Liputan6.com, Yogyakarta - Sekelompok mahasiswa UNY merancang perangkat untuk membantu kebersihan diri bagi siswa penyandang tunagrahita. Alat bantu itu diberi nama Personal Hygiene Smart Box.
Imelda Sari dan Valentinus Yoga Wirantoro dari prodi Pendidikan Luar Biasa serta Fauzi Fandy Setiawan dari prodi Biologi membuat alat ini supaya siswa tunagrahita mendapatkan media pembelajaran kebersihan diri yang sesuai, konkret, dan terintegrasi.
Menurut Imelda Sari, siswa tunagrahita merupakan anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan diikuti dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangannya.
Advertisement
Baca Juga
"Salah satu bentuk hambatan perkembangan dalam perilaku adaptif bagi anak tunagrahita adalah bina diri," ujarnya beberapa waktu lalu.
Bina diri meliputi merawat diri, mengurus diri, berkomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan menggunakan waktu luang. Kebersihan diri merupakan bagian dari merawat diri yang harus dikembangkan pada anak tunagrahita sedini mungkin supaya mereka mampu mandiri dalam menjaga kebersihan diri.
Valentinus Yoga sudah melakukan studi pendahuluan di beberapa SLB di DIY sebelum membuat kotak pintar ini. Hasilnya, sebagian besar siswa dengan tunagrahita kelas dasar belum mampu menerapkan konsep kebersihan diri dengan baik, seperti belum mampu menyisir rambut, belum mampu mencuci tangan sendiri ketika akan makan, dan belum mampu menggosok gigi secara mandiri.
"Oleh karena itu kami membuat smart box ini sebagai alat permainan edukatif yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan siswa tunagrahita," kata Yoga.
Simak video pilihan berikut ini:
Cara Pembuatan 'Kotak Pintar'
Kotak pintar ini bermanfaat untuk mendukung aspek-aspek perkembangan anak, mendorong aktivitas, dan kreativitas anak, serta edukatif. Alat bantu ini disebut smart box karena media di dalamnya terintegrasi.
Media ini dapat digunakan untuk mempelajari kebersihan diri sekaligus dalam satu tempat dan waktu, misal menggosok gigi, mencuci muka, menyisir rambut, mencuci tangan, dan merapikan baju, atau kemeja. Alat bantu ini juga dilengkapi dengan wastafel dan kaca cermin.
Fauzi Fandy Setiawan menjelaskan untuk membuat alat bantu ini perlu menyiapkan sejumlah bahan. Bahan yang dibutuhkan adalah alumunium, kaca akuarium untuk pembuatan bak air, dan kaca cermin.
"Media dilengkapi roda agar bisa bergerak dan dapat digunakan di dalam maupun luar kelas," ucap Fauzi.
Langkah pertama untuk membuat alat ini adalah memotong rangka alumunium. Kemudian, dilakukan pemasangan rangka alumunium dan wastafel.
Untuk penutup bagian luar, mereka memakai material triplek melamin yang tidak berat dan tahan lama. Triplek itu dipasang di rangka aluminium dan pintu rangka.
Setelah itu, kaca aluminium dipotong dan membuat tangki penyimpanan air. Keran air, kaca cermin, roda, dan galon pembuangan air dipasang.
"Terakhir dilakukan finishing media, yaitu pengecekan kelengkapan dan fungsi media," tuturnya.
Penggunaan alat bantu ini tetap melibatkan peran guru dan sudah diujicobakan di SLB Rela Bhakti Sleman.
Advertisement