cirebonbagus.com Keraton Kasepuhan melakukan tradisi Siraman Panjang menghadapi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digelar di Bangsal Pungkuran Keputren Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (15/11/2018).
Tampak puluhan abdi dalem Keraton dan sejumlah masyarakat mengikuti tradisi tahunan tersebut. Puluhan benda pusaka kareton dibersihkan dengan cara dicuci dalam kolam besar.
Ada 9 piring berusia sekitar 700 tahun, 40 piring kaligrafi berusia 600 tahun, 2 guci berusia 700 tahun, dan dua botol kristal berusia 500 tahun. Seluruh barang pusaka itu diyakini sebagai peninggalan masa Sunan Gunung Jati yang telah berusia ratusan tahun.
Advertisement
Baca Juga
Siraman Panjang merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar keraton-keraton di Cirebon, salah satunya Keraton Kasepuhan. Pada puncaknya, akan dilaksanakan tradisi Panjang Jimat yang merupakan pawai kelahiran manusia laki-laki di malam hari, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW.
Saat Panjang Jimat itulah, piring yang dicuci dalam Siraman Panjang akan dijadikan tempat nasi jimat. Sementara, guci akan diisi air serbat yakni air gula yang kemudian akan dibagikan kepada wargi dan masyarakat.
Siraman Panjang diawali iring-iringan kaum dan abdi dalem yang membawa benda-benda pusaka dari tempat penyimpanan di gudang pusaka, di bagian belakang Bangsal Keraton Kasepuhan. Semua benda itu dibungkus kain putih.
Di Bangsal Pungkuran Keputren, semua benda pusaka diletakkan di atas meja. Di tengah ruangan, terdapat sebuah bak kayu berisi air, sementara keluarga dan kerabat keraton duduk mengelilinginya. Satu per satu benda pusaka dicuci dan diakhiri doa bersama.
Sultan Sepuh Kasepuhan XIV, PRA Arief Natadiningrat mengatakan air dalam prosesi Siraman Panjang mengandung makna penting, terutama dalam ajaran Islam. Hampir semua makhluk hidup berunsur air.
"Dalam Islam, media air penting. Setidaknya 80% tubuh makhluk hidup berupa cairan," ungkap Arief.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW selalu mendoakan orang sakit dengan media air. Inilah sebabnya di Mekkah terdapat air zamzam. Menurut dia, sebuah penelitian pernah menyatakan, air yang dicampurkan dalam kata-kata yang baik, strukturnya akan berubah menjadi baik pula.
"Pada setiap piring yang dicuci dalam tradisi ini, terdapat kaligrafi yang tercetak di permukaannya," ujarnya.
Kaligrafi tersebut berisi kalimat-kalimat baik, seperti halnya syahadat maupun selawat. Dengan begitu, lanjutnya, diyakini kalimat baik tersebut berimbas pula pada air yang digunakan untuk membasuh piring dan benda pusaka lainnya.
Kurator: Devi Yunita Parede
Baca berita menarik lainnya di cirebonbagus.com atau klik di sini.