Liputan6.com, Karawang - Puluhan tahun pasangan suami istri Iwan (37) dan Kesih (35) bersama tiga orang anaknya, Kevin Setiawan (16), Yuda Setiawan (12), dan Yuska Setiawan (2,5) hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka merupakan warga Bakanpintu RT05 RW02 Desa Situdam, Kecamatan Jatisari, Karawang.
Rumah yang dijadikannya sebagai tempat berteduh, boleh dibilang jauh dari kategori layak huni. Keberadaan lokasi ini pun masih menempel pada tanah saudaranya. Iwan bersama anaknya Yuda sempat viral di media sosial yang diunggah pemilik Rumah Teduh, bernama Iraningsih Achsien dengan akun Instagramnya Iin Achsien saat berobat tumor otak di RSHS Bandung.
Iwan yang sebelumnya kerja serabutan, kini tidak bisa lagi bekerja karena penyakit tumor otak yang dideritanya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga ini hanya mengandalkan kiriman penghasilan sang istri yang bekerja sebagai buruh migran di Dubai, Uni Emirat Arab.
Advertisement
Baca Juga
"Menderita kanker otak sudah tiga tahun berjalan, sejak itu tidak lagi bisa membiayai hidup, sehari-hari mengandalkan kirim istri yang bekerja menjadi TKI di Arab Saudi," kata Iwan di rumahnya yang berukuran 4x4 itu.
Iwan bersama anak kedua dan anak bungsunya, tampak duduk termenung di tengah rumahnya. Di pikirannya seolah tersirat sebuah impian ingin hidup layak bersama ketiga orang anaknya, sama seperti warga yang lain.
Namun, dia mengatakan untuk biaya berobat jalan ke rumah sakit, sering pinjam dari tetangga dan saudara walaupun biaya berobatnya di rumah sakit, baik di RS Siloam, Purwakarta maupun ke RSHS Bandung ditanggung BPJS Kesehatan.
"Jangankan memperbaiki rumah, berobat saja ditanggung BPJS, sementara untuk berangkat berobat sering dibantu tetangga dan sauadara," cerita pasien rawat jalan RSHS Bandung.
Dia menyebutkan bahwa di rumah mungilnya itu terdapat satu kamar tidur, serta dapur seadanya, tanpa dilengkapi kamar mandi. Dinding rumah terbuat dari asbes bekas yang semuanya sudah rapuh. Bahkan, atap rumah yang ditempati keluarga ini banyak yang bocor sehingga saat hujan tiba. Jika hujan turun, mereka tidak dapat tidur dengan nyenyak dan selalu merasa cemas.
"Bangunan ini berdiri di tanah saudara, sebenarnya ingin beli bahan bangunan yang baru, tetapi tidak punya uang, jangankan untuk beli bahan bangunan, makan sehari-hari saja sulit sekali," ungkap Iwan dengan nada sedih.
Â
Pihak Sekolah Dukung Yuda Rawat Sang Ayah
Yuda, anak Iwan yang berusia 12 tahun sempat viral di media sosial ketika merawat Iwan di RSHS Hasan Sadikin Bandung. Akun Iraningsih Achsien yang pertama kali mengisahkan cerita haru keluarga ini.
Dalam status di media sosial pemilk akun Rumah Teduh yang fokus terhadap pasien yang tidak mampu sempat mengatakan Yuda dengan nama lengkap Tasya Yuda Setiawan, duduk di kelas 6 SDN Situdam 1, Desa Situdam. Dia akan dikeluarkan pihak sekolah apabila tiga bulan berturut-turut bolos sekolah.
Hal itu dibantah pihak sekolah. Menurut kepala sekolah, anak didiknya yang bernama lengkap Tasya Yuda Setiawan tidak pernah diancam dikeluarkan dari sekolah.
"Kami dari pihak sekolah tidak pernah mengeluarkan peringatan ataupun pembicaraan dan ancaman akan mengeluarkan siswa bernama Yuda yang sempat viral memojokan pihak sekolah," kata Kepala Sekolah SDN Situdam 1 Ika Rustika.
Pihak sekolah menjelaskan, Yuda pada bulan Januari 2019, saat pertama kali bapaknya dirujuk ke RSHS Bandung, sempat selama 19 hari berturut-turut tidak mengikuti pelajaran di sekolah, itu pun sebelumnya izin kepada pihak sekolah dengan alasan mau menunggu bapaknya yang dirawat.
"Setiap ikut menjaga bapaknya dirawat selalu izin tidak masuk sekolah, dan yang paling lama pada awal pertama dirawat di RSHS," kata guru Yuda, Asdi Yahya.
Pihak sekolah meminta Rumah Teduh, untuk mengklarifikasi pernyataan bahwa Yuda akan dikeluarkan dari sekolah, karena menyangkut kredibilitas sekolah dan guru. Dia menyebut cerita tentang bocah 12 tahun itu belakangan berkembang jadi liar dan memojokan pihak sekolah.
"Kami berharap pihak Rumah Teduh atas nama Iraningsih Achsien yang akrab disapa Iin untuk mengklarifikasi pernyataan siswa Yuda akan dikeluarkan dari sekolah, " ujar dia
Kepala sekolah menegaskan tidak terbesit sedikit pun ada rencana mengeluarkan Yuda dari sekolah karena sering tidak masuk sekolah, apalagi karena alasan ikut merawat bapaknya yang sedang sakit tumor otak, sementara ibunya menjadi TKI di Dubai, Arab Saudi.
"Hal yang tidak manusiawi, kami harus mengeluarkan siswa yang kondisinya tertimpa musibah " ucapnya.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement