Melawan Badai Gawai dengan Dolanan Bocah

Harapannya, bocah-bocah Purbalingga ini bisa sejenak melupakan gawainya dengan beragam dolanan anak yang interaktif ini

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 12 Des 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2018, 05:00 WIB
Anak-anak asyik bermain dalam festival dolanan anak 2018 di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Anak-anak asyik bermain dalam festival dolanan anak 2018 di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Riuh sorak dan tawa bocah-bocah pecah tatkala mereka memainkan dolanan bocah di alam terbuka Purbalingga. Sembari bersenda gurau, mereka memainkan beragam dolanan anak yang kini nyari punah.

Tak ada gawai atau ponsel. Paling-paling, hanya yang memfoto atau memvideokan mereka yang sibuk dengan alat ini.

Mereka pun larut dalam permainan yang benar-benar interaktif. Senin, 10 Desember 2018, di Desa Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, mereka benar-benar dijauhkan dari benda bernama gawai.

Ada lima permainan yang diperkenalkan kepada anak-anak, yakni gadhon, meriam bumbung, srampang kreweng, egrang bathok, dan bedhil sodokan. Permainan ini pernah begitu eksis dan menjadi permainan yang ramai dimainkan oleh anak-anak di masa berbeda.

“Mereka mungkin saat ini tidak ada yang mengenal permainan itu karena lebih sering bermain dengan gawai untuk itu kami munculkan permaian tradisional itu,” ucap panitia Festival Dolanan Anak, Sutomo.

Tetapi, kini dolanan bocah semakin terlindas zaman. Ia disingkirkan oleh gawai, laptop, dan tentu internet.

Sebab itu, Sanggar Tari Dresanala dan Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah menggelar festival dolanan anak ini. Festival bertujuan untuk memperkenalkan beragam permainan anak-anak dan kembali mempopulerkan kembali permainan anak-anak ini.

Festival dolanan anak ini sengaja digelar di tempat terbuka. Tujuannya, agar permainan layaknya anak zaman dulu yang gemar bermain di sekitar lingkungan, di alam terbuka.

“Kenapa kami mengambil lokasi yang di alam terbuka karena untuk mengingat kembali zaman dulu kala ketika bermain itu pun di alam terbuka,” katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Gelar Dolanan Bocah di Alam Terbuka

Ilustrasi – Permainan tradisional digelar di Desa Dermaji Kecamatan Lumbir, Banyumas, Jateng 2015. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Permainan tradisional digelar di Desa Dermaji Kecamatan Lumbir, Banyumas, Jateng 2015. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Alam terbuka menjadi tempat yang mengasyikan untuk bermain. Karena anak-anak bisa dengan leluasa bermain tanpa terbatas ruang, sehingga tidak terbatas hanya dengan bermain gawai.

“Untuk saat ini kami mencoba menggugah kembali agar anak-anak mau berkegiatan di lapangan dan untuk sedikit menghindar dari ponse, agar tidak kecanduan dengan gawai,” ujarnya.

Dia pun yakin, dolanan anak tradisional, tentunya dapat memunculkan kebersamaan, kerukunan dan kerjasama antar anak. Anak juga dilatih untuk bersosialisasi dengan rekan sebayanya juga mengenal berbagai permainan tradisional yang dapat dimainkan di waktu senggang bersama teman-temannya.

“Kalau di alam terbuka seperti ini jadi kerjasama muncul kembali, anak-anak di sini secara tidak langsung belajar bersosialisasi dan bermain dengan anak-anak yang lain tanpa terganggu dengan ponsel,” dia menerangkan.

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Sri Kuncoro mengatakan Festival Dolanan Anak Tahun 2018 ini, diikuti oleh perwakilan dari 18 kecamatan se-wilayah Kabupaten Purbalingga. Satu kontingen mengirimkan 20 anak beserta bina damping.

“Ada dua lokasi yang disediakan dalam festival ini tempat untuk festival dolanan anak dan lokasi permainan tradisional jaman dulu yang sudah disiapkan teman-teman Dresanalan,” kata Sri Kuncoro.

Ternyata, Festival permainan anak ini juga pernah diadakan tiga tahun yang lalu dengan konsep acara yang berbeda. Saatitu, festival dilangsungkan di dalam ruangan.

Namun tahun ini para seniman di Kabupaten Purbalingga membuat konsep ruang terbuka sebagai tempat Festival Dolanan Bocah. Alam terbuka, akan memacu anak untuk berinteraksi dengan rekan dan juga alam sekitar.

“Kami akan menjadikan agenda ini sebagai agenda rutin tahunan,” dia menambahkan.

Sri Kuncoro pun berharap, setelah mengikuti festival permainan anak ini, mereka tidak lagi terlalu asyik bermain dengan gawainya. Dia pun yakin permainan anak membawa energi posititif bagi anak.

Dalam permainan yang interaktif itu, anak-anak belajar bergotong royong dan bersama-sama meluangkan waktu untuk berinteraksi. Kemudian, bakal timbul rasa kebersamaan dan juga rasa mencintai seni tradisional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya