Menengok Aktivitas Pagi Suku Tengger Menjaga Bunga Abadi di Lereng Bromo

Sekelompok petani asli suku tengger Bromo yang tergabung dalam kelompok Pokdarwis, dengan dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo berusaha untuk membudidayakan bunga tersebut supaya terhindar dari kepunahan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 07 Jan 2019, 06:06 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2019, 06:06 WIB
Suku Tengger Lestarikan Bunga Abadi Eledweis Khas Bromo
Suku Tengger Lestarikan Bunga Abadi Eledweis Khas Bromo (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Probolinggo - Bunga khas Bromo Tengger, Edelweis atau disebut bunga abadi, kini dibudidaya oleh sejumlah pecinta Alam Gunung Bromo. Bunga yang terancam punah itu kini mulai dilestarikan.

Sekelompok petani asli suku Tengger Bromo yang tergabung dalam Pokdarwis, dibantu Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk membudidayakan bunga tersebut.

Sebanyak 1.500 bibit Edelweis ditanam di area rumah adat suku tengger di lereng puncak Seruni poin, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Ketua Pokdarwis, Sugeng Djumadyono mengatakan, 1.500 bibit Edelweis itu dibudidayakan di lahan seluas setengah hektar.

Tanaman Edelweis digunakan warga Tengger dalam upacara adat Suku Tengger seperti Agem-agem dalam perayaan Karo.

"Ke depan, warga Tengger tidak lagi mengambil tanaman Edelweis dari alam bebas. Mereka bisa mengambil dari sini untuk keperluan adat," tuturnya saat ditemui di Rumah Adat Tengger pada Minggu (06/01/2019).

Sugeng menambahkan, tanaman edelweis sendiri merupakan kearifan lokal warga Suku Tengger Bromo.

"Edelweis di sini jenisnya Anaphalis Javanica dan keberadaanya mulai langka, makanya dilestarikan," tambahnya.

Camat Sukapura, Yulius Christian berharap, areal budidaya tanaman Edelweis ini bisa menjadi tempat pembelajaran bagi para siswa sekolah maupun masyarakat umum yang ingin belajar menanam edelweis dan mengenal budaya Suku Tengger. Apalagi jika datang saat pagi hari. Suasana sejuk pun membuat setiap pengunjung nyaman.

"Tentunya dengan adanya tempat ini, bisa jadi mini museum bagi wisatawan yang berkunjung. Selain mengenal tanaman khas Tengger, mereka juga tahu budaya Suku Tengger itu seperti apa," kata Yulius.

Rumah adat Suku Tengger sendiri memiliki luas 10 x 9 meter persegi, di dalamnya terdapat berbagai peralatan sehari-sehari khas warga Suku Tengger serta Pawon Tengger, semua itu sebagai bentuk kelestarian budaya asli suku Tengger dan sebagai destinasi wisata kebudayaan Indonesia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya