 2016. Saat itu, laporan kehilangan pun sudah dilayangkan. Saat hilang, Ikhwanudin berusia 70 tahun.
"Saat kami berada di TKP, salah satu warga menyakini itu adalah orang tuanya yang telah lama menghilang. Anak ini yakin setelah melihat baju yang menempel pada kerangka tersebut," ucap Kasubbag Humas Polres Kebumen, AKP Suparno.
Diketahui, Ikhwanudin meninggalkan rumah tanpa pamit. Sejak saat itu, keberadaannya tak diketahui bak ditelan bumi, raib tanpa jejak.
Kamis, 25 Oktober 2018 itu, pencarian keluarga berakhir sudah. Polisi kemudian menyerahkan jasad Ikhwanudin kepada keluarganya untuk dimakamkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement