Curhat Mahfud MD soal Sosok Ksatria BJ Habibie

Mahfud MD mengatakan, menurut konstitusi, BJ Habibie berhak menjabat presiden sampai 2003. Namun dirinya lebih memilih menggelar pemilu demokratis untuk memilih pemimpin baru.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Sep 2019, 21:36 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2019, 21:36 WIB
20 Tahun Reformasi
Soeharto didampingi wakilnya, BJ Habibie, membacakan pidato pengunduran dirinya sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998. Soeharto yang telah telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun mundur setelah runtuhnya dukungan untuk dirinya. (AGUS LOLONG/AFP)

Liputan6.com, Yogyakarta - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD sedang berada di Mataram NTB saat mendengar kabar presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie wafat. Ia merasa kehilangan yang sangat mendalam karena harus merelakan seorang bapak bangsa pergi untuk selama-lamanya.

Menurut Mahfud, Habibie telah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional karena prestasi dan reputasinya sebagai ilmuwan kelas dunia. Beliau juga menjadi kebanggaan kaum muslimin Indonesia karena ketika orang Islam masih dianggap kolot dia menjadi contoh bahwa orang Islam bisa hebat dan tidak perlu inferior.

"Habibie dijadikan role model generasi muda Islam dengan ungkapan berotak Jerman, berhati Makkah. Allahumma ighfir lahu warhamhu...," ucap Haedar.

Ia menilai BJ Habibie sebagai ilmuwan muslim yang taat beribadah. Sosoknya melahirkan ungkapan integrasi IPTEK dan IMTAQ.

Mahfud menuturkan bagi bangsa Indonesia Habibie adalah penyelamat dan pembangun negara. Ketika Soeharto lengser sebagai presiden pada Mei 1998, maka Wapres BJ Habibie menjadi presiden sesuai dengan konstitusi.

"Dia didemo dan dihujat karena dianggap kroni Pak Harto tapi dia bertahan dengan sabar tegar menyelamatkan negara," tutur Mahfud.

Ia mengungkapkan, menurut konstitusi, BJ Habibie sebenarnya berhak menjabat presiden sampai 2003. Namun, Habibie justru segera mengumumkan diadakan Pemilu demokratis agar rakyat memilih wakil rakyat dan presiden baru.

"Dia hanya memilih menjadi presiden yang bisa mengantarkan pemilu agar rakyat memilih pemimpinnya," ujar Mahfud.

Ia berpendapat, sebenarnya Habibie berpeluang besar untuk dipilih jadi presiden lagi oleh MPR pada 1999. Akan tetapi secara ksatria dia menolak dicalonkan lagi karena pertanggungjawabannya terkait referendum di Timtim ditolak oleh MPR.

"Pak Habibie, beristirahatlah dengan tenang di sisi-Nya. Namamu selalu di hati kami," kata Mahfud.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya