Sulap Sampah Jadi Energi, Garut Segera Gandeng Perusahaan Asal Korea Selatan

Untuk mengolah sampah lebih optimal menjadi energi terbarukan, Pemkab Garut tengah mengkaji untuk menggandeng perusahaan asal negeri Gingseng Korea Selatan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 24 Jan 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2019, 20:00 WIB
sebagian sampah yang tersebar di jalan KH Mustofa Kamil Garut beberapa waktu lalu
sebagian sampah yang tersebar di jalan KH Mustofa Kamil Garut beberapa waktu lalu (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Untuk mencari jalan terbaik dalam pengelolaan sampah, Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, berencana menekan kerjasama dengan perusahaan Korea Selatan, yang memiliki teknologi pengelolaan sampah terbaik. Dengan kerjasama itu diharapkan sampah bisa menjadi energi terbarukan, termasuk pupuk untuk pertanian.

“Mereka mau investasi ke kita jadi minta ekspos, punya teknologi yang menghasilkan listrik,” ujar Bupati Garut Rudy Gunawan.

Menurut Rudy, persoalan pengelolaan sampah di Garut termasuk pelik. Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasirbajing yang berada di kecamatan Tarogong Kaler, sudah tidak layak dan mengkhawatirkan.

“Pertemuan dengan Korea Selatan itu untuk membahas sampah tadi,” ujar Rudy menegaskan.

Saat ini pihak perusahaan asal Korea Selatan, mengaku memiliki teknologi terbaru dalam pengelolaan sampah menjadi lebih optimal dan menciptakan nilah tambah yang cukup besar bagi masyarakat.

“Teknologi itu harus ada karena dibutuhkan, karena nantinya sampah bia diolah dan diproses secara langsung,” kata dia.

Dalam penjajakan tahap awal ujar Rudy, mereka memaparkan keunggulan teknologi pengelolaan sampah, sedangkan dari pemerintah Garut tengah mengkaji besaran volume sampah yang dibutuhkan, untuk memenuhi kapasitas teknologi itu, termasuk dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat.

Namun selama penjajakan berlangsung, lembaganya ujar Rudy tidak lupa mempertimbangkan penggunaan TPA Legok Nangka milik Pemprov Jabar, yang sejak awal telah direncanakan. “Yang jelas TPA Garut tidak memenuhi syarat, sementara yang di Legok Nangka belum dapat dimulai katanya mundur tiga tahun,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Asep Suparman mengatakan, persoalan sampah di Garut memang membutuhkan penanganan yang segera, selain tonasenya yang terus naik, juga kesiapan armada penopang masih minim. Saat ini potensi harian sampah yang dihasilkan masyarakat Garut sebanyak 600 ton, namun kemampaun armada baru menampung 150 hingga 200 ton per hari. 

Ia menyatakan dari 38 armada yang dimiliki. Hanya 20 unit yang laik jalan.Jumlah itu sangat tidak ideal dengan potensi sampah yang dihasilkan masyarakat saat ini. “Jelas masih kurang,” kata dia.

Ihwal semakin banyaknya titik penumpukan sampah, Ia meminta masyarakat bersikap proaktif dan memahami kondisi kesiapan fasilitas yang dimiliki KLH saat ini. “Jika masih ada, silahkan laporkan saja, nanti akan kami angkut,” ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya