Liputan6.com, Aceh Barat - Belasan orang warga dari tiga desa di Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, diduga terserang penyakit misterius.
Sepuluh orang di antaranya dilarikan ke Puskesmas sejak Senin, 26 November 2018, malam, sementara warga lainnya terpaksa bertahan di rumah masing-masing. Pasalnya, Puskesmas Meutulang kelebihan kapasitas, sementara jarak ke rumah sakit jauh.
Hingga saat ini, jenis penyakit misterius yang diderita oleh warga Desa Baro Paya, Blang Teungoh, dan Tamping itu masih menjadi tanda tanya. Tim dari Dinas Kesehatan yang turun ke lokasi untuk mengecek pun tidak bisa memastikan apa jenis penyakit itu.
Advertisement
Baca Juga
Penyakit misterius yang menyerang warga memiliki gejala yang sama dengan demam malaria. Namun, setelah tim Dinas Kesehatan melakukan rapid test atau tes cepat malaria kepada para pasien, ternyata hasilnya negatif.
"Ternyata, setelah kita cek menggunakan rapid test cepat, hasil yang keluar negatif," ujar Pengelola Program Malaria dari Dinas Kesehatan Aceh Barat, Azwar Liza kepada Liputan6.com, Selasa, 27 November 2018, malam.
Dia mengatakan pihaknya juga sudah menurunkan tim ke Desa Baro Paya serta mengambil sampel darah dari 50 orang warga setempat, tetapi tidak satu pun dari warga yang positif malaria.
"Kami mengambil juga sampel untuk pemeriksaan laboratorium. Biar lebih akurat. Setelah kami periksa ke laboratorium hasilnya juga negatif. Akhirnya kita mengambil sampel darah 50 orang masyarakat, cuma negatif juga hasilnya," ungkap Azwar.
Â
Para Korban Diserang Serentak
Menurut Azwar, untuk mengetahui jenis penyakit apa yang diderita oleh warga maka perlu diagnosis dari dokter ahli, karena pihaknya hanya bertugas melakukan pengecekan apakah penyakit tersebut malaria atau bukan.
"Untuk diagnosa lebih pasti, menjadi tanggung jawab dokter. Saya turun tadi cuma sebatas memastikan apakah itu malaria atau tidak," tandas Azwar.
Salah seorang warga bernama Joni Armansyah (23), mengungkapkan, penyakit yang juga menimpa ayahnya itu tergolong aneh. Pasalnya, warga diserang penyakit tersebut secara serentak.
Selain merasa sakit di sekujur badan, sebut Joni, tubuh para korban juga mengalami panas dan dingin serta kepala berdenyut. Awalnya, Joni berpikir itu adalah gejala malaria, tetapi ternyata bukan.
"Semalam ada sepuluh yang masuk ke Puskesmas. Namun, tidak punya lagi ranjang. Sekarang ayah saya masih di Puskesmas. Itu penyakit serentak. Dari desa saya saja ada sepuluh orang. Tetangga desa juga begitu," ujarnya.
Joni berharap ada kejelasan mengenai penyakit yang menyerang warga secara tiba-tiba tersebut. Dia merasa resah dengan penyakit yang hingga kini ini masih belum diketahui jenis dan asal-usulnya itu.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement