Mahasiswa Garut Ajarkan Mitigasi Bencana

Sebagai daerah rawan bencana di Jawa Barat, masyarakat Garut memang membutuhkan pemahaman yang baik untuk menyelamatkan diri saat bencana datang.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 19 Jan 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2019, 21:00 WIB
Nampak para siswa tengah berlindung dibawah meja saat simulasi mitigasi bencana diajarkan para mahasiswa
Nampak para siswa tengah berlindung dibawah meja saat simulasi mitigasi bencana diajarkan para mahasiswa (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Menggunakan setelah seragam olahraga sekolah, ratusan pelajar Madrasah Iftidaiyyah (MI) Arrochman, Cintaasih, Kecamatan Samarang, Garut, Jawa Barat, terlihat histeris di bawah bangku sekolah yang baru saja mereka gunakan. Mereka nampak ketakutan dan mimik gugup, menghindari goncangan gempa yang tengah mereka rasakan.

Namun jangan terbawa emosi dulu, sebab kondisi mencengangkan itu merupakan gambaran singkat dalam simulasai mitigasi bencana yang diberikan mahasiswa tingkat akhir Universitas Garut (Uniga) yang tengah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sana.

Sebagai daerah rawan bencana di Jawa Barat, ketentraman masyarakat Garut, memang kerap terusik dengan datangnya bencana alam yang selalu mengusik kehidupan mereka.

Juru Bicara Kelompok 61 KKN Cintaasih, Hakim Ghani mengatakan, pelatihan mitigasi bencana sengaja diberikan kepada paraa siswa, sebagai upaya preventif dalam menghadapi bencana. “Kami berikan pemahamannya (mitigaas bencana) agar pelajar mengerti,” ujarnya, Rabu (16/1/2019).

Ada tiga hal yang diajarkan para mahasiswa kepada para pelajar, mengenai mitigasi bencana yang diberi nama 'Tiga Gerakan Bebas Gempa' itu.

Pertama, upaya menyelamatkan diri dengan cara berlindung di bawah bangku dan alat yang berbahan kuat. “Supaya jika gempa merobohkan bangunan, para pelajar tidak tertimpa reruntuhan,” kata dia.

Kemudian, upaya menyelamatkan diri dengan cara berlari ke ruang terbuka, untuk menghindari reruntuhan bangunan akibat gempa. "Ini penting disampaikaan bagi mereka agar terbiasa saat musibah datang,” ujar dia.

Hakim menyatakan, dengan upaya itu, ia bersama rekan mahasiswa tingkat akhir lainnya berharap, para pelajar mampu memahami keadaan dan mengerti cara diri dari bencana yang datang. “Dan selain tiga gerakan tadi, kita juga ajarkan doanya. Karena pada dasarnya segala pertolongan datang dari Tuhan," kata Hakim.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya