Di Balik Heboh Eksodus Warga Ponorogo ke Malang karena Isu Kiamat

Pengasuh ponpes mengajak jamaah mengaji tanda - tanda kiamat salah satunya berupa waspada hujan meteor

oleh Zainul Arifin diperbarui 15 Mar 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2019, 09:00 WIB
Di balik Heboh Eksodus Warga Ponorogo di Malang Karena Isu Kiamat
Muhammad Romli, pengasuh Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin di Kasembon, Malang bersama Kapolres Batu, AKBP Budi Hermanto (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Puluhan warga Desa Bandegan, Ponorogo, Jawa Timur, ‘hijrah’ ke Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahil Mubtadin di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Malang. Jadi heboh lantaran ditiupkan isu mereka berlindung dari kiamat yang sudah dekat.

Tidak hanya warga Ponorogo saja yang pindah bermukim di ponpes asuhan Muhammad Romli atau Gus Romli itu. Banyak juga warga dari berbagai daerah seperti dari Jember, Banyuwangi, Lampung dan lainnya. Namun, isu berlindung dari kiamat dipastikan bohong.

Gus Romli, pengasuh ponpes menyatakan, pengajian kajian ini adalah Thoriqoh Amaliah Asholihah dengan jamaah shalawatnya bernama Mulyo Sugih Ampuh Asal Sendiko Dawuh (MUSA AS). Maknanya, ketaatan pada ulama setelah taat pada Allah dan rasulnya.

“Bukan berarti pengikut Nabi Musa, istilah saja. Ini pengajian khusus dengan jamaah selain dengan santri saya sendiri. Isinya ya dzikir, tahlil, tahmid,” kata Gus Romli di Malang, Kamis, 14 Maret 2019.

Jamaah khusus pengajian ini banyak yang datang dari berbagai daerah, terutama jika sudah masuk Rajab, Syaban sampai Ramadan dalam kalender Islam. Memiliki program tri wulan, jamaah luar bermukim di dalam pondok. Program sudah berlangsung sejak 3 tahun ini.

“Mendekatkan diri para Allah menyongsong meteor, salah satu dari 10 tanda kiamat. Jadi, bukan (berlindung dari) kiamat,” ujarnya.

Maksudnya, dari 10 tanda kiamat itu salah satunya adalah hantaman hujan meteor. Ia pun mengutip Al-Quran ayat Ad-Dukhan 10-11 sebagai pedoman. Materi pengajian ini layaknya pengajian beberapa ustaz yang diunggah di laman video berbagi di internet.

“Kita sudah harus waspada. Berdasar hadis akhir zaman yang disebutkan rasul, tanda munculnya dazal itu keringnya Tiberiaz di Israel. Kalau dilihat di internet, itu sudah kering,” papar Romli.

Ia merujuk pada sebuah sumber, puncak kekeringan itu diperkirakan terjadi pada 2022-2023. Romli merujuk pada hadis yang menyatakan 3 tahun sebelum kekeringan itu, akan terjadi kemarau panjang tak ada makanan dan minuman secara bertahap. Seluruhnya tanda kiamat.

“Kalau itu diambil, maka jadinya 2019 ini kita harus sudah waspada,” ucap dia.

Persediaan Pangan

Isu Kiamat dan Di Balik Eksodus Warga Ponorogo ke Ponpes Malang
Jamaah di Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Karena itu pula, sejak 3 tahun terakhir ini ada pengajian tiap ramadan menyongsong metor. Jumlah jamaah terus bertambah, termasuk membawa anak dan istrinya ikut serta pengajian ini. Mereka diwajibkan membawa bekal persiapan logistik sendiri.

Jika dihitung, tiap orang butuh 3 kwintal gabah kering untuk kebutuhan setidaknya 1 tahun ke depan. Jika setelah ramadan perkiraan jatuhnya meteor tak terjadi, seluruh logistik itu disuruh dibawa kembali pulang.

“Jadi ini mengaji waspada meteor di jamaah dan santri saya. Saya tak pernah mengeluarkan fatwa datangnya kiamat,” ujar Romli.

Soal kabar fatwa kiamat, Romli sudah mencari tahu siapa yang mulai menyebar isu ini. Penuturan salah seorang santrinya, tak sengaja menyebar ke grup percakapan tertutup. Namun, informasi itu disalah artikan dengan ditambah bumbu bohong.

“Ada yang bilang saya mengubah syariah Islam, suruh jual aset dan harta benda jamaah. Itu semua hoaks, saya tahu siapa orangnya,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya