Cara Pemkab Banjarnegara Antisipasi Harga Cabai Anjlok

Selain cabai, Pemkab Banjarnegara juga tengah mengkaji untuk membeli kentang Dieng yang kini harganya juga turun akibat panen raya yang tak diimbangi dengan serapan maksimal.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 26 Jan 2019, 20:02 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2019, 20:02 WIB
Pasokan cabai di pasar tradisional menyebabkan harga jatuh. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pasokan cabai di pasar tradisional menyebabkan harga jatuh. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Dua tahun lampau, harga cabai pernah membumbung tinggi. Penyebabnya kelangkaan barang.

Cabai rawit merah misalnya, sempat menembus harga Rp 140 ribu per kilogram. Pun dengan cabai merah keriting dan cabai hijau yang naik berlipat-lipat hingga mencaai harga kisaran Rp 60 ribu – Rp 75 ribu per kilogram.

Tingginya harga itu tak lantas membuat petani sejahtera. Hanya segelintir petani yang bisa menikmati harga tinggi ini.

Sebagian besar lainnya, justru dirundung sengsara lantaran panenan tak optimal hingga gagal panen. Saat itu, cuaca buruk menyebabkan tanaman cabai petani di berbagai daerah rusak.

Hukum pasar menyebut, harga berbanding terbalik dengan jumlah pasokan. Saat pasokan berlimpah, harga cabai akan turun.

Ini lah yang terjadi saat ini. Panen raya di berbagai daerah menyebabkan harga cabai anjlok. Salah satunya di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Karenanya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara menggelar bazar cabai, mulai Jumat, 25 Januari 2019. Sebanyak 500 kwintal cabai dari petani dipasarkan langsung di kompleks perkantoran Dinperindagkop Kabupaten Banjarnegara, Semampir.

Staf Bagian Kesra Setda Banjarnegara, Anhar mengatakan bazar ini sebenarnya adalah pemantik agar masyarakat, utamanya aparatur sipil negara (ASN) peduli dengan petani.

Wujud kepedulian itu adalah dengan membeli cabai langsung kepada petani, bukan pada tengkulak atau pedagang pasar. Pasalnya, rantai distribusi nan panjang membuat harga cabai di tingkat petani murah.

Bagaimana Kentang Dieng?

Petani cabai di Banjarnegara, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani cabai di Banjarnegara, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sementara, petani membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk membudidayakan cabai. Jika harga sampai jatuh pada masa panen raya Februari mendatang, petani bisa gulung tikar.

"Ini sudah per hari ini, bazar perdana dijual lima kwintal lombok, di kompleks perkantoran Banjarnegara di Sumampir," kata Anhar, Jumat 25 Januari 2019.

Anhar mengemukakan, harga cabai rawit dan keriting merah di Banjarnegara hanya Rp 8.000 per kilogram di tingkat petani, atau turun Rp 2.000 per kilogram dari harga biasanya yang mencapai Rp 10 ribu per kilogram.

Di Bazar Cabai Banjarnegara, cabai merah dan rawit dijual dengan harga Rp 15 ribu per kilogram. Adapun harga cabai hijau dijual dengan harga Rp 12 ribu. Dia mengklaim, harga ini sama dengan harga eceran di pasaran.

Cabai itu langsung dikirimkan oleh petani yang bekerjasama dengan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dan Dinas Pertanian Banjarnegara.

"Ya, dijualnya Rp 15 ribu langsung. Biasanya kan ini dibeli dari petani Rp 8.000 per kilogram. Yang hijau itu Rp 12 ribu per kilogram," dia menambahkan.

Saat ini harga cabai di Banjarnegara memang tak jatuh total. Akan tetapi, jika penyerapan hasil panenan tak maksimal, dikhawatirkan akan turun drastis. Petani Banjarnegara, pernah menderita lantaran harga cabai jatuh ke Rp 4.000 per kilogram.

Selain cabai, Pemkab Banjarnegara juga tengah mengkaji untuk membeli kentang Dieng yang kini harganya juga turun akibat panen raya yang tak diimbangi dengan serapan maksimal.

Tak tertutup kemungkinan, beberapa hari ke depan, kentang Dieng juga menjadi komoditas yang masuk dalam bazar hasil pertanian. Kentang Dieng kini hanya Rp 7.500 per kilogram di tingkat petani.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya